icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Stempel Miskin untuk Keluargaku

Stempel Miskin untuk Keluargaku

Penulis: sadzia
icon

Bab 1 Pulang Kampung

Jumlah Kata:1480    |    Dirilis Pada: 10/06/2022

tanyaku. Kutatap lekat wajah bang Ilham, abang kandungku, yang te

a, Dek?” uja

agi akan wisuda. Nia ingin memb

onakanku yang saat itu masih berusia delapan tahun. Bang Ilham meminta izin pada bapak dan emak, agar aku bisa menemani Bela yang saat itu masih sedih

dariku, ditatapnya langit malam, d

ini saatnya, kamu pulang,” ucapn

Jatuh bangun kami lalui bersama, bang Ilham tetap bersikeras untuk tetap menguliahkanku. Akhirnya, aku bek

ana kamu pu

setelah acara, Nia juga sudah pesan tiket Bus,”

n untuk pulang ke kampung memang sudah lama aku rencanakan,

esantren, Dek. Jadi, Abang ditinggal sendiri nih, ya,” uj

kamu di kam

sekolah dasar yang ada di kampung sebelah menerima tenaga

p pamrih, kerjakan dengan ikhlas. Insyaallah, Allah akan memberi lebih,” diusapnya pucuk kepal

Nia, Bang

a, entah mengapa perasaanku tidak enak beberapa hari ini. Kemarin malam, aku juga bermimpi, bertemu bapak dan emak yang mema

*

lham sudah siap, ketampanannya bertambah dengan setelah yang dike

ak menutup rambutnya, Bunda,' ujarnya waktu

,” ujarnya me

lebih cantik,” ku c

mobilnya sudah datang,

apak dan emak via telepon, mengabarkan bahwa hari ini aku wisuda. Emak menangis bahagia, namun wajahnya tid

oleh bang Ilham untuk menerima ijazah. Kebahagiaan

*

ng Ilham. Kami sudah berada di terminal, kebisingan kendaraan yang hi

ng tidak bisa mengantar ka

, Ba

nam belas jam perjalanan sampai di kabupaten, ditambah dua jam p

mbaikan tangan ketika su

dengan cepat bang Ilham me

*

sampai di kabupaten. Kubuka g

u

u

Tanpa sepengetahuan bapak dan emak, aku berenca

al, Kak Nia udah dimana?” ucap Ta

Mungkin beberapa me

on dimatikan begi

mpat tahun, tidak pernah sekalipun aku pulang, bukan karena tidak mau. Tapi aku p

hati. Allah maha kaya, Allah tahu mana yang baik untuk kita. Jika kita kaya hati, in

dari bus, seraya sopir menuruni beber

waban dari ujung telepon, tiba-tiba seorang pri

u?” kutarik uju

ak Nia, ini Ta

ufi

ku itu, membawa beberapa barang bawaanku menuju kereta roda dua tua milik bap

dikku satu-satunya itu. Tahun ini, seharusn

tika aku dan bang Ilham menanyakannya setel

kutanyakan mengapa ia membawanya sangat santai sekali. Perjalanan yang kurinduka

merah yang ada di belakang kendaraanku

anyaku sedikit teriak, aga

yang sudah sedikit retak dan

puan muda turun dari mobil tersebut

ibilangin, kalau kamu tu ga

tersebut marah-marah sambil berkacak pinggang.

pulang,” ucap Taufik m

i roda dua bapak, Tau

n belagu ya,” teriak wani

dak asing, kucoba untuk mengingatnya, tetapi nihil. Ah, mungkin nanti saj

*

t, pintu rumah kecil tempat aku dilahirkan itu terlihat terbuka. Taufik membelokkan k

tersebut, Pak?” suara bapak terdengar be

pak tidak bisa mengajukan bantuan tersebut,”

, Pak

kan mengajuka

elana kain dan baju batik keluar dengan wajah m

,” ucapnya ketus, te

ksud ucapannya. Ini juga akan kutan

mak terkejut melihatku. Kupeluk emak yang duduk di dipan ruang tamu, air ma

pulang,” ucapnya sambil

ap bapak, kulirik bapak, matanya memerah, bukan k

k,” sahut Taufik yang muncul di depan

eringatnya pun selalu kurindukan, wajah yang tidak lagi mu

Emak, sehat

h, sehat Nduk

bok Inah dulu, ya. Mau belanja banyak, terus mas

kupeluk lengan emak seray

as menit. Di sepanjang perjalanan aku selalu bercerita tentang kegiatanku selama tinggal dengan bang Ilham

bok Inah. Terlihat orang-orang hilir mudik, kuanggukan kepala ketika ada seorang w

masuk kedalam kedai. Terdenga

saya bayar ya, Mbok," su

g kemarin juga belum bayar, kan? Mau uang darimana untu

e

, kutatap wajahnya ya

, Mbok? Saya bayar lunas

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka