Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MELODI CINTA DI RUANG MUSIK

MELODI CINTA DI RUANG MUSIK

Nagareboshi

5.0
Komentar
426
Penayangan
20
Bab

Seorang siswa yang berbakat dalam bermain piano bertemu dengan siswi baru yang memiliki suara indah. Mereka berdua bekerja sama untuk kompetisi musik sekolah, dan melalui melodi, perasaan cinta mulai tumbuh di antara mereka.

Bab 1 Kedatangan Siswi Baru

Raka duduk di bangku panjang di luar ruang musik sekolah, jari-jarinya masih terasa dingin dari latihan piano pagi tadi. Ia seorang siswa yang dikenal dengan bakatnya dalam bermain piano, dan saat ini, dia sedang mencari inspirasi untuk komposisi barunya. Suasana di koridor sekolah terasa tenang, tetapi hari ini ada sesuatu yang berbeda-rumor tentang kedatangan siswi baru yang memiliki suara emas.

Telinga Raka menangkap bisik-bisik di antara teman-temannya tentang seorang gadis yang baru pindah ke sekolah mereka. Nama gadis itu adalah Lila. Ia dikenal karena suara nyanyiannya yang merdu, dan rumor ini cepat menyebar di kalangan siswa yang senang dengan musik. Penasaran dengan semua cerita tersebut, Raka memutuskan untuk mendengarkan langsung penampilannya.

Ketika bel sekolah berbunyi, Raka segera menuju ruang musik. Suasana di dalam ruang musik itu hidup dengan kegiatan para siswa yang berlatih untuk konser mendatang. Namun, hari ini, ruang musik dipenuhi dengan nuansa yang berbeda-sebuah antisipasi yang menggelora. Raka menemukan kursi di barisan depan, dengan harapan bisa melihat dan mendengar Lila.

Lila muncul dengan langkah lembut, mengenakan gaun sederhana namun elegan yang menonjolkan keanggunannya. Rambutnya yang panjang tergerai lembut di bahunya, dan senyumnya memancarkan kehangatan yang membuat Raka merasa seolah-olah berada di tempat yang istimewa. Dia menghampiri mikrofon di tengah panggung kecil yang ada di ruang musik, sementara siswa lain memusatkan perhatian mereka padanya.

Dengan tatapan yang tenang dan penuh percaya diri, Lila memulai lagunya. Suaranya, lembut namun kuat, mengisi ruangan dengan melodi yang menenangkan. Lagu yang ia nyanyikan adalah balada klasik yang penuh emosi, dan Raka merasakan setiap kata dan nada seolah-olah langsung menyentuh hatinya. Suara Lila bagaikan alunan musik yang sempurna, menembus batas dan meresap ke dalam jiwanya.

Raka duduk dengan takjub, tidak bisa melepaskan pandangannya dari Lila. Melodi yang dinyanyikannya seolah mengalir seperti sungai yang indah, membawa kedamaian dan kehangatan. Setiap nada yang dinyanyikan oleh Lila seolah menari bersama dengan alunan piano yang sering ia mainkan, menciptakan harmoni yang mengagumkan.

Ketika Lila menyelesaikan lagunya, ruangan dipenuhi dengan tepuk tangan meriah dari para siswa. Raka merasakan dorongan untuk memberikan apresiasi yang lebih dari sekadar tepuk tangan. Dia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam penampilan Lila-sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa.

Ketika kerumunan mulai berlarian menuju Lila untuk memberi selamat, Raka tetap duduk di tempatnya, merenungkan penampilannya. Ia merasa terdorong untuk mengenal lebih dekat gadis dengan suara yang begitu menawan ini. Dengan tekad yang baru, ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu-mungkin, ia bisa mencari kesempatan untuk berkolaborasi dengan Lila. Baginya, ini bukan hanya tentang musik, tetapi tentang kemungkinan yang lebih besar yang mungkin bisa ditemukan di balik melodi indah yang baru saja ia dengar.

Hari itu, di ruang musik yang penuh dengan suara dan emosi, Raka merasakan bahwa sebuah babak baru dalam hidupnya telah dimulai. Dan semua itu dimulai dengan kedatangan seorang siswi baru bernama Lila.

**Melodi Cinta di Ruang Musik**

*Bab 1: Kedatangan Siswi Baru (Lanjutan)*

Raka merasa terinspirasi dan penuh semangat setelah penampilan Lila. Meski kerumunan sudah mulai menghilang dan ruang musik kembali sepi, ia tetap duduk di tempatnya, masih terhanyut dalam pesona suara Lila. Ia mengamati bagaimana Lila berbincang dengan teman-teman barunya, wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan.

