Kala Senja Berakhir
anaknya, "Kenapa te
Pa," jawab Rendy asal. Sebuah tonyora
a Pak Andre setelah sebelumnya mengetuk daun pintu. Terlihat
Bapak siapa dan ada keperlua
angan saya kemari mau memenuhi panggila
tulan orang tua Erwin juga sudah menunggu
ahkan dud
y. Sementara Erwin duduk bersebelahan dengan ayahnya di kursi sebelah etalase. Sesaat mata dua siswa i
di sini?" tanya Pak Andre begitu men
berdua melakukan pe
erdua tertangkap tangan mengintip salah seorang siswi di kamar mandi. Tetapi mereka mengelak t
l, itu saja. Kebetulan, ada siswa perempuan yang berada di kamar mandi sebelah. Dia mengira kam
u, win?" tanya Ya
liki ayah seperti guru berkaca mata itu. Ia ingin sekali berbicara dan berbagi cerita dengannya. Sudah sangat lama dua pria berbeda generasi bicara empat mata. Ayah erwin bekerja sebagai markunis kapal pesiar, membuat mereka
ereka berdua adalah bintang kelas, sejak kelas X selalu mendapat rangking sa
sedangkan ia sendiri tidak bisa mempertahankan rumah
dak tahu apa yang ayah rasakan. Kamu tidak sepantasnya bicara
sah dan menenggelamkan kepala di dada bidang gurunya. Dia be
yang bicara dengan ayahmu." Tanga
bisa mengendalikan emosi," kata Pak Yad
tinggi. Tapi masalahnya, amarah anak itu sering meledak-ledak. Dia suka menolong orang lain, dan tidak suka jika ada yang tertindas. Dalam situasi inilah amarahnya memuncak, sa
karena memang jarang di rumah. Kebetulan minggu ini kapal saya merapat di Tanjung Perak, jadi mum
kup disini saja. Hanya ini yang ingin saya bicarakan. Moh
mi permisi dulu.
jawab Pak Pram dan tak lu
ak," ajak Pak Pram setelah mengant
. Tangan kanan membersihkan sisa lelehan bening di kedua pipinya. Langka
ini dia menyaksiakan sahabatnya menangis. Dia menepuk
dia tahu kalau Rendy mengamatinya sedari tadi. Dia
ian lebih bersikap dewasa dalam menyikapi persoalan. Untuk Erwin,
ami permisi." Lalu mereka berdu
warna biru. Beberapa gumpalan mirip kapas putih melayang di angkasa dengan bentuk seringkali berubah karena hembusan angin. Ya, angin jugalah yang mendorong mereka berjalan menuj
enar juga, Erwin baru menyadarinya sekarang. Diamati wajahnya dengan seksama, tangannya menyibak ram
ngan kiri dijulurkan di samping kanan kepala Rendy untuk mencegahnya kabur. Sementara jari tangannya sekali lagi menyibak ra
a." Gita tiba-tiba muncul dari balik lorong hingga membuat mereka
cewek satu ini adu mulut, Rendy lebih memilih menarik tangan Erwin menjauh. Antara malu dan marah, ia lalu meninggalk
in berhenti dan diam sejenak, kemudian melihat tangannya digapit mesra oleh Rendy. Ditepisnya tangan itu dengan p
jukkan pada Erwin jika dirinya merasa menang. Jantung berdegup kencang, kedua netranya menatap lekat anak I
gadis yang tingginya hampir sejajar
melotot melihat pemandangan menakjubkan di depan mata. Ia tak m