Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Nekat Mencintaimu Secara Ugal-ugalan

Nekat Mencintaimu Secara Ugal-ugalan

Rucaramia

5.0
Komentar
4.9K
Penayangan
104
Bab

Alvida masih melajang meskipun telah berada dalam puncak karirnya sebagai designer busana ternama. Dia tidak tertarik soal cinta, dan tidak punya niatan untuk menjalin hubungan romansa dengan siapapun. Sampai kemudian garis takdirnya yang monoton mempertemukan dia dengan dua orang pria. Pertama, Leandra seorang pemuda biasa yang seusia keponakannya dan Hadyan yang merupakan pria paling cocok disandingkan dengan Alvida menurut kakeknya. Tak ingin kalah, Leandra berani nekat dan secara ugal-ugalan mendeklarasikan ketertarikannya terhadap Alvida yang sama sekali tidak mengenal apa itu cinta. Namun hubungan mereka terlalu sulit untuk dapat teralisasikan sebab ada sebuah rahasia yang tidak terduga diantara mereka berdua. Siapakah yang akan Alvida pilih menjadi kekasihnya? Sanggupkah Leandra memperjuangkan seorang Alvida yang teramat perfeksionist dari kalangan elit dengan hanya bermodalkan kenekatan dan cinta semata? Dan rahasia apakah yang menghambat kisah mereka untuk bermula?

Bab 1 How It Goes

“Terima kasih banyak..” Sebuah senyum sumringah pria gondrong itu perlihatkan pada semua orang yang menjadi rekan kerjanya malam ini. Dia kemudian menuju ruang ganti untuk berpakaian lebih dahulu sebelum pulang. Hanya celana jeans belel dengan jaket yang dirangkap sweater sudah menjadi style yang paling mencerminkan dirinya. Dan hanya dengan itu dia masih pula terlihat menakjubkan. Meski nasibnya tidak.

Begitu memastikan semua semua orang telah beranjak dan toko sudah dalam keadaan kosong, pria tampan itu langsung saja mengunci pintu toko dengan keamanan berlapis. Ketika mengambil langkah pertamanya, pandangan matanya langsung tertumbuk pada sosok wanita yang berjalan dengan setiap langkah yang dibuat melenggak lenggok serta make up cukup tebal yang menempel pada wajahnya. Membelalakan mata, pemuda itu lantas mendekat dan menarik pergelangan tangan wanita itu cepat-cepat sebelum wanita itu melangkah lebih jauh lagi dari jangkaunnya.

Tidak lagi, dia kapok membiarkan wanita itu pergi sendirian. Mestinya dia mengikat wanita itu dirumah saja. Bukannya membiarkan dia berkeliaran dengan gaun malam yang mencolok untuk mengundang gairah dari para pria hidung belang. Menurut pria itu sendiri dadanan si wanita lebih mirip wanita penghibur dibanding penyanyi klub malam.

Rambut wanita itu bergelombang, dicat warna orange terang. Gaun malamnya yang dia kenakan memiliki belahan dada yang rendah membuat bagian depan tubuhnya terekspos dengan mudah jika dia menunduk sedikit saja. Belum masuk kedalam bar saja dia sudah bisa membuat beberapa pejalan kaki pria perlu setidaknya minimal dua kali untuk melirik sambil meneteskan air liur menjijikan mereka. Pemuda itu tak habis pikir mengapa wanita itu rela memperlihatkan lekuk tubuh indahnya yang sama sekali tidak cukup bila ditutupi dengan gaun seksi macam ini hanya demi sebuah pekerjaan yang gajinya tak seberapa. Terus terang Dia risih menyaksikan wanita nomor satu dalam hidupnya itu dilirik para pria random dijalanan. Dia bahkan tidak berani membayangkan apa saja yang si wanita perbuat didalam tanpa pengawasan darinya.

“Pulang sekarang!” Pria gondrong itu begitu saja menarik tangan si wanita dengan paksa. Nada suaranya juga meninggi. Dia tidak suka melihatnya dalam penampilan seperti ini.

“Apa-apaan kau ini! lepaskan aku! Aku mau bekerja Lean!” Akhirnya nama si pria disebut, wanita itu membalas ujaranya dengan sengit ketika mata mereka bertatapan.

“Kau tidak perlu bekerja, biar aku saja. Kau mengerti ? diam saja dirumah ya?” pintanya sambil merajuk. Sementara kedua tangannya masih menawan tangan wanita itu. Tapi wanita itu malah tidak mau kalah dan mencoba menepis tangan yang menawannya dengan kasar.

“Kau pikir cuma kau saja yang bisa bekerja menghidupi kita? kau tau bahwa itu tidak cukup. Jadi tidak perlu so bersih dan menyuruhku diam dirumah!” balas si wanita dengan nada yang marah. Tapi mereka berdua adalah dua eksistensi yang paling keras kepala. Yang satu menolak maka yang satu akan memaksa dua kali lipat lebihnya.

“Berhenti menolak dan ikut aku pulang! Kau ini menyusahkanku sekali!” Lean lantas membuka jaket miliknya dan menyampirkannya begitu saja di bahu wanita itu. Dia tidak mau menerima penolakan apapun. Lean sungguh setengah membungkus tubuh wanita itu dengan jaket besar yang dia kenakan.

“Lean!” pekiknya lagi.

Kali ini Ketika tangannya disentak Lean tak lagi berusaha membawa si wanita pulang. Penolakan yang betul-betul keras tersebut menghentikan upaya Lean untuk membawanya pergi. Kali ini mata si pria nampak teriritasi saat melihat betapa merahnya polesan lipstick di bibir wanita itu. Astaga.. apa dia mengenakan lipstick yang berlapis-lapis sampai bisa setebal dan bling bling macam itu?

“Kau pulang duluan saja malam ini dan tidak perlu menungguku. Aku bosan harus terus mengurus tingkahmu yang berlebihan seperti aku ini adalah pacarmu. Aku tidak mau kau dihajar sekuriti karena kebodohan yang kau perbuat. Kau mengerti kan?” suruhnya lagi sambil telunjuk yang telah dihias kutek senada dengan bibirnya untuk menunjuk kearah dada Lean. Dia bahkan melepaskan jaket yang semula tersampir dibahunya dengan sangat mudah dan tanpa rasa bersalah. Jaket tak berdosa itu kini sudah jatuh ke jalan.

Lean hanya diam menatap wanita itu sekali lagi. Rasa tidak rela kentara terlihat dari air mukanya. Hatinya teriris pedih, Ketika melihat siluet wanita itu mulai masuk kedalam pintu masuk bar sambil melenggak lenggok seperti cara jalannya ketika mereka pertama kali bertemu. Leandra tahu bahwa disana berbahaya dan penuh pria hidung belang. Tapi wanita itu malah meminta dirinya berdiam diri dan pulang begitu saja tanpa upaya menyeret wanita itu kembali kerumah bersamanya ? jangan bercanda!

“Bu..” Lean tidak putus asa. Pada akhirnya memanggil sebutan itu terhadap wanita yang coba dirinya seret beberapa saat lalu. Biasanya panggilan itu akan cukup ampuh untuk membuatnya tidak berani melangkah maju lagi. Wanita itu Kembali menoleh, melirik kearah putranya yang masih terdiam membeku ditempat yang sama saat dia menepis tangan Lean dengan kasar.

“Lipstikmu tidak enak dilihat. Cepat hapus!” Leandra sudah berdiri didepan wanita yang adalah ibunya dan mencoba untuk meraih bibirnya. Tapi sang ibu cepat tanggap dan menghindari pergerakan Leandra dengan sangat mudah.

“Sudah kubilang jangan urusi aku dan pulanglah anak nakal! Bisa bisanya kau berkomentar soal make up luar biasa ibumu ini”

“Marie, cepat masuk! Sampai kapan kalian terus melakukan drama didepan pintu?” seorang sekuriti bergerak cepat menarik tangan sang ibu untuk masuk. Berhasil memisahkan Leandra dengan sang ibu sang sekuriti kemudian berdiri didepan pintu lagi sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

“Kau ingin membuat masalah lagi disini?” Baru kemarin dia melakukannya dan membuat ibunya kewalahan bicara dengan sang manager bar. Meski tidak suka, selama dia tidak punya uang yang cukup untuk membayar seluruh hutang itu dia tidak punya kuasa apa-apa selain membuat masalah.

Sekali lagi Lean harus mengalah dan merelakan ibunya untuk masuk kedalam sana. Membantu mencari nafkah untuk keluarga mereka. Ya, semua ini terjadi setelah kematian ayahnya. Sepeninggal kepala keluarga dengan tidak adanya harta peninggalan. Lean mulai banting setir menjadi sebuah mesin pencari uang. Dia melakukan apap saja yang bisa ditukar dengan uang. Pekerjaan apapun dia lakukan dikala senggang. Semua itu karena dia tidak bisa berdiam diri membiarkan ibunya bekerja ditempat laknat itu. Meski begitu setelah perjuangannya yang melelahkan, sang ibu masih tak dapat diselamatkan. Dia masih harus bekerja disana karena hutang. Seperti naskah drama ayah Lean adalah seorang penjudi yang memiliki hutang dimana-mana dan salah satu hutang terbesar yang dia limpahkan pada keluarga kecilnya adalah terhadap bar ini. Sehingga sang ibu mesti bekerja untuk menutupi hutang yang dibebankan sang ayah itulah yang kerap Marie ibunya katakan.

Setelah ini tidak ada yang bisa dia lakukan. Menunggu juga bukan jalan yang benar. Lean perlu pulang dan menyiapkan makan malam. Kedua adiknya pasti sudah menunggu dirumah. Namun baru saja memacu langkah menuju arah jalan pulang. Matanya melihat pada satu pemandangan yang membuat dadanya berdebar kencang. Bukankah itu wanita yang dia layani saat bekerja di caffe siang tadi? Dia terlihat sibuk menggandeng seorang pria mabuk yang nampaknya baru keluar dari bar. Meski pria itu terlihat bertingkah sedikit pada batas wajar, wanita itu sama sekali tidak mencoba melawan maupun kabur. Lean awalnya tidak ingin ikut campur, dan cukup mengamatinya dari jauh seperti ini. Lagipula dia mengira mungkin itu kekasih si wanita. Namun dia tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri Ketika mendengar wanita itu memekik cukup kencang, sebab pria yang digandengnya berusaha untuk memeluknya secara paksa. Dan si wanita terlihat cukup kesulitan sekarang. Apalagi Ketika tingkah pria itu semakin menjadi dengan menarik kerah bagian atas si wanita seolah berusaha melepaskan kancing bajunya dengan paksa, tindakan asusila yang sangat tidak sopan dan kurang ajar. Geram dan tak tahan hanya berdiam diri dan menyaksikan. Pada akhirnya Lean tanpa ba bi bu lantas langsung menerjang melayangkan tinjunya dengan cukup keras kearah si pria mabuk itu hingga dia tumbang.

“Mampus kau—”

“APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN! DIA KAKAKKU!” pekik si wanita yang kini malah menampar dirinya dengan keras. Bukan tamparan yang dia herankan. Melainkan perkataan si wanita.

Loh apa?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Rucaramia

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku