My Prince
iba-tiba datang menghampiri Noura dan
an berdiri dari duduknya. "Sudah selesai, Prince," jawabnya buru-buru, meski
berkaca mata besar di depannya. "Ayo ke kasir!" ucapnya seraya
menatap buku dan William secara bergant
ah kamu meng
"I-Iya, sih. Ta-tapi gak sa
tantang William dengan percaya diri, yang son
ne juga kedua teman William spontan melotot kaget. Bahkan Jasmine
au pangeran ketiga tersinggung dengan ucapanmu? Tamat riwayatmu, Nou," bisik Ja
dengan hati yang was-was. Pasalnya, celetukan Noura terbilang cukup berani dan berbahaya. Siapa pun pasti akan merasa direndahka
an yang sangat lucu. "Yang penting ini sudah menjadi milikku. Setiap orang berhak mendapatkan uan
kemudian, Noura kembali menyeletuk, "Sinting!" dan setelah itu dia
kepada pangeran mahkota?" ucap William saat mereka berjalan menuju parkiran. Satu tangan masuk ke dalam s
edikit keterlaluan terhadap pemuda ini. Lebih tepatnya Noura sedikit takut jika William benar-benar
Noura yang tiba-tiba menjadi penakut terhadapnya. Bibirnya berkedut tip
ka gadis ini benar-be
kan nanti. Seka
ce. Bolehk
ka mendengar kata saya dan anda, terlebih itu d
h. "Anu, Prince. Bolehkah aku pu
eng. "Masuk!" paksanya s
sa melakukan apapun selain menurut. Hanya dengan mempoutkan bib
ri toko buku itu diiku
saat mobil William sudah sampai
mengernyit bingun
suk ke gang
pada akhirnya dia mengangguk, memercayai perkataan Noura. "Baik
nya. "Tidak perlu, Prince. Jalanan
ong buku milik Noura dari bagasi mobil. Disusul o
an tubuhnya saat William dan kedua temannya akan pergi setel
gsung menyikut lengan Noura. "Kenapa berhenti di
gkah sambil membawa kantong berisi buku pemberian William. Ternyata lumay
bawa pangeran ketiga itu te
geran itu malah semakin terlihat sempurna ny
ou. Kenapa a
dia bahkan malah memberikan sebelah sisi kantong p
s, lalu mengambilnya. Mereka be
, dia langsung pulang karena sang ibu meng
jak awal sudah berdiri di depan gerbang kastil kerajaan. Begitu terus sampai akhi
teriak penjaga di depan kediaman Permaisuri. Terdengar seseo
penjaga langsung membuka pint
yang berada di sana, melainkan seluruh keluargany
ngkok dengan menekuk sebelah kakinya. "H
m dengan penuh cinta dan sayang
sang nenek, William lanjut menyapa ib
di sebelahnya untuk diduduki oleh
lia," jawab William de
tra bungsunya duduk. Bahkan nada bicaranya tak pernah luput dari nada mengintimidasi dan tidak bisa te
tiri William/selir raja), juga Phili
u kandung William) teta
i sini karena tiba-tiba meminta kalian untuk berkum
k dan tidak mematuhi aturan jika terus-terusan dimanja," kel
k berhak untuk meragukan penilaianku,
tuanya dengan hati jengkel, pun dengan Philip yang sudah me
rtuanya yang kini menampilkan wajah tertekuk. Dalam hati William menyoraki keduanya. Lalu, beralih ke arah Louis-kakak tiri keduanya yang
pelan. "Lalu apa yang membuat
. Dimulai dari putra satu-satunya, lalu menantu pertama yang kini menjadi rat
ya berkata, "Sudah beberapa malam terakhir
iang suami anda, Yang Mulia," sahut William dengan
u merindukannya. Suamiku adalah raja yang baik dan b
erhadap sang ibu. Padahal pembicaraan itu sering diulang oleh ibunya, tetap saja raja
emegang tangan William dan meremasnya pe
m, menunggu ucapan selanjutny
mannya. Raja begitu terlihat bahagia dan sangat menikmati momen kebersamaannya. Setelah itu, ket
up. Jantungnya berdegup kencang, menunggu kata-kat
ya. Kotak yang berukirkan bunga lotus dan mawar serta tali rotan yan
ada di sana bisa melihat isinya. Saat kotak itu terbuka, hanya ada satu ker
seraya menatap putranya. "Ba
ambilnya dan membacanya dalam diam. Sement
etapi raja tetap terdiam
ang Ratu seraya menye
ri pertamanya. Awalnya ratu terlihat bingung, tetapi di
sana penasaran dan bertany