Duri Pernikahan
b
a waktu, saya akan memberikan resep penguat kandungan dan juga vi
aga kandunganmu," tutur lembut ibu, dengan senyum s
*
al, sudah tidak terhitung berapa kali ia ka kemar mandi, tapi Setya m
ak ke kantor?" Sasy me
mandi dulu," Setya bergegas beranjak dari ranjangnya untuk mandi, tanpa menayakan keada
ah bangun?" ibu masuk ke kamar dengan nampan di tanganya,
kasih
bu duduk di tepi ranjang, menata
ual mual
kehamilan, tapi kamu harus tetap
an," ibu tersenyum dan
ngenakan pakainya,"Mas," panggil Sasy yang masih bersand
t Setya ta
sy, entahlah saat ini ia ingin be
a, mengahmpiri Sasy,"Aku
s Sasy, berusaha tersenyum. Setya m
tya selalu membuatnya kecewa bahkan sampai saat ini ia tengah mengandung calon bauh hati mereka, barharap Setya bisa memanjakany
kamarnya mendengar samar suara tangisan dari arah kamar Sasy, Renata pun berjalan mendekat, meni
as
buka pintu Sasy buru bu
k R
dar di ranjang, menatap wajah sang adik ya
i makan?" melihat sarapan
i Sasy berusaha tersenyum tidak in
ng yang berisi nasih goreng seafood
tidak beubah tetap sosok kakak yang perhatian, Rena lah
yang baik," ujar Sasy, doanya tetap sama mlaihat Rena
n, ia tidak menjawab, hanya mere
*
as?" sapa sasy melih
ya memberikan kresek be
dalamnya, walau hanya makanan sederhana Sasy merasa senang, k
menunjuk satu lagi kantong kr
untuk
laah jika Setya memberikan makanan pada kakanya, tapi entahl
ranjang,"Kamu istirahat saja," Setya tersenyum, lalu seger
a mengabiskan waktunya berbaring di ranjang beberapa hari ini, tubuhnya terasa sangat lemas tidak ber
ng sudah rapih dengan kemej
au sar
ah Sasy menuju meja makan, sasy tersenyum tipis
ibu seraya meletakan bebera
u juga dnegan Setya, tidak lama ke
arapan," uja
erlahan mendekat ke arah meja makan
ukk
a tiba saja jatuh terduduk di lantai,"Kamu
kit bu," ri
nya ke runah sakit,
kamu pasti kam
," masih dengan wajah paniknnya Setya tetap mengu
g bisa seperti ini, bawa saja Rena ke kamar," ibu me
pi
kamar saja," sela ibu se
itu hanya diam memantung, tidak pernah ia melihat wajah suaminya sepanik itu, wajah yang penuh dnegan kek
uh rubuhnya."Kamu istirahat ya, nanti pasti perlahan sakitnya hilang," Renat
diam, wajahnya tampak bimbang,"Kamu eng
ambil tasnya di kursi makan,"Jika Rena harus di baw
atian, Sasy menggelengkan kepalnya pelan, mencoba menepis fikirann buruknya, wajar jika Setya
segera mencium punggung tangan suaminya, mengantar Setya keluar rumah,