Aku Suka Kamu, Tapi ....
ebalkan membaca nama Adit dalam obrolan mereka. Semua ke
ma kenapa?" t
enyapanya. Ia memilih tak menjawab, membiarkan
derita anemia, Mama selalu menyediakan jus tersebut di meja sarapan. Ia tak ma
kan, Sena?" Mami berhenti menyesap teh da
lan tiga tegukan jus, mel
kamu g
l dan menerima banyak tawaran, membuat Sena memang
setelah jadi artis loh, Sen." Ma
tu tunggalnya tersebut mengajukan syarat. Sena tidak boleh
a, Sena
senyumnya. Namun, mau tak m
ertanya pada semua orang apa kesalahannya hingga diperlakukan sangat buruk. Senam au membuktikan pada Mama bahwa ia sama sekali t
gurus semuanya,
buku jadwal terpana, tidak tahu s
ya, Bu?"
n. Namun, orang yang dilirik sepert
kan jus. Ia menjejalkan roti tawar lekas s
k terlalu padat. Sena udah
ggalkan selama satu tahun penuh. Begitu tahu, mu
i akan saya atu
mulai menyendok sarapan yang
*
lah mendaftar secara mandiri, ia lebih disibukan dengan tawaran syuting dan pemotreta
datang. Ia ditemani Rayna dan sopir
a dan Mama berteriak histeris melihat ikatan itu tadi di rumah. Walau sudah tampil tanp
ancar. Ia sudah sendirian. Rayna tak bisa lagi mengiringi langkah Sena. Walau sudah terb
arang tatapan seperti itu pasti sudah
gi orang lain kini. Untungnya ruang kelas yang dituju cukup sepi, hanya ada dua orang yang sedang fokus dengan buku di kur
ing. Mereka sama sekali tak peduli dengan keberadaan orang baru yang duduk di belakang. Untuk itu Sena sangat b
gulang semua dari awal dan sekarang bahkan terlambat sebulan dari jadwal seharusnya.
bantu teman baru kalian yang pakai topi di belakang, dia sepertinya cukup bingung dengan study barusan." Selanjutnya si dosen-Sen
tebalnya ia berusaha mengenali satu per satu teman dan akhirnya terpana pada orang yang memakai t
i .
kejutan di wajah Uno. Mulut pemuda culun itu terbuka dan siap terpekik. Si
gan teriak. Pli
menunggu sampai Uno menganggup paham, baru
" Sena bernapas lega saat Mengetahu Uno tida
kan?" Uno berbisik, bahka me
h Uno. Ia lalu mengangguk dan tersenyum getir. Ia den
g kenal denganmu." Mata Un
engan Sena untuk orang-orang di kos. Me
ang catatanmu?"
ursi. Ia mengambil sebuah buku cukup tebal dan kembali menuju Sena. Kaki
Nanti aku bisa catat ulan
tan giginya yang di
balikan lagi padamu." Sena membasahi bibirnya sebentar, kemudian bertanya
ya cepat-cepat. Ia menyerahkannya pada Sena. Ponsel itu sempat tergelinc
an-temanmu yang lain, ya." Sena berpesan
kini benar-benar ingin menghilang sebab rupanya para mahasiswa suda