Iblis Itu Suamiku
lagi perutku yang terasa seperti ditekan keras, aku dapat merasakan seluruh tubuhku melemas te
RU
nnya yang tampak tenang setelah melakukan akting yang cukup panjang tadi. Sebastian membawaku dalam gendongannya dan meletakkanku di atas sofa. Pria pirang itu melep
satu lemari kemudian mengambil sebuah botol obat, tak lupa segelas air putih hangat. Entah karena ia s
ini dul
jenak baru memutuskan untuk meminum benda bulat putih kecil itu dengan bantuan tangannya yang sigapakkan rupanya, dan pria itu masih di sana ia bahkan tersenyum dan membantuku duduk. Bahkan kin
u masih dengan nada sedikit lemas, Sebastian
pada Zenna jika ad
i memanas. Bukan hanya hanya karena kata-kata dan perlakuan Sebastian ba
belum kedatangan
n tingkah anehnya yang semakin gencar menggeser tubuhnya mendekat. Dapat kurasakan debaran j
kini aku dapat merasakan hembusan hangat nafasnya di dekat te
rmainan Nona dimul
anku ini secara lancang menubrukan ben
esadarannya setelah mendengar ketukkan pintu dan suara langkah kaki mendekat. Tanpa berpikir panjang aku menutup mata dan mengalungkan tanganku di lehernya. Dapat kurasakan pria in
a kembali kedua mataku dan mulai menjalankan peranku. Memasang ekspresi terkejut karena keberadaan ketiga wani
h sekarang atau haruskah aku
na
lian
berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk menenangkan diri. Aku menggel
epas jas putih miliknya dan berjalan mengambil mantel hitam yang tersa
gelengan cepat. Tak ingin membuang waktu langsung saja tanganku mencari keberadaan tas Fend
endirian?" Sebastian bertanya tanpa ada ulasan senyum di paras tampannya. Sehingg
bahagia ini. Tapilagi-lagi aku masih cukup tau diri. Aku tak akan mau membuat pria ini kesusahan
membawaku mendekat. Tangannya melingkari bahu mungilku, sepertinya Seba
i yang tega membiarkan Istrinya yang sakit, seolah berada di ujung tanduk hidupnya. Pulan
erasakan puluhan mata yang memperhatikan adegan lovey-dovey kami. Ia sempat berhenti di satu rua
it hari ini. Jika ada apa-apa beritahukan saja pada Gerald, okay?"
sebelum kami berbelok dan memasuki lift membuatku menatapnya menaikk
adi di ruangan kita te
esaat dan wajahku ter
karena iblis sialan ini menghindar. Pria itu terkekeh pelan dan akhirnya karena t
ya tepat sebelum kami
*
ana unik bagi orang-orang karena jalanan serta bangunan-bangunan yang
ku tengah meluncur di atas jalanan kota y
melirikku dari sudut matanya karena tangannya sibuk memegang setir. Aku mel
ginanku untuk menjajal dapur mewah Sebastian kembali muncul. Aku berdehem sebentar
mu?" tanyaku pelan, entah mengapa si pirang ini justru te
mang ada yang aneh pad
na sekarang kita adalah sepasang Suami Istri. Jadi, mili
an senang sekali menggoda, "Jadi, apa
nya kelewat bersemangat, sehingga aku segera terdiam. Keheningan kembali menyelimuti mobil Bugatti mewa
, tapi hanya dijawab d
di otakku saat ini, sehingga Sebastian alisnya melipat tak mengerti, "Panggil sa
yang memanggil Istrinya dengan
pria itu kesal karena menyadari Iblis di sampingku t
supermarket yang terkenal di London dan terletak di Wharf Road, King Cross. Iris hazel ku menatap binar begitu memasuki daerah perbelanjaan dan
nya satu sama lain mengenai keperluan yang akan kami beli. Bahkan saat kami memilih sayur seorang
elum akhirnya tersenyum dan berjalan pergi.
Nenek i
nar-benar merasa kami seperti seorang pasangan suami dan istri. Bibirku bahkan tersenyum tanpa sadar kala tangannya merangkul
embuatku tersipu, 'Jadi seperti ini ya kehid