Siswiku Canduku
kerjanya sesama guru, Hendri namanya. Pria itu adalah wali kelas Mishall.
," kata Chandra, kemudian
ia aja lah, yang penting saya tetap ngajar. Dia nggak mau belajar terserah aja. Siswi kayak dia udah kebal kalau dibilangin." H
cek jejak nilai Mishall sejak masuk SMA. Karena berita k
n peringkat kedua, dengan nilai semua rata-r
ih terbilang tinggi. Hanya karena terhalang o
ma Raden Sahir Ilyasa .... Chandra mengerutkan keningnya tiba-tiba. Bukannya ini nama me
anaknya Raden Sahir Ilyasa? Anak mantan menteri?" tanya Chan
rikan informasi secara serius. "Bahkan, kami belum mengeluarkan Mishall karena ini, Pak. Kami merasa, dia masih tertekan karena kasus papanya. Tapi kok, ya, makin dimanja itu anak,
" Chandra menutup raport Mishall, saat ia bisa menar
erdasan. Kayak kenyamanan lebih penting dari kesempurnaan. Sesiapapun, nggak
kolah nggak bakalan keluarin Mishall, s
ertarik. "Bapak mau tuntun Mishall
Hendri dengan kekehan gel
g, digantikan raut
agar tidak ke kelab malam lagi. Namun, urung, saat perjalanan sisa beberapa meter lagi
elumnya, Pak." Satu kalimat itu berhasil me
okus mendengarkan ucapan selanjutn
atnya, seperti beberapa tahun lalu, dan Bu Shila sama sekali tidak
diangkat membuatnya terpapar langsung oleh sinar matahari terik. "Saya pen
ke tempat saya, dan akan saya jelas
ia lalui, juga melirik ke jalanan di depan. Pagar rumah Mishall bahkan sudah
punya Anda, Pa
ndra yang memikirkan gadis itu. Semua o
a sedang s
. Apa yang baru saja Chandra pikirkan? Demi seorang
intaan Widya segera. Setelah memasukkan kembali ponsel ke saku seragam, dan
aat melihat saya?" Chandra menyugar r
wan saat bertemu Anda. Pak Chandra cukup dekati Bu Shila seperti dulu, bersika
sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Dalam diskusinya kali ini, setiap beberapa detik sekali, Chandra akan me
"Saya sudah cukup kok menjelaskan tentang istri Anda, tinggal Pak Chandra yang bersika
an ekspresinya, tetapi itu sama sekali tidak memban
au mampir sebentar?
asaki Ninja 250 miliknya. "Saya pulang dulu, Dok." Ia memakai helm, menyalakan motor. Tanpa menunggu balasan d
u belum berangkat, atau Mishall mengingat ucapan Chandra kemarin bahwa ia siap
asar tripleks itu terbuka, menampilkan seorang wanita berusia 40-an, denga
enatap sinis
a, Bu?" tan
r. Silakan pulang
ut, mendapati pelayanan yang kurang sopan itu, berbed
mau sewa anak saya, ke kelab s
intunya dengan kasar, tapi
Mishall begitu?
aya stres. Saya muak sama anak itu. Terserah dia mau ngapain, saya
tap pake uan
. "Kamu ini siapa? Terlalu ikut c
unya Mish
gkah, dengan aura mata yang tidak s
ak. Saya kira tadi anu ... ehhem ...." Kentara sekal
all kerja di satu kelab
engusap teng
edaan waktu Mishall pergi, dan ia sampai di sini. Agar bisa mem
tadi,
m. Ia mengusap kepalanya kesal. Hanya ada sedikit kemungkinan Mishall masih ada di kel
sekecil apa pun itu. Maka, ia sedikit m
erbalik, mengambil 3 langkah, kemudian berh
, menurunkan kaca. Bersiap melewati bat
obos kumpulan manusia dalam cahaya lampu yang memusingkan. Ia mencari-cari, pada
i mana sis
abuk-mabukan, atau menjajakan diri, tetap saja tidak ada. Ata
ruangan VIP. Memberikan pelayanan di tempat. Chandra segera berbalik, nyaris berlari menuju tempatnya kemarin, membuka pintu,
ang dianggap aneh. Chandra langsung menarik lengan Mishall, dan seketika merasa jijik dengan kon
al
k paksa Mishall keluar dari ruangan, tapi pria yang sed
jah arogan yang dibuat-buat, pria berambut gondrong itu tersenyum sarkas. Melirik ke anak bu
andra mengangkat kaca helmnya, melayangkan tatapan tajam. "Kedua, saya terima tawaran Anda berduel di sini, tapi perlu Anda, dan kalian semua tahu, saya
sampai Mishall berceletuk. "P
nghantam leher pria tua itu, lalu saat lawannya sedikit merunduk, ia menggunakan lutut untuk menghantam kepala
mengulurkan tangan ke arah pintu yang ia
i punggung, dan memeluk pinggangnya. Mereka menuju ke apartemen Tris
eka di sana. Menggunakan shower untuk menyiram Mishall deng
li ke tempat setelah menyadari bahwa Mishall sudah sadar sekarang. Ia keluar, mengambil pakaian Tristan y
n lengan menjadi bantalan. Berulang kali mengatur
ang pas, dan boxer. Ia memilih duduk di sofa dan menatap malas pada gurunya yang masih berbaring santai. "Saya masih
, menyunggingkan senyum kemenangan
elnya ke arah Chandra ta
eo itu editan. Dia pasti percaya sama saya. Habis itu, Pak Cha
iba sama kehidupan kamu. Cuman karena kertas rupiah, kamu jual diri kamu sendiri. As
k acuh. "Omong-omong, Bapak tau?" Ekspresinya berubah serius. "Di sekolah,
g memasang eksp
apalah. Tapi jangan urusin saya lagi. Gimana?" tawar Mishall. "Kerjaan saya ini, baru Bapak yang tah
rius, tidak pernah menjauhka
Pak? Tapi abis ini, ja
tetapi Chandra langsung menunjukkan
itu kamu, b
kap baik kok setengah-setengah."