My Lovely, Ajeng
mbut pencariannya. Tidak sulit mencari, tinggal memasukan nama perempuan ber
alu banyak, kebanyakan foto bersama dengan dua orang yang salah satunya di kenal
i menyinari tubuhnya. Matanya tertutup sebelah, perempuan itu tersenyum ke kamera. Sebelah tangannya menyentuh belakang kepala. Sebelah lagi menutupi
pujaan hati secara sembunyi-sembunyi dan mengambil foto dari akun untuk disimpan di galeri. Padahal sebelumnya dirinya yang dikejar-kejar banyak gadis. Namun, kini ia rasa mampu
k kapan kamu bertema
risnya, Hafizha, kalau tidak salah itu namanya. Untung saja tempat duduk Ersya dan Aldo di batasi oleh semacam papan bermotif jaring laba-laba.
. Dhiajeng anak ya
tahu jauh-jauh untuk mendengar semua hal
pacar seb
do dilihat Er
. Dia tidak pernah menambatkan hati pada p
-baik yang tak pernah melenceng sedik
pemuda tampan yang antri hanya untuk bicara dengannya. Kal
tersenyum mendengarnya, rupanya bukan hanya dia sa
punya pacar?" Aldo t
tanyaan itu memiliki maksud yang tersembunyi di dalamnya dan tiba-tiba m
i rel dan tidak melenceng." Hafizha menjawab dengan
dan Ajeng belum pe
a merasa sedih secara bersamaan. Tiba-tiba ia menyadari j
*
kini. Beberapa saat lalu, ada Hafizha di samping Dhiajeng. Kemudian Hafizha harus bergegas pergi setelah mendapat telepon dari kantor, ada berkas yang h
erupa pudding lembut. Sesekali ia tersenyum melihat ke arah Septina yang
mungkin sa
Ersya telah duduk di depannya. Dhiajeng hampir saja berdir
ekarang. Bukankah sedang menikmati sepasang kekasih yang bahagia
ng menganggu
Panggil saja namaku, Ersya," pint
ang atas undangan siapa?" tanya Dh
lambai ke arah mereka. "Pria beruntung yang memenangk
sekali tak menyangka jika suami Septina bert
ngga aku terlambat bertemu dengan
k mendengar jelas pe
ntik, sewarna dengan penganti,
u didengarnya barusan, ia masih merasa tidak sopan. "Ya, kami sempat ribut untuk memutuska
sya menaik
g katanya ada pekerjaan kantor," terang Dhiajeng. Ia t
sangat
menjawab tanpa
*
an keyakinan. Ia ingin sekali mengatakan pada Dhiajeng jika perempuan i
harus hati-hati." Ia lebih memilih meng
bermata cantik kini me
Ersya menghela napas dahulu. "Kadang-kadang ap
s. Mungkin paham dengan yang sedang berusaha d
Dhiajeng terkekeh kecil setelah bicara. Deng
ah pengertian dengan yang disampaikan. "Bukan begitu maksudku," elak
iajeng bersikap sok bijak kini. Namun, senyum
seru Ersya. Tangannya bergerak-gera
kekecewaan dalam hidupku dan hidupmu sete
cewa sedikit mengetahui Dhiajeng bukan adik dari Aldo melain
mbil menjulurkan kepala dan melambai ke a
. Tapi
gurat tak paham di w
gangguk. Hanya dia yang tahu pen
ata lagi, "Sejak tadi hanya aku yang bercerita. Kapan kamu akan bercerit
yum. "Aku se
g terdengar kesal d
gadis itu. Setiap ekspresi mengambarkan seberapa mudah Dhiajeng dekat dengan or
suami Septina saja,"
erah. Itu sifat
eadaan hal itu ma
diselingkuhi dan ditikung sahabatnya sendiri. Namun, Ersya de
ak
ar. Aku membawa mobil
pertanyaanmu ini?" Dhiajeng bersikap seol
gin kamu ketahui selama perjalanan."
eru Dhiaj