Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Malam Panas Bersama Mafia Dingin

Malam Panas Bersama Mafia Dingin

Heri

5.0
Komentar
518.2K
Penayangan
53
Bab

Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.

Bab 1 Selalu dibedakan

Dengan wajah penuh keceriaan, Amora berlarian dari mulai turun dari bis hingga sampai ke depan rumahnya, tiba didalam rumah terlihat Ayahnya yang bernama Pak Billi dan Ibunya yang bernama Maria tengah duduk sambil menikmati secangkir teh hangat di ruangan televisi.

"Ayah, Ibu, aku pulang!" kata Amora.

"Mora, kau sudah pulang rupanya! Maaf ayah tidak hadir di acara kelulusan sekolahmu, ayah masih sakit Mora,"

"Iya yah tidak apa-apa Ayah, Ibu sekarang Mora sudah lulus sekolah,"

"Baguslah Mora, jadi kau bisa bantu-bantu Ibu untuk kerja cari uang kau lihat sendiri kan ayahmu sakit-sakitan terus, Ibu capek kalau hanya Ibu yang kerja sendirian untuk keluarga kita!" ujar Bu Maria.

Deg..

Padahal sudah menjadi makanan sehari-hari ucapan yang keluar dari bibir Ibunya itu selalu saja membuat hati Amora tidak nyaman, tapi kenapa kali ini Amora merasa sangat sakit sekali mendengar Ibunya meminta dirinya untuk segera bekerja, sementara kakaknya Alana Nouline tidak pernah sedikitpun diminta untuk membantu keuangan keluarga mereka.

"Bu, nanti Ayah juga sehat lagi! Biarkan saja Mora kuliah mengikuti jejak Alana,"

Ckckckck..

Terlihat tawa Bu Maria seperti setengah mengejek mendengar Pak Billi mengatakan jika Amora lebih baik kuliah.

"Ayah ini kok ada-ada saja, masa Mora disamakan dengan Lana, yah kalau Mora kuliah mau bayar biayanya pakai apa? Daun? Untuk makan sehari-hari saja kita pas-pasan, lagipula ya yah, Alana itu kan sejak kecil dapat beasiswa karena otaknya jenius, kuliah juga dia pakai beasiswa jadi tidak pernah merepotkan kita, beda dengan Amora sejak kecil kita mengeluarkan banyak biaya pendidikan untuknya!"

Jleb..

Selalu kata-kata yang bersifat merendahkan dan menyakitkan yang terlontar dari bibir Ibunya yang setiap hari didengar oleh Amora, seperti dirinya hanyalah seorang anak tiri atau seorang anak pungut yang tidak memiliki arti berharga bagi sang Ibu. Mau marah juga tidak mungkin, toh semua yang diucapkan oleh Ibunya itu seratus persen benar.

Amora tidak pernah sekalipun masuk rangking sepuluh besar sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga SMA, sementara Alana selain dia cantik dan terkenal dilingkungan sekitar rumah dan sekolah karena prestasinya yang segudang, selalu dapat beasiswa bahkan hingga saat ini.

Bukan Amora malas dan tidak mau banyak belajar, hanya saja sejak kecil Amora fokusnya terbagi untuk mengurus rumah bersih-bersih ketika pulang sekolah, orangtuanya itu bekerja sebagai buruh di pabrik dekat rumah mereka, jadi rumah tidak ada yang merapihkan dan membersihkan jika bukan Amora. Itulah sebabnya sejak dulu mau belajar pun waktu yang dimiliki Amora terbatas dan dia selalu kelelahan akibat beres-beres rumah tanpa seorangpun membantunya.

Alana sang kakak, tidak akan mungkin mau membersihkan rumah kakaknya itu memang selalu egois dan mementingkan dirinya sendiri.

"Heh Mora, dengarkan Ibu bicara tidak?"

Lamunan tentang sikap dan perlakuan tidak adil sang Ibu terhadap dirinya, tersadar karena Bu Maria berbicara kembali.

"Mora!"

"I-iya Bu,"

"Bagaimana kau akan bekerja kan?"

"Iya Bu, secepatnya Mora akan cari pekerjaan kalau begitu Mora ke kamar dulu Yah, Bu,"

"Hmm,"

"Jangan lupa nanti habis makan cuci piring sekalian ya!"

"Iya Bu,"

Amora kemudian meninggalkan kedua orangtuanya lalu segera masuk kedalam kamar berukuran 2x2 meter itu, kamar sempit dan kumuh itu menjadi tempat curahan hati Amora kala dirinya tidak tahan lagi dengan semua yang diucapkan oleh orang-orang di rumah ini.

"Ketika kak Lana lulus SMA, Ayah dan Ibu sangat antusias untuk datang ke sekolah bahkan aku masih sangat ingat Ayah dan Ibu membeli pakaian yang sangat mahal dan bagus demi datang ke acara kelulusan kak Lana waktu itu!"

Tak terasa air mata Amora pun menetes tanpa bisa dibendung sama sekali, orangtuanya itu memang tidak pernah bersikap kasar, ataupun membentak Amora, tapi ucapan biasa saja sudah mampu memberikan luka terus menerus dihati Amora, terutama sang Ibu karena ayahnya tidak pernah banyak bicara juga tidak pernah membela dirinya secara terang-terangan.

"Bu, kalau Ayah sehat lagi tolong biarkan Mora kuliah saja, kasihan dia kalau harus ikut bekerja,"

Uhukk..Uhukk..

"Haduh Ayah, kuliah? Ayah pikir biayanya murah? Kalau Mora seperti Alana yang dapat beasiswa, Ibu juga tidak akan larang dia untuk kuliah kok Yah tapi kan Ayah tau sendiri, Mora itu tidak pintar seperti Lana,"

Jika sudah berdebat dengan Bu Maria sudah pasti Pak Billi tidak bisa lagi membantah, di rumah ini Bu Maria lah penguasa rumah dan yang mengatur segala sesuatunya adalah Bu Maria.

Malam harinya, ketika semua pekerjaan rumah sudah beres Amora pun merebahkan tubuhnya yang pegal-pegal diatas sofa ruangan televisi! Bagaimana tidak lelah dan pegal-pegal, pulang dari sekolah dari mulai mencuci piring, menyapu dan mengepel, mencuci semua pakaian anggota rumah ini, menjemur, menyapu halaman rumah, menyetrika pakaian semua dilakukan oleh Amora setiap hari agar tidak terlalu menumpuk.

Ceklek...

Alana sang kakak, akhirnya tiba di rumah dengan membawakan satu kotak donat dengan berbagai macam varian rasa. Alana menaruh satu kotak donat tersebut diatas meja kemudian duduk disamping Amora.

"Tuh makan, donat itu mahal loh Mora rasanya enak sekali," kata Alana.

"Iya kak nanti Mora makan,"

"Eh, Lana anak Ibu sudah pulang rupanya! Kok malam sekali Na?"

"Biasalah Bu, tadi Alana ada belajar kelompok dulu dengan teman kampus nah ini salah satu dari mereka belikan Lana donat, enak deh Bu!"

"Wah, Lana ini kan donat mahal," kata Bu Maria sambil membuka kotak donat itu.

Terlihat raut wajah bahagia sekaligus bangga Bu Maria ketika menikmati donat yang mulai dia masukan kedalam mulutnya, seolah-olah semua rasa lelah atas pengabdian Amora sejak siang tadi membersihkan rumah tidak ada harganya sama sekali dibandingkan dengan sepotong donat mahal itu.

"Terimakasih ya nak, kau itu memang selalu ingat kita yang ada di rumah,"

Alana tampak menceritakan kegiatan dirinya hari ini di kampus pada sang Ibu, terlihat Bu Maria sangat antusias dan bangga mendengarkan cerita Alana sambil menikmati donat mahal tersebut, rasanya ingin sekali Amora pergi masuk dan mengurung diri didalam kamarnya.

"To-tolong!" Pak Billi berteriak dengan suara seraknya.

Brukk...

"A-ayah?" kata Amora.

"Bu, itu Ayah," kata Alana yang ikut panik.

Ketiganya kemudian segera berlari menuju kamar Pak Billi, terlihat Pak Billi sudah berada dibawah ranjang dengan posisi tengkurap dan sudah tidak sadarkan diri, mereka bertiga pun panik dan langsung menelpon ambulans.

Beruntung di kota kecil ini ambulans akan tiba dengan cepat dan bisa memberikan pertolongan pertama pada Pak Billi, mereka akhirnya ikut kedalam ambulans dan sama-sama pergi ke rumah sakit yang ada di kota kecil ini.

Mereka bertiga menangis sedih melihat kondisi Pak Billi yang tak kunjung sadar, hingga tiba di rumah sakit Pak Billi segera mendapatkan penanganan dari dokter dan beberapa perawat. Pak Billi masuk kedalam ruangan ICU sehingga baik Bu Maria, Alana dan Amora hanya bisa menunggu diluar ruangan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Heri

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Malam Panas Bersama Mafia Dingin
1

Bab 1 Selalu dibedakan

03/07/2023

2

Bab 2 Butuh Uang Banyak

03/07/2023

3

Bab 3 Dijual ke rumah bordil

03/07/2023

4

Bab 4 Christian Don Gabriel

03/07/2023

5

Bab 5 Hilangnya kesucian

03/07/2023

6

Bab 6 Penyatuan yang sangat dahsyat

03/07/2023

7

Bab 7 Amora meninggalkan rumah

03/07/2023

8

Bab 8 Bertemu Kembali

03/07/2023

9

Bab 9 Don dan Amora saling bertatapan

04/07/2023

10

Bab 10 Berduaan

04/07/2023

11

Bab 11 CEO cerdas.

02/08/2023

12

Bab 12 Tidak sanggup menahan birahi

03/08/2023

13

Bab 13 Menginginkan dia lagi

03/08/2023

14

Bab 14 Dikejar Mafia lain.

03/08/2023

15

Bab 15 Berduaan di Vila bersama Don

04/08/2023

16

Bab 16 Bingung menikmati atau menolak

06/08/2023

17

Bab 17 Tidur bersama Don membuat hangat

07/08/2023

18

Bab 18 Alana mengklaim Don calon suaminya

08/08/2023

19

Bab 19 Alana kegirangan

09/08/2023

20

Bab 20 Don mengejutkan Amora

10/08/2023

21

Bab 21 Don bercinta dengan Alana

11/08/2023

22

Bab 22 Penyerangan dan berpapasan dengan Amora

14/08/2023

23

Bab 23 Mengantar Amora ke kampus

15/08/2023

24

Bab 24 Tinggal bersama Don di rumahnya

16/08/2023

25

Bab 25 Tinggal satu kamar

17/08/2023

26

Bab 26 Aku laki-laki normal

22/08/2023

27

Bab 27 Calon isteri

23/08/2023

28

Bab 28 Alana membuntuti Amora dan Don

23/08/2023

29

Bab 29 Alana sangat membenci Amora

24/08/2023

30

Bab 30 Don tidak tahan dengan tubuh Amora

24/08/2023

31

Bab 31 Tidak bisa berdiri

25/08/2023

32

Bab 32 Bercinta di lapangan golf

27/08/2023

33

Bab 33 Cemburu

28/08/2023

34

Bab 34 Ada Don di ranjang

28/08/2023

35

Bab 35 Melakukannya di mobil

29/08/2023

36

Bab 36 Video Amora jual diri

30/08/2023

37

Bab 37 Diatas meja kantor sampai berkali-kali

30/08/2023

38

Bab 38 Mencari Amora

03/09/2023

39

Bab 39 Mengetahui kakak beradik

05/09/2023

40

Bab 40 Semua sudah terbuka

06/09/2023