icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pembalasan Anak Laki-lakiku

Pembalasan Anak Laki-lakiku

Penulis: Ilyas One
icon

Bab 1 Mengiba

Jumlah Kata:1507    |    Dirilis Pada: 06/08/2022

n Anak La

rt

lam hidup kalian," usir Mas Rahman. Wanita yang ada di sampi

k kita, Mas?" tanyaku mengiba, aku berhara

n. Aku capek!" teriak Mas Rahman garang, kini semua orang yang berlalu lalang di terminal melihat ke arah kami. Sebenarnya aku sangat

miku menikah lagi, tapi hatiku terlebih sakit saat mengetahui jika dia mengakui pada semua orang yang ada disini jika dia dud

nak dan istri." Dia berkata dengan pongah, ku akui dia laki-laki yang tampan. Yang dengan mudahnya menaklukkan hati wanit

sinis, dia tersenyum melihatku mengiba seperti ini. Hilang sudah harga diriku di depan mereka, ini semua

hasil rampasan," tanyaku menatap tajam

da Mas Rahman meminta untuk dibe

ng dengan suka rela menikahinya, tarik balik kata-katamu tadi,"

u, itupun anak dari hasil hubungan gelapnya dengan suami orang. Dan sekara

i ada beberapa kamar kosong yang dijadikan sebagai kamar kontrakan bagi mahasiswa atau orang yang yang masih single. Wanita yang merebut suamiku bernama Maya, dia salah satu yang mengontrak di

ggung jawab atas janin yang ada dikandungnya. Beberapa kali kulihat istri dari laki-laki itu kerumah Ibu mertua untuk melabrak Maya. Aku sebagai wanita saat itu ju

i meminta maaf kepada mertua karena kelakuan anaknya yang meresahkan. Hanya saja dulu Mas Rahman sama sekali tidak melirik ataupun

kamu," ujarku penuh iba, jika memang Mas Rahman tidak mau menerimaku lagi tidak mengapa, tapi jangan anak-

seabrek," maki Mas Rahman lagi dengan tertawa simpul. Seabrek katanya, dulu ketika aku ingin menggunakan kontrasepsi Mas Rahman lah yang paling mel

rajut mimpi dan cinta, berjanji berdua akan setia selamanya sampai ke surgaNya. Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya aku akan di tinggalka

arena pengurangan karyawan di perusahaan. Saat itulah sikap Mas Rahman menjadi sedikit berubah, dia sangat pusing memikirkan bagaimana caranya agar kami tetap bertahan hidup. Jadi, suatu hari datang

peluang untuk kita membuka usaha di bidang teknisi. Setelah berbincang-bi

Rahman saat aku sedang memasak di da

a aku berat jika harus jauh dari Mas Rahman. Bukan hanya karena aka

warkan ole

earah Mas Rahman yang sedang menggendong si bungsu

u sendiri tabungan kita sudah nggak ada, belum lagi biaya sekolah anak-anak." Wajah Mas Rahman terlihat lesu, aku tahu

membutuhkan modal. Sedangkan tabungan kita sudah tidak ada, untuk makan

gang, bagaimana mungkin menggadaikan rumah ini. Sedangkan ini adalah rumah peninggalan orang tuaku yan

mu tidak sanggup untuk membayarnya. Bagaimana ji

n membuka usaha, kita harus siap rugi. Tapi kamu tenang saj

utkan pembicaraan ini. Aku melanjutkan

ada Salma-- anak perempuan tertuaku. Dia anak yang gesit juga pintar, kulitnya juga putih b

i makan malam bersama, jika biasanya orang-orang makan dalam keheningan, tidak dengan

angkan bagaimana nyamannya aku makan. Tapi aku sama sekali tidak merasa

era membereskan dapur dan piring kotor, sedang Mas Rahman menidurkan si kecil Anto.

dapur. Aku yang sedang mencuci piring tidak menja

ka, aku janji jika nanti aku sudah sukses disana. Kalian akan kubawa ke kota untuk tinggal bersama." Mas Rahman terus mengib

anku yang basah, lalu aku berbalik menatap ma

h mengurus semuanya," jawabku tersenyum

gecup keningku mesra, dia memang mamp

mata. Jangan tanya anak-anak, mereka histeris menangisi kepergian ayahnya. Maklum, kami tidak pernah berjauhan sebelumnya. Aku menenangkan pikiran dengan m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka