Kala Senja Berakhir
seorang pemuda tampan yang menjadi pujaan hati merenggut bibirnya untuk pertama kali. Bukan pemuda urakan seperti Erwin, walaupun ia populer di sekolah. Banyak siswa per
s X. Namun, karena terlalu padat tugas dari sekolah, ditambah
Ia memukul dada Erwin berulang kali, tapi nyatanya usahanya tidak membuahkan h
Kini gadis itu menatap tajam pria yang ada di hadapannya, kepalanya mendongak ke atas, nafasnya tak teratu
ulikan perasaan Gita. Tapi sungguh, bukan itu kalimat yang diharapkan kel
P
s. Namun, ciuman itu lebih membekas di hati Gita dan ia belum menyadari jika in
Erwin dengan pandangan yang sukar diartikan. Tampak di ujung sana, Erwin masih berdiri mematung. Ada perasaan aneh menjalar
kan tempat itu, seola
amu," kata Rendy begitu
kursi kantin dengan kasar. Erwin dud
. Aku tidak berniat menciumnya tadi, sebenarnya
m-diam ia memperhatikan juga gadis yang baru saja diciumnya. Walaupun sifatnya jutek dan
bih lagi di tempat umum. Terbayang di benaknya bagaimana harga diri gadis itu telah ia injak-injak. Karena setahu Erwin
kata Erwin yang tiba-tiba
oy?" tanya Rend
dy yang masih menyeruput es kelapa muda yang baru saja
u nyet!" teriak Rendy berusaha me
bayangan di dalam ruang OSIS, seorang gadis dengan kepala yang menunduk di atas meja dengan kedua tangan yang dijadikan alas. Bahunya b
gagang pintu, ia merasa r
sejenak. Lalu menarik nafas dalam-dalam, semoga
ang yang sudah berdiri di belakang dengan perasaan bersalah. Erwin hanya diam membeku, ya, hanya diam tanpa berbuat apapun. Dikumpu
pat di depan meja tempat ia menumpahkan air mata, ada sebuah cermin besar. Ia melihat pantulan pemuda itu dari sana tanpa menoleh ke
emanggil namanya, sekarang ia tidak berani beradu pandang
ya serak, berusaha terlihat tegar
"Gita
." Dikatakannya kalim
aku mau mint
bilang pe
yang luasnya 5X5 meter itu. Dialihkan pandangan ke luar jendela, seolah
dah mengakui kesalahanku.
Gita, kemudian gadis itu memanggiln
Erwin. "Bukankah Kau tadi m
alu Gita keluar ruangan tanpa menoleh ke arah
uk dirinya sambil memasang wajah konyol.
J
kakinya terasa nyeri akibat hentakan hak sepatu. I
tamparan atau pukulan darinya setiap hari." Sengaja Rendy mengeraskan suara,
olku lecet. Dasar M
p saya semua!" Teriakannya cukup keras, ia tidak
engajar. Beliau guru mata pelajaran fisika, dan sedikit galak. Namun, semenjak kehamilannya ia jadi melunak walau dengan
nyumpahin ibu punya anak 5
ela dirinya. Namun tetap saja alasan itu tidak dapat diterima, rambu
ke sekeliling seper
ke kelasmu. Kamu juga, Erwin. Ibu tahu, Kamu ada di dalam kan?" Erwin keluar da
i rambutmu, kenapa mala
alu galak, Bu. Nanti cantiknya luntur," kata Rendy menahan sakit rambu
ni namanya KDS. Keke
akan kangen momen seperti ini," balas Bu Wiji sambil terus menarik tanpa merenggangka
ng menarik rambut saya." Tangannya mengelus-elus daerah sebelah telin
.." Tangannya meraba perut yang menggelembung seb
tawarnya kepada Bu Wiji. Tanpa ia sadari, ia juga latah memegang perut guru cantik itu. Bukannya marah
l-akalan kamu saja biar b
erengah-engah. Ternyata meladeni anak ini
an ibu pada suami ibu pas masih sekola
gantengannya masih ga
menyadari jika ia ikut mengantar ke ruang guru. Kalau tidak begitu, pasti ibu hamil itu melarangnya. Me
enatap papan tulis dan mendengar penjelasan guru. Bagaimana tidak, pagi-pagi ia sudah berseteru dengan sang ayah. Lalu ditambah persoalan dengan Gita. Maka, ketika Rendy