True Love
ni.
nya jadi risi juga karena pak Maulana dan Ustaz Yahya memper
upaya Aini tidak terlalu erat memelyang akan memarahimu sekaran
sihan, risih dan keinginan terus melind
esak napas." Kali ini pak Maulana mem
a. Matanya mendongak menatapku. Mata kosong itu sed
u, kan, Aini?"
gat dan mengumpulkan memori di otaknya. Perlahan,
Aditya. I
a terus beriak, lalu air matanya pun turun menganak sun
ngingat luka masa lalu. Jangan meras
erlihat basah, kemudian berbalik b
aneh. Ada rasa bersalah membuatnya terlihat t
rtawa tiba-tiba. Sejauh ini, ia tidak berbahaya atau menyerang orang lain kalau marah. Hanya berteriak dan meracau saja. Hany
ibentak, Aini bisa bersikap no
rtumpu pada Aini. Keadaannya membuat hati begitu ngilu. Ia bukan lagi Aini yang dulu, yang n
umandang dari mesjid se
untuk salat maghrib
ti langkah Ustaz Yahya. Sementara Ai
*
at Maghrib berjamaah, aku t
u
itu cukup keras, seperti ada sesuatu yang jatuh, diikuti seruan kaget ora
erubung sesosok tubuh yang terbaring. Mataku te
ng dewasa lainnya keluar dari mesjid, menuju ruangan perawatan. Wajahnya terli
ance, tangan Pak Maulana bergerak. Terd
edang menelpon ambulance,"cegahku sambil memegan
tak akan l-la-ma..." Suara pak Maulana t
s segera di obati,
hnya meringis, tangannya semakin menekan
tersengal. Telapak tangannya yang kugenggam, te
tersengal dan cepat, mulutnya bergerak-gera
ggangguk-anggukan kepala tanda mengiyakan permintaannya. Jantungku berdetak tak karuan, badapada Ustaz Yahya yang s
nga pak Maulana, menuntunnya mengucap kalimat syahadat. Mulu
emutih semua dan pelan
engembuskan n
usap wajah pak Maulana yang telah pergi dengan tenang. Terlihat wa
ir turun dari mataku. Aku mencium tangan pak Maulana yang telah lepas dari
milik-Mu dan akan
an terakhir beliau, meminta maaf dan menitipkan Aini
sanak saudara Pak Maulana, untuk memberita
tahu siapa kerab
juga alamat dan nomor telepon. Saya selalu mencatat data
ak tahu banyak mengenai keluarga Aini, karena saat ingin
memberitahu Aini, bahwa bapaknya telah tiada. Apa Aini bis
n. Aini masih proses ke arah stabil. Masih bisa sewaktu-waktu kambuh lagi, kalau mendapat keju
*
usai dinihari. Para pelayat telah pulang. Adik pak Mau
k kantor hari ini. Tasdika yang juga asistenku, kusuruh mengawasi dulu
i padaku. Amanah ini seperti enteng, tetapi sebetulnya berat. Hal ini harus aku beritahukan
s hidupnya sendiri. Ada kebingungan yang menderaku. Apa yang har