Gamelan Retak
terakhir pelatihan audit. Tatapannya tertuju pada Fakhri yang ma
sannya?" Para peserta menjawab hampir serentak b
ng dengan tinggi sekitar 175 cm itu terlihat tampan dan
s," balas
an dengan pelatihan manajemen dokumen? Kalo aku sendir
." Watining melihat arloji di pergelangan tangan kirinya
dan mempraktikkannya dulu. Nanti, mereka bisa tanya kalo ada yang perlu
bagi peran untuk mereka menyiapka
uk menyusun dokumen. Mereka bisa mulai menyusu
ah obrolan Fakhri dan Watinin
a, semua sudah selesai u
di, saya sudah siapkan dua mobil dan sudah bilang juga sama para p
dari sini?"
m perjalanan. Lokasi
ita ber
rombongan naik ke dua mobil yang sudah disiapkan. Fakhri dan enam orang peserta laki-laki naik ke
i itu. "Karena keterbatasan waktu, teman-teman ini biasanya masih ada pertanyaan dan malamnya ketemu Pak Fakhri
ungkan. Datang saja ke hotel. Nant
malam, kami rencan
am berapa m
, Bu. Kita sekali
jawab W
alan yang menurun dan berliku ketika sudah berada di pinggir kota. Lokasi yang mereka tuju berada di daerah yang
iba di lokasi yang dituju. Sebuah rumah makan yang bangunannya dominan terbuat dari ka
rumah panggung, tetapi tidak memiliki dinding melainkan dikelilingi birai. Ketinggian lantainya sekitar satu meter dari permukaan tanah yang ditopang kolom-kolom kayu
ian belakang pondok. Rasa ingin tahu membawanya merapat ke birai bagian belakang dan melihat aliran sungai
da di sampingnya. "Ada tangga di sana untuk turun ke s
anti sa
duduk bersila di sekitar meja lesehan. Mereka mengobrol
, atau ekor?" tanya Fani pada Watining. Pindang yang dimaksud Fani terbuat dari ikan yang berukuran cukup besar yang biasanya dipotong-potong menjadi beberapa bagian.
, Bu," jaw
hri?" la
alas Fakhri. "Minta
ani menampakka
anya," ujar Fakhri diikuti tawanya. Yang la
nnya tentang pesanan mereka. Dewi berinisi
menuju ke bangunan utama rumah makan. Sant
n, Pak?" tanya Beni. "Bia
Ini juga baru jam
sementara menunggu makanan siap. "Kit
ke bawah?" t
Ada tan
mani, Bu?"
saja," jawab Watining tak mau mer
ng akan mereka tapaki agak landai dan tampaknya aman untuk dilalui. Di sisi kirinya, ada pegangan yang terbuat dari kayu dan
a berasal dari gunung. Pemandangan di bawah sana tampak a
" Watining
sejenak dan sedikit berputar ke arah kiri. Watining panik karena merasa tubuhnya akan jatuh menuruni tangga. Tiba-tiba, jantungnya seakan berhenti. Dia merasa
debar kencang. Watining menoleh ke belakang dan mendapati Fakhri yang berada satu anak tangga di atasnya tengah menahan dengan t
Dia lalu meloloskan tangannya dari tubuh Watining. "Maaf, aku refleks tadi waktu tahu M
aku," jawab Watining. "Kalo ndak, mungk
bawah?" tanya F
aki anak tangga ke bawah. Fakhri masih
atunya, lalu berjalan ke batu besar di pinggir sungai. Kedua kakinya dicelupkan ke dalam ai
odorkan ponselnya. Di layar po
enyangka kalau dirinya dijadikan objek foto Fakhri
kan pandangannya ke lereng landai di h
.. aku
. Sambil merangkul Watining dengan tangan kiri dan memega
ng foto-fotonya,
ambil mengirimkan foto-foto itu ke
tersenyum. "Kayaknya kita mending kembali ke
rsambu