Iblis Itu Suamiku
g di balik selimut tebal masih menggelayut. Kasur yang terasa sangat empuk beraroma citrus berpadu dengan
aku dan jadilah suamiku
buatku langsung terduduk dengan setengah sadar, membuatku hampir oleng jika sebuah ta
ndinya tersenyum padaku. Tanpa basa-basi tentu saja aku segera menjauh dan
yak?" tanya pria pirang yang kini sudah duduk di
kau Tuan ib
giang-ngiang dibenakku, karena tingkahku semalam seperti tengah melamar seorang pr
i hadapanku ini fromtal. Dan tentu saja langsung membuatku melempar bantal yang terletak tepa
yah menghindari sera
ia tampan memang selalu menjadi mu
memuji saya terang-terangan, tap
menyebalkan. Aku jadi tak memiliki privasi nanti,
menutup mulut, aku kembali meliriknya sinis masih mengumpat. Muak diperhatikan, jadi aku memil
skan pemiliknya adalah seorang pria. Berikutnya aku berjalan hingga menemukan dapur dengan pantry be
a kebesaran berlengan panjang berwana beige. Semburat merah kembali muncul diiringi makian pelan karena rasa sebal. Aku yang hendak kembali ke kamar terkejut karena sosok pirang itu muncul
g tubuhku menuju meja yang menghadap langsung ke dapur, menarik kursi dan membuatku
menggeleng hanya mencubit pipi putihku. Ia berjalan menuju dapur sembari memakai apron hitam polos memb
g perkakas saja dan aku hanya memangku tangan melihatnya sibuk. Ini adala
i Fortuna te
esopanan dan harga diri langsung saja tanganku menyuap bacon dan telur mata sapi yang terasa lumer di dalam mulut. Berulangkali
gunyahnya, apa s
ku sibuk menaruhnya ke belakang telinga. Kegiatan sarapanku terhenti karena terpaku pada sepasang manik obsidian yang me
a mulai berbicara
n bersandar pada bantalan kursi sembari melipat tangannya. Ak
h, aku
irisnya telah berganti menjadi sepasang mata berwarna mer
tutur pria pirang itu mengawali percakapan kami. Aku hanya mengangg
ua taring yang mencuat cukup tajam dari sudut bib
am berpendar, bersamaan dengan pendarnya aku dapat merasakan tepat di punggung tanganku telah terukir
pernah mengkhianatiku apapun yang terjadi hingga kontrak k
u kata apapun yang keluar dari mulut kami. Tak lama aku dapat merasakan pipiku yang terasa
terseny
tu perlahan menghilang seolah menyatu dengan kulit putih milikku. Aku kembali melihat kembali ke arah pri
kita mulai perma
lu
ran miliknya. Si pirang ini justru tertawa dan membawaku dalam pelukannya membuatku semakin membatu. Bagaimana
ng sudah menghanc
biasa berada dalam hubungan romansa. Ia tampak tenang, bahkan tak tersipu sama sekali. Yah ... maklum
s agar orang-orang benar-benar percaya bahwa aku, S
mpan berambut hitam dengan iris mata keemasan, tiba-tiba saja telah berdiri di ujung pi
t Hamilton. Nah, dia juga sama seperti
belah alisku dan kembali memperhatikan pria bernama Felix. Dan ternyata asistennya itu membawa banyak kantong bin
Sebastian yang sudah berjalan meninggalkanku dan Felix menuju ruangan yang lain. Tentu,
apa-apa soal kehidupank
mberi tanda untuk aku membukanya dan ternyata berisikan biodata miliknya lengk
aan, kebiasaan, phobia, bahkan sampa
erasa seperti diriku
ubuhku bersandar pada dinding kamar. Kini kami telah kembali ke kamarnya. Saat ini dengan santainya suami iblisku i
novel thriller dengan nama Agatha Grey. Penulis ternama yang menyembunyikan
anan kes
edua sudut bibirnya. Tangannya sibuk mengancingkan kemeja putih, aku b
ng aku
amu, mantan kekasihmu
Aku yang hendak pergi meninggalkan pria menyebalkan itu dapat merasakan
a target pertam
dak terbiasa dengan pan
lalu lintas London dari atas sini. Senyumku merekah diiringi den
ri keluarga besarmu