Ketika Lila melirik ke arah Raka, matanya bertemu dengan matanya sejenak. Raka merasakan getaran ringan di dadanya, seolah-olah Lila mengetahui dampak mendalam yang telah ditinggalkannya. Dengan sedikit keberanian, Raka memutuskan untuk mendekati Lila. Langkahnya terasa sedikit kikuk, tetapi tekadnya menguatkan setiap langkahnya.

"Lila, kan?" Raka memulai percakapan dengan nada ramah. "Saya Raka. Saya mendengar tentang penampilanmu dan harus datang untuk menontonnya."

Lila menoleh dan tersenyum lebar, senyumnya yang cerah seolah menyejukkan suasana. "Hai, Raka. Terima kasih sudah datang. Saya sangat senang bisa tampil di sini."

"Penampilanmu luar biasa," kata Raka dengan tulus. "Saya biasanya tidak terpesona begitu mendalam, tapi suara kamu benar-benar berbeda. Aku bahkan bisa merasakan setiap emosi yang kamu sampaikan."

Lila sedikit tersipu mendengar pujian tersebut. "Aku senang mendengarnya. Musik memang cara aku mengekspresikan diri. Aku baru pindah ke sini dan rasanya sangat menyenangkan bisa diterima dengan hangat."

Raka merasa kesempatan ini tidak bisa disia-siakan. "Aku punya ide," katanya, berusaha mengesankan Lila. "Aku sedang mempersiapkan beberapa komposisi piano dan mencari seseorang untuk berkolaborasi. Bagaimana kalau kita bekerja sama? Mungkin kita bisa membuat sesuatu yang istimewa untuk kompetisi musik sekolah."

Lila tampak berpikir sejenak, lalu matanya berbinar dengan antusiasme. "Itu terdengar menarik! Aku selalu suka mencoba hal baru, terutama jika itu melibatkan musik. Bagaimana kalau kita bicarakan lebih lanjut tentang ide-ide kita?"

Mereka berdua bergerak ke sudut ruang musik yang lebih tenang, duduk di bangku panjang di dekat jendela yang terbuka. Di luar, angin lembut berhembus, menambah suasana yang santai. Raka mulai menjelaskan beberapa ide musiknya, sambil Lila mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Saya berencana menciptakan sebuah komposisi yang bisa menggabungkan berbagai elemen musik klasik dan modern," kata Raka. "Aku membayangkan piano yang penuh dengan emosi, sementara vokal kamu bisa menambah lapisan yang menyentuh."

Lila mengangguk, memikirkan kemungkinan tersebut. "Aku bisa membayangkan itu. Aku senang dengan tantangan ini. Musik selalu menginspirasi aku untuk mengeksplorasi berbagai perasaan dan cerita."

Mereka terus berdiskusi tentang ide-ide mereka, saling berbagi visi dan harapan untuk kolaborasi mereka. Percakapan mereka semakin mendalam dan personal, membuat mereka merasa semakin dekat. Lila menceritakan tentang perjalanan musiknya, sementara Raka membagikan inspirasi dan tantangannya dalam bermain piano.

Saat matahari mulai tenggelam dan ruangan musik semakin gelap, mereka merasa seolah-olah waktu berlalu begitu cepat. "Jadi, kita sepakat?" tanya Raka, menatap Lila dengan harapan.

"Sepakat," jawab Lila dengan senyuman. "Aku tidak sabar untuk memulai. Aku rasa ini akan menjadi pengalaman yang sangat berarti."

Dengan janji untuk bertemu kembali dan memulai latihan, Raka dan Lila berpisah di koridor sekolah. Raka merasa ada sesuatu yang istimewa tentang pertemuan mereka hari ini. Ada rasa antusiasme dan harapan di dalam dirinya, seolah-olah sebuah melodi baru yang indah baru saja dimulai-dan ia sangat menantikan untuk menulis setiap nadanya bersama Lila.

Langkah kaki mereka meninggalkan jejak di koridor sekolah yang sunyi, sementara bintang-bintang di langit malam tampak seolah bersinar lebih terang, seakan merayakan awal dari sebuah cerita baru yang penuh melodi dan cinta.

Setelah pertemuan yang penuh antusiasme dan harapan tersebut, Raka dan Lila melanjutkan hari mereka dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Raka tidak bisa menahan senyum lebar di wajahnya sepanjang sisa hari sekolah. Setiap kali dia melewati ruang musik, dia teringat akan pembicaraan mereka dan merasakan dorongan untuk mulai berlatih lebih keras untuk persiapan kolaborasi mereka.

