Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Baiat Cinta Di SMA

Baiat Cinta Di SMA

Serindu Mentari

5.0
Komentar
42
Penayangan
2
Bab

"Kalau nggak mau sakit hati, nggak usah mikirin suatu hal yang bikin lo sakit hati. Apalagi terus mikirin seseorang yang jadi sumber sakit hati lo itu." "Tapi gue suka dia." "Gue suka sama lo," ucap Seta spontan membuat Sila terkejut dan terdiam sesaat. Seta menyukainya, tapi dia sadar, Sila tidak boleh menyukainya lebih dalam

Bab 1 Kamu

"Tuan, kenapa kau membawanya pergi saat dia masih terlelep?" Wanita ini menghirup udara yang tak asing keluar dari bau gadis yang berada di pelukan si pria. Dia menghirupnya dan bau itu sama sekali tak asing baginya.

Matanya langsung membulat dan dia berkata, "Ha! Astaga, dia pemakai. Aku tahu betul bau ini." Matanya bulat saat dia menghirup bau yang tak asing itu, lalu kini dia menatap ke arah si pria, dan dia kembali berkata, "Aku tahu betul bau apa ini, alkohol, dan obat yang membuat mu teler. Apa Anda juga memakainya, Tuan?"

Kesabaran si pria masih bisa dibendung, dia sama sekali tak mempedulikan wanita yang ada di sampingnya, dan dia hanya menggendong gadis yang berada di tangannya. Pria ini setidaknya berusia tiga puluh satu tahun, dan wanita yang berada di sampingnya juga tidak kurang dan tidak jauh dari angka tiga puluh tahun.

Sedangkan gadis yang digendongnya mungkin masih berusia sembilan belas tahun.

"Ha, sepertinya memang bukan kau pelangganku, kau lebih suka yang muda-muda rupanya," wanita itu mengeluh dan menghela nafas, hingga pintu lift terbuka dan dia kehilangan pria asing yang rupawan ini. Dia pergi begitu saja dengan gadis yang berada di dalam pelukan si pria.

Gadis muda dengan pakaian kusut dan rambut yang berantakan.

Wanita malam yang kurang beruntung malam ini, hanya ada satu pelanggan yang datang padanya, dan dia tidak bisa merayu pria tampan untuk membantunya menikmati malam dan uang kertasnya.

Saat dia akan masuk ke dalam kamarnya, ponsel yang berada di antara saku baju seksinya itu berdering, sudahlah ketat bajunya, dipaksa juga masuk ponsel itu.

Dia melihat layar ponselnya dan menatap nama mamanya di sana. Mamanya yang memanggil namun dia tidak peduli, jadi dia matikan saja. Dia melihat pesan notifikasi dan itu dari mamanya yang berkata; "Ke mana kau, jam delapan pagi ada acara lamaran adikmu, kalau kau tidak datang jam lima pagi, maka tak usah datang!"

Wanita ini tak membalas pesannya dan hanya masuk ke dalam kamarnya, dia masuk ke dalam sana dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan terlelap.

Hingga paginya, mata itu terbuka, dia merasa lemas, dan kini meraih ponselnya, di ponselnya sudah jam setengah tujuh, dia mengabaikannya, dan ingin tidur kembali, namun pesan dari adiknya membuatnya tetap terbangun, begini pesannya; "Assalamualaikum Kak, tolong datang ya, hari ini, ini acara lamaran ku Kak, jadi tolong datang."

Wanita dengan rambut yang kusut ini terlihat memonyongkan bibirnya dan dia dengan berat hati berjalan ke kamar mandi dan mandi di sana. Setelah dia mandi, dia membuka tas ranselnya yang di dalamnya ada pakaian yang cukup longgar, dan sebuah kain hijab.

Dia mengambil kain hijab itu beserta rok panjang dan baju lengan panjangnya. Dia mengenakannya dan sekarang wajah dengan kulit kuning langsat yang bersih itu tampak lebih cerah. Setelah itu, dia masukkan pakaian seksinya ke dalam tas dan keluar dari kamar hotel, dia bagaikan memiliki dua kepribadian.

Dia memesan ojek online dan pergi dari sana menuju rumah, sudah hampir jam delapan pagi, oh iya sudah jam delapan pagi.

"Duh, sudah jam delapan! Pak cepetan Pak! Tolong lebih cepat!"

"Sabar Neng, sabar."

Lalu si tukang ojek itu pun mengencangkan laju motornya, sekencang yang ia bisa. Dan saat dia sampai di hadapan pagar rumahnya, dia sudah melihat banyaknya mobil pribadi hitam yang berjejer. Matanya membulat melihat itu. Dia langsung turun dari motor dan membayar tukang ojek dengan cepat.

Kemudian berjalan lincah masuk ke dalam pagar rumahnya, saat dia berjalan dengan lincah, dia bahkan tak bisa melihat ada orang di hadapannya dan dia tanpa sengaja menabrak orang itu.

"Astagfirullah."

Pria itu kemudian menoleh ke arahnya, dan si wanita berjilbab ini mendongak kepada si pria jangkung. Lalu kedua mata mereka, membulat begitu sempurna dan bibir yang saling menganga.

"Apa aku juga harus bilang, astaghfirullah?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Serindu Mentari

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku