Aku Suka Kamu, Tapi ....
tunya seharian. Ia bahkan tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri--bahk
k Se
ejakan Mama sudah memanggil di luar pintu kamar. Ingin Sena diam saja, ber
ngin menarik selimut dan
ri ini, kan?" tanya as
membacakan jadwal untuk hari ini. Ia hanya ingat jadwal pemotretan j
terasa begitu berat saat turun dari ranjang dan mendekati pi
nyum palsu di depan kamera, ia melakukan hal y
u lupa. Apa ja
, kumohon! Biarkan aku t
memakai jilbab lebar itu t
ikuti pertemuan alumni SMA. Kan sudah jauh
t. Hatinya menyangkal telah menerima undangan pertemuan para
ng sedang dilakukan, tersenyum terus
dua tahun lalu tentang pelecehan yang dit
-siap. Sementara hatinya menjerit meminta pertolong
*
lai lagi, gumamnya dalam hat
ekali tak berniat menolong. Santai, pemuda bekulit hitam manis itu melengang di samping ku
ya. Teriak-teriakan keras dan juga hinaan sampai juga ke telinganya. Sekali lagi, Aditya hanya meliri
r
menjadi bulan-bulannya di depan kelas. Bukan karena niat membantu, apalagi memberikan sedikit rasa prihatin melalui
! Lo bener-
n dengan kejam ditendangnya kaki gadis itu. Tak keras m
esis gadis
menunduk, tak ingin memandang pemuda yang kini telah berdiri. Ea
h, lo berhenti
putih semakin pasi. Ia hanya berharap segera me
berurai. Ia tak pernah menyangka
*
n apa A
ar lebar yang ada di dinding kafe langsung menoleh.
ak a
ebelum disesap pelan. Kini ia lebih memilih memper
enal tersenyum di sana. Ia sedang beradu akting dengan aktor kawakan dalam se
gin bert
langsung m
jawabny
a tidak akan datang." Reno menduduki kursi di sebelah Aditya. "K
tahu apa alasannya. Ia mendesa
berdosa pa
depan pintu masuk. Pria muda pemilik kafe tersebut mengangkat tangan. Ia kem
mengeser layar ponselnya, gambar paling lama yang bisa ditangkap muncul sebagai walpaper. Hari itu dia jatuh cint
dak punya kesempatan
ndekati, cepat Aditya
*
ada hari ini?" Sena bertanya un
hun tersebut. Bukan tanpa alasan sikap Sena yang biasanya begitu manis terlihat cuki
nar-benar h
n mengatakan terserah padamu. Namun, saat ini kamu telah m
n kakinya. Ia benar-benar tidak suka, tetapi tak punya pilihan untuk
yang bekerja sejak ia menjadi artis mengangguk dan tersenyum saat membu
gsung memacu mobil cepat keluar dari halaman apartemen. Ia selalu saja tak banyak bicara saat melakukan peke
ak?" tanyany
Sena. Setelah semuanya siap, Sena menunggu Ray
gemarnya. Ia kewalahan meloloskan diri dari kepungan kalau saja
nya mereka tidak percaya setela
n mengangguk pelan seperti biasa. Ia melangka
ulu. Mereka tampak sangat terkejut dengan kedatangan Sena. Orang-
na! Ya Tuhan, ak
nah sekali pun ikut dalam aksi membully, walau juga tak pernah punya kebeRaynan melerai. R
Sena dengan tulus kali ini. Wa
uhan. Ia tahu jika mendekat Sena akan lari. Ma