/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
HAPPY READING
"Tidak! Ja-jangan dekati aku! Pergi!" teriak Bianca ketakutan. Tubuh itu meringkuk di pojokan, menyembunyikan kepalanya. Suara erangan kian terdengar jelas memekakkan telinga. Bianca menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Matanya terpejam erat, seolah dia tidak ingin melihat apapun.
Bianca kembali berteriak lantang dan keras ketika sosok pria misterius dengan perawakan tubuh tinggi besar dan wajah yang sangat menakutkan mendekatinya. Tangan kekar itu memegang kakinya dengan cengkeraman yang sangat kuat.
"Lepas! Tolong lepaskan aku," ronta Bianca ketakutan. Gadis itu makin takut ketika pria itu menarik kuat kakinya. Pria itu menarik dengan kasar hingga beberapa kali tubuhnya terbentur.
"Aaaahh!" teriaknya kencang membuatnya terbangun dari tidurnya. Bianca meraup-kan kedua tangannya ke muka. Keringat membasahi tubuhnya. "Ternyata aku hanya bermimpi, tapi kenapa seperti nyata." Bianca mengelap keringat yang mengalir melewati pipinya.
"Aku haus sekali ...." Bianca memegang lehernya. Lalu menyibakkan selimut dan menurunkan kedua kakinya.
Bianca melangkah menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral. Bianca duduk dan membuka tutup botol, lalu meneguknya. Bianca diam dan menatap kosong ke depan. Pikirannya jauh kembali menerawang tentang mimpinya yang terjadi beberapa menit yang lalu.
"Ah, mikir apa aku ini," gumamnya lalu beranjak dari kursi kembali ke lantai atas.
Di tempat lain, kamar yang bersebelahan dengan kamar Bianca. Lisa Vallage meremas selimutnya, tubuhnya tampak bergetar hebat, keringat mulai membasahi tubuhnya. Kedua tangannya tampak sibuk menghalau sesuatu.
"Ti-tidak ... ja-jangan-jangan sentuh aku!" teriaknya.
Bianca yang tengah berjalan menuju kamarnya, sayup-sayup mendengarkan sesuatu. Bianca memasang kupingnya dengan tajam, dia berusaha menangkap suara tersebut.
"Seperti suara Lisa. Ada apa dengannya? Apa dia mengalami hal yang sama sepertiku?" pikir Bianca. Dia pun bergegas berlari menuju kamar Lisa.
Untung pintu kamar Lisa tidak terkunci, Bianca langsung masuk ke dalam kamar dan melihat Lisa seperti sedang menahan sesuatu. Ya, Lisa sepertinya sedang dalam pengaruh mimpinya. Bianca bergerak cepat menghampiri sisi kanan tempat tidur Lisa. Dia langsung menyadarkan Lisa dari mimpinya.
"Lisa ... Lisa, bangun!" Bianca menggoyangkan tubuh Lisa berlanjut menepuk pipi Lisa.
Lisa langsung terbangun dengan napas tak beraturan, keringat mengucur setetes demi setetes melewati pipinya hingga berakhir pada dagunya. Bahunya bergejolak naik turun serta degup jantung dua kali lebih cepat. Lisa memegangi dadanya dan matanya terpejam. Gadis itu berusaha menenangkan diri.
"Minumlah ini." Bianca memberi botol air mineral yang dia bawa tadi. Lisa segera meminum air dalam botol itu. "Kau kenapa? Apa kau baru saja mengalami mimpi buruk?" tanya Bianca menepuk-nepuk bahu Lisa.
"A-aku baru saja mengalami mimpi buruk." Lisa menganggukkan kepalanya, menatap Kakaknya yang duduk di sampingnya. "Apa Kak Bianca juga-"
"Iya, beberapa waktu yang lalu aku juga bermimpi buruk," balas Bianca.
"Kenapa bisa kebetulan seperti ini," sambung Lisa.
"Apa mimpi kita sama dan ada kaitannya?" Bianca mengerutkan alisnya.
"Aku tidak tahu dan kenapa aku jadi merasa merinding mengingatnya." Lisa memegang tengkuknya.
