FAMILIAR PLACES
rlihat asyik menautkan tubuh mereka. Hanya beralaskan tikar, di tema
a saling bertatapan. "Jangan pernah meninggalka
Gemi, "Sampai mati aku tidak akan
epat Byan menarik tubuh Gemi ke dalam pelukannya. Dan dala
ihnya itu. Sedang di belakangnya adalah pemandangan ombak yang menyisir. Cahaya
dua tangannya, lalu di ciumnya bibir itu dengan
li lagi,"
membelai-belai wajahnya. "Oh! Wanita ini... Harus kuapakan dia?" keluhnya,
iaskan hasrat mereka. Bersamaan dengan itu sua
i rumahnya. Di hadapan keduanya, ada seorang perem
daraan kita. Bagaimana pun sebentar lagi
raya menggenggam putrinya. April tersenyum ramah pada Mama dan Papa B
isan itu dengan canggung. Putranya itu ternyata
ril. Bagaimana kabarmu?"
Ia duduk miring dengan sikap anggun. "Kabarku baik,
melihat pemandangan itu, ia lekas mera
di rumah kita. Sepertinya mereka akan membicarakan tentang keseriusan hubu
elah sampai ke ponsel Byan. Namun, pri
sini," ucap Gemi susah payah. Sedang di belakang
kan, Gem. Termasuk pulau ini, jika kamu memint
an Byan, ia menghindar saat kek
kamu semakin pi
an gaya seksi nan menggoda, "Aku tidak menggombal. Suatu hari aku akan mewujudka
*
t sedang membaca pesan singkat yang di kirimkan Dirga. Waj
terjawab, Byan bersikap gug
Dirga akhirnya men
lam? Apa yang di katakan
saja mereka berpihak padamu! Apa kamu pikir mereka akan mengatakan kalau kamu sudah memiliki kekas
n tak bisa melanj
jangan membuat masalah semakin besar
menarik rambutnya dengan kasar. "Apr
pa
annya pada tembok. Ia tak yakin kalau dirinya sudah mengataka
h siapa?" s
ku
nya mengatakan semuanya pada Dirga. I
gkannya! Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi dia bersikeras ingin tet
kuan Byan, suaranya tak terdengar dari sa
ril tidak akan pernah bisa s
sebaiknya kamu temui dia, dan je
gguk, lalu menu
eritakan pada Dirga, termasuk mengapa
an selama empat tahun, Byan melihat alat test kehamilan di kam
April untuk memi
Entertaiment baru saja menawariku kerja sama, kamu tahu... Fotok
ku, ia tidak percaya A
kalau sekarang kita mencari W.O untuk pernikahan kita?" Byan ber
aku sangat menunggu kerja sama ini. Aku
angat bahagia mendengar kabar kehamilanmu, aku bahagia bukan main. Bahkan aku merinding saat menyentuh alat
nnya dari genggaman Byan. Dengan kejam April me
e rumah sakit, temani a
tu. "Jika kamu merasa tidak nyaman tinggal di
ak mau kehilangan mimpi besarku! Aku belum mau mengingink
gejar mimpinya, mengapa kekasihnya itu mau ia ajak tidur bersama? Mengapa ia selalu mau melakukan hal itu dengannya? Byan merasa terhiana
, aku memasak sesuatu untukmu,
ah tangan menyentuh pipinya dengan hangat. Seorang peremp
H
idak seperti biasanya kam
sap tangan Gemi,
ja. Kamu tidak lihat jam berapa sekarang?" Gemi
tidak bereaksi ceria seperti biasanya. Ia
bangun!" teriak Ge
melan kekasihnya itu. Byan bergegas menyibakan selimutnya, lalu terlihatl
sam