Pembalasan Anak Laki-lakiku
n Anak La
rt
sedang duduk di depan teras menunggu kepulangan kedua anakku. Dengan m
juga kembali. Ada begitu banyak hal y
enanyakan pendapat Uwak, karena sebelumnya tidak pernah Ali ma
u cepetan nyusul kesekolah," ujar Uwak sa
mualaik
menggunakan sepedanya, aku menghentikan a
salam," ja
anyaku pada mereka yang sedang memasukka
ambahan," jawab Ali sambil meraih tanganku untuk diciuminya. Diikuti den
l mereka sudah minta ijin tadi pagi padaku untuk mengikuti pelajaran tam
it Salma yang berjalan masuk kedalam rum
halat," ujarku ketika mereka masi
*******
sudah sekolah aku suruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah. Aku memilih kekamar unt
ng
kku, segera aku menyambar ponsel
n akan menerima pembala
perti terkena cakaran ayam, dan juga seperti bentol-bentol merah di seluruh tubuhnya. Dan apa hubungannya de
ng
ng
ng
an beberapa pesan beruntun. Aku segera membukanya karena me
di rumah. Akan aku beri mereka pelajaran,
a yang terjadi sebenarnya, karena tadi yang pulang terlambat hanya Salma dan Ali. Apakah mereka berbohong dengan mengatakan
t dia sedang menyiapkan beberapa bu
egera ke ruang keluarga, jangan lupa ajak Bang Ali," u
hkan raut wajahnya berubah pucat,
ng diikuti oleh Nanda dan Lukman. Padahal aku hanya menyuruh
ian mereka duduk berhadapan denganku, wajah mereka
u pada mereka berdua. Salma terlihat menundukkan wajahn
n wanita itu," jawab Ali l
ercaya sama pernyataan mereka. Tidak pernah sekalipun me
yah kalian gimana?" isakku, aku hanya khawatir tentang keadaan mereka. Aku takut
mi pulang dengan selamat, dan tidak k
nya bisa terdiam, tidak
emua mata tertuju padaku, Lukman dan Nanda juga melihatku dengan tatapan penuh harap agar aku bisa menjelaskan semuanya. Benar, mereka memang
Ibu," aku menarik nafas panja
ng tinggal di kota," jelasku dengan dada yang teras
dak menganggap kita lagi," tandas Ali dengan suara berat. Wajahnya memerah, aku tau dia sedang menanggung beban
membalaskan sakit hati yang Ibu rasak
atirkan kalian. Anak Ibu," isakku dengan memega
sudah tidak punya
nya," pungka
panpun dia tetap Ayah kalian," im
unya ayah lagi," bentak Al
arang akan hidup tanpa
ini. Karena sebelum pergi ke kota, Ayah kalian sudah mengha
Aku tau, tidak seharusnya mereka memikirkan masalah seberat ini, tapi aku harus memberitahukan mereka sebelum rumah ini di segel. Karena sud
Kring...
n diantara kami, aku mengambil ponsel dan me
tanya Ali
ang memang bisa melih
bicara," ucap Ali merampas p
ngeroyok istrinya," ucapku memperingatkan Ali. Namun,
k nyelakain Maya?" teriak Mas Rahman saat Ali m
gan seringainya yang menurutku mengerikan. Dia anak yang pendiam, tidak banyak cerita kalau bukan dengan Sa
inya mengejek Ayah?" ujar Mas
ap Ali lagi. Suaranya memang terdengar
kalian lagi," hardik Mas Rahman dengan pongah. Ya Allah, teganya dia mengatakan itu pada darah dagingnya sendiri. Aku tidak bi
untuk kami," desak Ali. Aku tau maksud Ali, dia ingin menyuruh M
kalau tidak sanggup bayar ya pindah. Gampang kan?
pa. Siap-siap saja terkenal dan dipecat dari
acam-macam ya!" teriak Maya ya
seorang pelakor," gertak Ali lagi. Dia segera mematikan sambungan telepon, dan meletakkan ponse
li, tidak pernah sekalipun aku melihat dia seperti ini. Apa selama
pi tidak ada satupun yang memperdulikannya
a bersama kamu
Kami yang akan menjaga Ibu dan adik-adik," ujar Nanda sambil meme
lihat kearah Ali yang tersenyum melihat ke arah kami. Sekara