"Apa kau mau-"
"Tidak, Kak. Aku tidak mau mendengarkannya sekarang." Lisa menyela ucapan Bianca. Lalu dia membaringkan tubuhnya lagi ke ranjang. Merasa ada yang bergerak, Lisa bangun dan mencegahnya agar tidak pergi.
"Kak Bianca mau ke mana?" cegah Lisa memegang tangan kiri Bianca.
"Aku mau kembali ke kamar," imbuh Bianca.
"Tidak. Aku mau Kak Bianca tidur di sini bersamaku!" pinta Lisa.
Bianca menarik napas dan memutar bola matanya. "Baiklah." Gadis itu tidak bisa menolaknya permintaan adiknya. Dia pun kembali naik ke atas ranjang dan tidur di samping Lisa. Bianca menepuk-nepuk paha Lisa agar dia tidur kembali.
°°°
Pagi itu Lisa hanya terdiam menatap piring di depannya yang berisi dua rangkap roti oles selai strawberry. Claire yang memperhatikan putri keduanya tampak heran.
"Kenapa rotimu tidak di makan? Kau mau berapa menit lagi menatap roti itu?" tegur Claire. Dari atas terdengar derap kaki yang berlari. Bianca menuruni anak tangga sambil menenteng totebag-nya.
"Pagi semua ...," sapa Bianca langsung duduk dan meraih segelas susu hangat. Dia meminum susu itu sambil melirik Lisa. "Roti itu tidak akan berubah bentuk walau kau terus-menerus melototi-nya." Bianca mencomot roti milik Lisa dan spontan Lisa protes.
"Hei ... ini rotiku!" pekik Lisa merebut kembali rotinya. "Kau sudah punya jatah roti sendiri, kenapa masih mencomot roti milikku!"
Bianca kembali duduk di kursinya, dia tertawa terkekeh-kekeh melihat tingkah pola adiknya. Lalu meraih roti yang ada di depannya.
"Kenapa kau memakan rotimu seperti itu." Claire heran melihat Bianca.
"Maaf Bu, jam sudah mepet. Aku harus segera berangkat biar tidak ketinggalan bus." Bianca meneguk susu hangatnya sampai habis dan dia segera pamit dengan memakan sisa rotinya.
"Kaak, kau mau meninggalkanku?" teriak Lisa dengan mulut penuh dengan roti.
"Kau mau ikut denganku atau di antar Mommy?" kata Bianca dari balik tembok.
"Sudahlah, biar Mommy yang antar kau ke sekolah. Mommy ada urusan juga di luar." Claire membereskan meja makannya dan segera bersiap-siap.
"Baiklah," balas Lisa sambil mengunyah roti potongan terakhir.
"Pelan-pelan makannya, nanti kau bisa tersedak."
Claire memanaskan mesin mobilnya. Dia memperhatikan make up-nya pada kaca tengah. Sedangkan Lisa sibuk memasang seat-bell, lalu dia melirik Ibunya.
"Mommy hari ini akan pergi ke mana?" tanya Lisa penasaran.
/0/2789/coverorgin.jpg?v=4947cdd3063828a24889f7f2c897321c&imageMogr2/format/webp)
/0/6402/coverorgin.jpg?v=415fdd04636cb33bd711fbc7727aab9d&imageMogr2/format/webp)
/0/2933/coverorgin.jpg?v=213f8c69bc00a5b7fe4add48a38a1fee&imageMogr2/format/webp)
/0/19343/coverorgin.jpg?v=46d62478d5f2f53da60f3c25af243c72&imageMogr2/format/webp)
/0/14031/coverorgin.jpg?v=bb12e5b1738c9075d80a636a45e986e0&imageMogr2/format/webp)
/0/5515/coverorgin.jpg?v=abc521c7997aa08a8262cce09416c227&imageMogr2/format/webp)
/0/7999/coverorgin.jpg?v=7ca51fbb845bc6d60701e1dc04e508ad&imageMogr2/format/webp)
/0/22402/coverorgin.jpg?v=546bcc48047460cf7c66ebc479487db9&imageMogr2/format/webp)
/0/17243/coverorgin.jpg?v=252c01a180f59d116ee81a038c1ae401&imageMogr2/format/webp)