Iblis Itu Suamiku
u pun ia justru dikhianati sahabatnya sendiri.
gan sorot matanya memandangku rendah, "Aku tidak tahu bagaimana bisa memiliki Pu
u muak dengan om
jika bukan karena kontrak kami dan seandainya Sebastian adal
am milikku menembus lapisan kulit. Sudah cukup berhenti gemetar,
iku memandangku dengan tatapan aneh seolah aku adalah
ku, Ibu tidak akan peduli, bahkan jika itu tentang pria yang kunikahi," kataku samb
g padaku? Jika memang seperti itu aku harus berterima kasih padamu
terpatri di wajahku. Kakiku sedikit berjinjit untuk mengecup pipi Sebastian mesra memb
la⸺sekilas.Pria ini sepertinya sangat bahagia menghancur-leburkan manusia angkuh seperti mereka. Sebastian pun turut
h wanita yang mengagumkan." Kami bertatapan, saling beradu pandang. Sepersekian
an sempurna." Sebastian meletakkan anak rambutku yang me
dalam dirinya. Justru karena sisi itu yang membuatnya semakin sempurna, ia berusaha sekuat
seolah ia benar-benar yang paling mengetahui dan melihat itu semua. Padahal kami baru sebulan mengenal dan mu
terpaksa, diiringi senyum masam karena ucapannya dibantah telak oleh sang menantu. K
arti sudah ter
h dari ballroom dan kini berada di lorong dekat taman. Ia mendudukkanku di salah satu bangku d
ngkan wajah saat ia memandangku. Aku tidak marah, hanya saja
kan dengan memasang sebuah plester bermotif kucing dari saku celana, membuatku menatapnya ter
bawa plester harus menjadi kebiasaanku karena pasti hal seperti ini a
adaku. Tapi aku dapat merasakan rasa sesak
sudah lama tak mendapatkan k
ar parau. Kami berjalan beriringan kembali menuju ballroom dan hendak kembali untu
da tangan Emilia yang memang sejak awal telah dipilih sebagai pewaris sahnya. Ayah meninggal pada usianya yang ke 63 tahun saat aku masih berkuliah. Tepat saat pergantian tahun ia pergi dan meninggalkanku
han sampai memanggil satu-satuny
ia juga memberikan sedikit pidato kecil berisi ungkapan hatinya yang merasa kesepian, begitu katanya. Sementara
era, terlebih selepas Ibu membanggakan Sebastian yang menjabat gelar menantu idamanny
i, bertahanlah dan tunjukkan kalau dirimu bahagia." Sebastian berbisik rendah dan mengecup pipiku
entar bibiku dengan menyikut lenganpPaman, sementara yang
stal di tangannya. Aku sangat paham, jika selama ini hanya ia dan bibi Diana yang mendukung setiap mimpi dan keinginanku, mungkin saja ia m
n ayah padamu. Lalu untuk apa kau berkuliah dan mengan
ang dan menjaga ucapan. Aku sendiri lebih memilih diam dan kembali menikmati steak di piringku, sesekali menimpali ucapan Sebastian lalu tertawa karena lelucon Ala
tidak dapat diam saja melihat Istri saya akan menerima
padam, aku dapat melihat Darren berdiri di bel
adaku, setelah menolak mentah-mentah bekerja dan hidup bebas sesukamu lalu apa sekarang? Tiba
p mata yang ada di ruangan menatap kami, tak ingin membuat suasana semakin kacau aku memilih untuk pergi dan berterima kasih sambil menggenggam erat tangan Sebastian. Tetapi lagi-l
dengan menggendong Iitrinya sebelum semakin merusak su
ar saat mengelap jejak wine di wajah tampannya, tetapi pria itu hanya tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Ibu mendekat dan hendak membe, aku dapat melihat rautnya yang dingin tak ada senyum ramah jenaka terukir sama
ulu. Silahkan menikmati kembali hidangan anda,
a tanam di perusahaan akan saya cabut kembali, terima kasih permisi, " sambung Sebastian kali ini ia menutup dengan sen