Our Difference
n diri untuk tidak membawa perasaannya pada pekerjaa
ap Darel lebih dari tiga detik, berusaha berbicara formal jika sedang berbicara den
ketampanannya seratus kali lipat di mata Nishaa. Dia memang sedikit berlebihan
dua di ruangan sementara yang lain tengah keluar mencari makan siang. Perut Nishaa meli
engan rekan wanitanya yang lain, namun ia tidak sengaja bertemu tatap dengan Darel saat
apapun di kantor, ia sudah masuk terlebih dahulu dengan cara memaksa satpa
rlihat seperti surat permohonan untuk mutasi ke tempat lain atau dikembalikan ke tempat y
Ia kemudian melangkah dengan hati-hati dan percaya diri menuju ruangan pak Doni. I
imat yang tercetak di sana. Ia kemudi
anya pak Doni dengan penuh selidik
apun. Bukankah di sini kamu bisa hemat ongkos? B
ya, namun sekar
nduk, rasa percaya di
pun sama berprestasinya dengan kantor pusat, maka dari itu saya menyetujui kamu di sini. Kedua, di sana tertulis
kah Nishaa me
maaf. Saya akan lebih be
uk keluar dari ruangannya. Nishaa pun segera menghampir
*
deh, belajar biasa saja. Dia juga biasa saja, 'kan? Ya sudah. Kamu juga bia
tanpa henti. Bukan ia tidak ingin mendengarkan, namun untuk berlaku
dia tuh masih ingat aku at
'kan? Enggak yang tiba-
arel hanya menatapnya, tidak lebih. Bica
shaa pada akhirnya sete
aa. Tandanya mata dia berfungsi dengan baik
hanya ditatap saja membuat
Austin, pelampiasannya saat ia kesal.
ebihan sampai mengajukan
pi saja. Ini pekerjaan. Menyangkut masa depanmu. Ini bukan lagi sekolah yang ka
ang benar yang dikatakannya, bahwa ini bu
Tin?" tanya Nishaa setelah terdiam cukup
erti itu karena kamu anak baru. Pulang,
nuruti Austin deng
*
. Ini sudah jam sembilan lewat tiga menit, dua menit lagi batas waktu untuk ab
likan siapapun dan segera duduk di mejanya. Ia mengatur napasnya yang masih memburu, l
t berat. Saat ia membuka mata, ia menatap botol minum berwarna ungu di mejanya, dengan tetes
ng yang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. I
iam-diam? Apakah Helen? Atau Tia? Atau siapa? Namun rasa
ntin. Batin Nishaa sambil menyeka
ri, seseorang menatap
utuh minum, nanti kucuci dulu botolnya, ya." Ucapan
ak ada kasih kamu minum, Shaa." J
Helen. Ia kemudian meng
asih ya, kak." Ucap
un men
ih. Itu juga bukan p
ekannya dengan satu ali
an tatapan heran, karena orang tersebut meletakkan jari
leh kok. Kalaupun enggak dike
terdiam saat men