Pembalasan Anak Laki-lakiku
n Anak La
rt
hfirul
hfirul
a, tapi mereka tidak boleh kehilangan kasih sayang Ibunya. Aku terduduk dilantai menangisi semua hal yang terjadi padaku, merutuki kebodohanku yang mempercayai Mas Rahman untuk menggadaikan rumah ini. Aku mengusap wajahku
To
erempuanku yang bungsu. Aku menghapus air mataku dan menetralka
bergegas bangun dan mandi, setelah itu aku memakai baju daster rumahan yang bahannya sangat nyaman. Tidak lupa memakai bedak aga
un duduk sambil menggendong Anto, kami semua makan dalam diam. Biasanya jika kami makan, selalu ribut, entah kenapa malam ini mereka sa
ukkan Nanda yang murung, dia sama sekali tidak menyentuh makanannya. Nasi yan
egitu menyiksanya. Aku bangun dari tempat duduk dan berj
ambil membelai rambutnya yang basah, s
ertanyaanku, Nanda h
menjawab ingin bertemu dengan ayahnya, sungguh tida
nya pelan, aku tau dia sedang menahan air matanya agar tidak lu
n menelpon ayah, oke," bujukku lagi aga
kkan kepala tanda setuju. Walaupun aku tidak yaki
n segera mengambil sendok me
kanku hilang. Hanya Anto yang kusuapi makan d
siap makan malamnya. Aku segera bangun dan menutupi sebagian tubuh Anto denga
, kamu harapan Ibu di masa depan juga di akhirat'. Kemudian aku mengecup lem
h yang lainnya. Aku menaruh jari telunjuk di depan mulut tand
mbil ponsel dan duduk ditengah mereka, kulihat Uwak ikut melihat keara
nggu akhirnya terhubung, tapi tidak diangkat. Aku melihat kearah anak-an
ku menekan sekali lagi nomer Mas Rahman dan mencoba menelpon sekali lagi, b
juga terlihat sangat bersemangat, tiba-tiba telepon genggamku ditarik oleh Salma. Dan dia berdiri dar
Ayahnya, tapi tiba-tiba kata-katanya terputus serta raut wajahnya berubah send
ia katakan sehingga wajah Salma berubah sedih. Nanda yang paling antusias tadi
dan mengambil ponselnya dan kulihat panggilannya sudah terputus. Wajah mereka yan
hentakkan kakinya di lantai dan segera berlari ke kamarnya. Melihat itu,
stik es krim. Uwak memang kalau kesini selalu membelikan merek
nawarkan es krim, tapi tidak malam in
h menutup telponnya
atanya. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus Ayah selesaikan," jawabku menjelaskan. A
setelah mereka tertidur aku menuju ke kamarnya Salma. Kulihat disana sudah ada U
ang paling cantik ini bisa nangis gini," bujukku pada Salma yang masih tidur de
ngis, matanya juga merah tanda sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata. Hatiku hancur melihatnya begini, aku marah dan
atap mataku tajam. Tatapan matanya yang basah karena air mata mampu menghujam jantungku, rasanya oksigen di da
Salma nanyanya g
apnya setengah membentak, dia memang begin
kalian. Ayah akan pulang, tapi setelah pekerjaannya disana sudah s
ak Salma dengan menangis histeris. Ya Allah darimana dia tau semua itu, bahkan sekarang dia b
ntuk berbicara lembut dan tidak berteriak. Karena aku selalu bilang, jika kita sedang ma
anya sendirian, ada aku Bu. Ibu bisa berbagi semuanya dengan aku." Salma menangis sesengguk
yang paling dewasa. Sikapnya yang tenang, dan pendiam membuatnya lebih dewasa dari umurnya. Mere
tanyaku kemudian pada Salma setelah
," jawab Salma menundukkan kepalanya, kembali
caya, teganya Mas Rahman
a katakan,"
i lagi, sekarang Ayah sudah punya Istri dan anak lain."! Salma menjelaskan seraya menangis, bahunya tergunc
i kapanpun Ayah tetap akan menjadi ayah kalian," jawabku
ang jangan sedih lagi ya," ucap Ali tegas, dia sama sekali tidak menangis, bahkan dia terlihat biasa-biasa saja.
Anto, Uwak yang mendengar itu seg
Uwak sambil berlari m
, tolong kalian jaga adik-adik kalian, bantu Ibu
tanya Ali sambil mengedipkan matanya kearah Salma. Melihat i
ita bahas lagi ya," ucap Ali. Aku mengangguk, me
Ibu ya," tiba-tiba A
aran, biasanya mereka tid
o tidur. Tapi hatiku tidak yakin jika Ali dan Salma bermain game di ponselku, aku baru teringat jika di ponselku tidak memilik
alaskan sakit hati Ibu." Terdengar suara Ali ya