My Lovely, Ajeng
ni tidak pernah di lakukan Ersya sebelumnya. Selama ini urusan bisnis yang diurus sama sekali tidak sampai ke
rem dan putih. Warna yang terlalu manis untuk karakter seorang Aldo menurut Ersya. Mungkin ini adalah warna kesukaan dari istri pria itu. Erysa mulai menerka-nerka wanita seperti apa yang mau bersandin
didengar Ersya. Saat Bibi datang dengan membawa teh, seorang wanita dilihat Ersya menuruni tangga rumah. Begitu anggun, begitu cantik, dan muda. Yang paling membu
g, istri Aldo. Dalam pikirannya Ersya berandai-andai jika saja Dh
mun, Ersya salah. Saat ia mengajukan pertanyaan soal anak dan juga cinta, senyum Dhiajeng sek
. Ia tak tahu apa masalah rumah tangga Dhiajeng. Hanya sa
kui perkataan Ersya. Senyum
ak berbeda jauh." Ersya menawarkan, ia ingin
at ke arah suaminya pergi dan belum kembali. "Aku
akan merugikan perusahaannya. Namun, ia tak ingin membuat Dhiajeng merasa buruk
tanya kamu begitu selektif sebelumnya." Dhiajen
ajeng pasti sedikit. Wanita cantik di depannya juga akan menjaga jarak s
bekerjasama de
ekerja kerass saja supaya kerugian itu t
ajeng terdeng
menggulurkan tangan. Sebenarn
u saja. Tapi, aku bukan teman yang baik." Ersya melihat ekspresi
sya mengerny
an pertemanan untuk memaksamu
cil, bukan karena mendengar pengakuan Dhiajeng melainkan menikmati
ini giliran Dhi
nan untuk mencari celah merebutmu dari suamimu, jawab Ersya dalam h
*
ia mengginap. Wajah Ersya selalu penuh dengan senyuman. Aldo tahu alasannya. Apalagi kalau bukan karen
wajahnya yang cantik, membuat siapapun tidak puas untuk selalu memandang dan membahagiakannya. Begitu juga den
akasih, ya, Sayang," ungkapnya. Seperti setiap kali Kerjasama berh
si berdua aja. Aku nggak tahu harus ngobrolin apa sama mereka," protes
engertian istrinya. Dengan merangkul pin
Mas," ajak Dh
ruang kerja lagi." Aldo tersenyum,
n ...." Dhiajeng tidak jadi bicara k
ngertian kamu. Maafkan, Mas, ya?" Aldo mel
*
ermin rias di kamar tidur. Apa yang k
kan rambut untuk membuat rambutnya bergelung, hanya perlu di sisir saja. Dua matanya bersih dan bersinar, bulu mata yang lentik dan alis yang tebal dan hitam. Hidungnya mancung. Pipinya juga
hanya akan kemari ketika berganti pakaian dan mandi. Selebihnya dihabiskan di dalam ruangan kantor
ng sendiri Aldo tak lebih dari lelaki dingin yang tak memberinya kebahagian sebagai
o dahulu. IA tak cinta, tetapi demi kedua orang tuanya yang terlihat bahagia. Dhiajeng merelakan semua cita
na tak percaya. Ia meremas amplop coklat ya
teman Ibu dan Ayah. Kamu pasti
ja sendiri dulu, Bu." Ia semak
keputusan Ayah dan Ibu, buka
waran. Yang di sampaikan oleh kedua orang tuanya adalah keputusan dan tidak