Gamelan Retak
at sejuk dengan kabut tipis yang mengambang di udara. Di kejauhan, hanya
sudah berlalu, tetapi Watining belum tampak keluar dari kamarnya. Fakhri mengamati sekelilingnya yang sepi. Tak tampak satu orang pun sejak
ngunci pintu. Dia tersenyum ketika beradu pandang dengan Fakhri. Watining tampak cantik meski berpakaian santai d
ajak Wa
ining berdiri. Mereka berdua berjalan mela
get," uja
agak s
n mancing. Enta
tining tak menjawab. Hanya tangannya yang mencubit pi
r Watining sambil menunjuk penanda arah bertuliskan RESTAURAN.
i kompleks hotel itu. Mereka berdua berhenti di depan pintu yang di atasnya bertuliskan RESTAURAN. Di bagian muka restor
ketika mereka berdua masuk. Fakhri merasa aneh. Di waktu makan malam
dupan? Jangan-jangan entar munc
ang Fakhri katakan. Matanya melotot, tapi bibi
rtu menu. Fakhri merasa kurang berselera untuk makan. Dia hanya asal pesan dengan memesan
yang tampak aneh, tetapi ruangan yang sepi dengan meja-meja kayu dan k
t lain saja! Aku kurang sreg ma
Fakhri. "Iya, aku
nak di hatinya. Hanya separuh porsi yang dihidangkan dihabiskannya. Setelah itu, dia menunggu Watining yang masih
tika mereka berdua berjalan di selasar bangu
nggak ada acara lagi. Pali
h delapan lewat,"
ul mau
seperti usulmu. Ngobro
sudah menipis dibandingkan sebelumnya setelah hujan yang turun tak begitu deras selama beberapa menit saat
ukan di sini," ujar Fa
ekilas dan kembali sibuk dengan ponselnya. Fakhri me
brol?" ta
. "Gini loh ... Mas Toni itu dikenalin sama Mbak Tuti waktu aku ke Solo bulan lalu. Dia ken
ama Mbak?" Watining tersenyu
sering ngobrol. Sekarang ini, dia sudah di
duda?" tanya
. Anak-anaknya s
hubungan
imana, ya? Aku lihat dia laki-laki yang baik. Kelihatannya dia
ngomong seri
ih ngarah
nya Fakhri yang merasa belum mendapat
ndak pernah tahu apa
gal Heru. Fakhri menilai itu sebagai hal yang sangat wajar. Di usia empat puluh tahun den
*
i atas kasur. Konon, di daerah yang berudara dingin, mandi pada waktu dini hari bisa mengurangi rasa dingin dibandingkan mandi pada pagi hari. Namun, Fakhri ragu untuk mandi setelah dia terbangun pukul lima
reka. Beni pasti tahu di mana kamarnya karena dia yang memesankan kamar untuk Fakhri dan Watining. Saat Fa
ualaiku
nggu di ambang pintu. Sebentar kemudian, Fakhri sudah kembali lagi ke ambang pintu. "Kamu duduk dulu. Saya
, Pak?" tanya Beni ketika Fakhri kembali dan duduk
ak tiduk di mano bae (Bisalah. Aku ini du
snya. "Wah, laju lamo nunggu Ibuk, yo (jadi
aru jugo sebent
u Watining," ujar Fakhri. Beni
iap, payo, ki
nya sekitar sepuluh menit perjalanan. Beni adalah staf administrasi yang baru diserahi tugas untuk mengurusi segala keperluan Fakhri dan Watining
a bagaimana), Pak? Lemak da
atnyo yang dak co
tu (Kenapa b
awab Fakhri agak su
yo, Pak. Siang ini, abis gawe kito (selesai kerjaan kita), Bu Fani ngajak makan di ruma
Aku melok ba
bawah kanopi pintu depan. Tanpa memarkirkan mobilnya terlebih dahulu di lapangan parkir, Beni langsung mengantarkan
ang sudah dikenalnya di kunjungan sebelumnya
alami Watining. "Maaf, Bapak
pa, Pak?" Fakhri agak bingung. Apa yang me
ujarnya sambil tertawa. "Mari, Pak, Bu, kita langsung k
bertanya-tanya mengapa Deri menduga dirinya dan Watining adalah suami istri. Pikiran itu baru
khri berbagi tugas dengan Watining. Watining diserahi tugas untuk memberi pelatihan audit yang di
rsambu