Aku Suka Kamu, Tapi ....
u keluar dari kelasnya sendiri yang lorongnya menghadap ke tangga utama. Saat gadis itu kemudian tersandung,
nti, tetap berjalan dengan konstan. Adit melihat sendiri bagaimana Sena berguli
u bisa men
ak fokus. Gadis cantik teman SMAnya seperti orang linglung. Lama sampai didengar
Ia berjalan dengan hati-hati menuruni anak tangga dan setengah berlari
en
dalam mobil. Rasa penasarannya ketika melihat seorang pemud
gsung menoleh dan menuju ke ar
enapa Sena?" teria
ab. "Ke rumah sakit, kumohon," pintanya s
ahkan tanpa diminta Adit sekalipun. "
umnya Rayna telah masuk lebih dulu. Kepala Sena kini terletak di pang
mau menunggu lebih lama dan terjebak macet. Tak lama mereka telah memasuki lalu lintas jalan raya, kecepatan mobil yang dikendari Pak Sarmin se
haru tidak apa-apa!
t Adit keluar dan kemudian membuka pintu penumpang bagian belakang,
an Rayna tertahan saat akan mengikuti brankar menuju UGD. Mereka diminta menunggu dan juga menguru
. Akhirnya diputuskan untuk memberikan kabar pada temannya itu. Ia telep
, Adit langsung mendekati. Ia ingin tahu kabar ten
nti. Namun, pasien mengalami geger otak ringan,
r segera. Kepala Adit mendongak mencari keberadaan Rayna. Ternya
elahirkan Sena tersebut sangat khawatir pada putrinya. Perempuan itu pernah me
dengar Mama,
embali memejamkannya. Brankar didorong o
dak perl
ti, terhenti. Ia menunduk, peras
f, T
uk putri saya dulu. Sekarang jan
ergi, menyusul ketertinggalan
*
lau aku nggak
ih diam setelah berkali-kali ditanyai. Entah ke
amu angkat diperlombaan. Aku tahu saja enggak!"
esalahan, memanasi yang lain untuk melaku
eman-temanmu ya
. Ia mengatakan sudah melakukan kesalahan. Akan tetapi, mereka
tidak kasihan pa
. Apalagi cara yang bisa dila
Sena yang memanggil namanya. Semakin lama suara itu semakin kecil dan menghilang. Ia lalu menoleh saat
a. Pikirannya dengan egois menolak apa yang sedang dibisikkan hati. Pikirannya berteriak ia sama sekali tak bersalah. Selanjutnya ada a
ekali pun Adit men
l langkah seribu menjauh dari sekolah. Tak mau lagi mendengar teri
epan kelas dengan wajah basah oleh air mata. Anak-anak yang biasanya rama
icara denganmu?"
putih tersebut berbalik maju meli
rka apa yang akan dikatakan Mama Sena padanya. Ia yakin pasti tak jau
tai teras, memandang halaman upa
g terjad
bisa me
perkataannya. Ia mengambil napas dulu sebelum kembali bicara. "Dia mengurung diri
tak bisa membayangkan akan melukai Sena dengan cara
sebenarnya pada putriku?" Mama Sena akhirnya men
akut kalau memang dialah yang menyebabkan Sena memilil lagi di hadapannya. Bakan jangan memperlihatkan
aja. Langkahnya gontai saat melint
an aku, Sena
erduduk dala