Di sisi lain, Lila juga merasa terinspirasi. Dia menghabiskan sore harinya memikirkan berbagai teknik vokal yang bisa dia coba bersama Raka. Kesan pertama dari Raka dan tawaran kolaborasinya sangat menyentuh hatinya, dan dia merasa antusias tentang proyek ini. Suara piano Raka yang ia dengar sebelumnya masih terngiang dalam benaknya, dan dia membayangkan bagaimana harmoni antara vokalnya dan permainan pianonya akan terdengar.

Keesokan harinya, Raka dan Lila bertemu lagi di ruang musik untuk sesi latihan pertama mereka. Suasana ruangan yang cerah dan hangat memancarkan energi positif, dan mereka segera mulai merencanakan proyek mereka dengan semangat.

Raka memulai dengan menunjukkan beberapa nada dasar yang telah ia rancang. Ia duduk di depan piano, jari-jarinya meluncur dengan gesit di atas tuts. Melodi yang dihasilkan terdengar sederhana namun memikat, dengan ritme yang memberikan ruang bagi vokal Lila untuk bersinar.

"Ini adalah bagian pertama dari komposisi yang kupikirkan," jelas Raka. "Aku berencana untuk menambahkan beberapa variasi dan improvisasi nanti, tetapi ini adalah dasar yang ingin kulihat bagaimana suara kamu dapat menambahkannya."

Lila mengangguk, matanya fokus pada notasi yang diberikan Raka. "Aku sudah membayangkan beberapa ide vokal yang bisa aku coba. Bagaimana kalau kita mulai dengan bagian yang lebih lembut dan emosional terlebih dahulu?"

Dengan persetujuan Raka, Lila mulai bernyanyi, suaranya mengalir lembut seperti aliran air. Ia memberikan nuansa baru pada melodi piano Raka, menambah kedalaman emosional yang membuat setiap nada terasa hidup.

Raka terpesona dengan bagaimana suara Lila melengkapi permainan pianonya. Mereka bekerja sama, mencoba berbagai variasi dan dinamika, menciptakan sesuatu yang terasa begitu harmonis. Setiap kali mereka menemukan momen yang tepat, mereka saling tersenyum, merasakan kegembiraan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Di tengah latihan, mereka mengalami beberapa ketegangan kecil. Lila merasa beberapa bagian dari melodi tidak sesuai dengan interpretasinya, sementara Raka merasa frustrasi karena tidak bisa sepenuhnya mengekspresikan visi musiknya.

"Kita harus mencoba lebih banyak variasi di bagian ini," kata Raka dengan nada frustrasi. "Aku merasa bagian ini kurang memenuhi harapan."

Lila menarik napas dalam-dalam. "Aku mengerti apa yang kamu maksud. Aku hanya khawatir bahwa itu mungkin tidak cocok dengan gaya vokalku. Mungkin kita bisa mencari jalan tengah?"

Mereka berdua menyadari bahwa komunikasi adalah kunci untuk kesuksesan kolaborasi mereka. Setelah diskusi yang jujur dan terbuka, mereka mulai menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak. Dengan semangat baru, mereka melanjutkan latihan mereka, berfokus pada menemukan keseimbangan yang tepat antara piano dan vokal.

Menjelang akhir latihan, mereka berhasil menyusun bagian demi bagian dengan lebih harmonis. Saat mereka menyelesaikan latihan, Raka merasa puas dan lega. "Aku rasa kita semakin mendekati sesuatu yang benar-benar istimewa," katanya, tersenyum lebar.

"Setuju," balas Lila dengan senyum penuh semangat. "Aku sangat menikmatinya. Terima kasih sudah bersabar dan mendengarkan ide-ide aku."

Mereka berdua memutuskan untuk mengakhiri latihan untuk hari itu dan merencanakan pertemuan berikutnya. Ketika Lila meninggalkan ruang musik, dia merasa bahwa hari ini telah menjadi langkah awal dari perjalanan yang lebih besar. Raka merasa sama-bahwa kolaborasi ini bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam melalui melodi dan harmonisasi.

Saat mereka berpisah, Raka dan Lila tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Dengan setiap latihan dan setiap melodi yang mereka buat bersama, mereka semakin dekat, dan melodi cinta mereka di ruang musik mulai terdengar semakin jelas.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nagareboshi

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku