Belenggu Cinta Sang Pangeran Mafia
jengkal permukaan kulit Bella. Dia masih dalam keadaan lelap di atas tempat tidur. Pada a
i alam mimpi. Kembali pada kenyataan, dan segera mendapati s
hhh
dang Rafaele tampak tersenyum singkat, sambil menyeruput sajian teh Chamomile di dalam cangkir putih yang tengah ia pegan
Suara pelan Rafaele menyapa, sambil ia melangkah m
engan aura mengancam. Meski tidak dapat dijelaskan, ancaman seperti apa yang mungkin Rafaele bawakan pada Bella. Hanya sejak semalam, dirinya mera
empat tidur. Menghadap pada Bella. Me
ada air minum, kecuali aku yang meminta langsung pada pelayan. Baru mereka akan mengan
entuh' dirinya. Siapa yang jamin, kalau Rafaele tidak mencampurkan sesuatu ke dalam teh itu. Sesuatu yang bisa saja akan membuat Bella benar-benar takluk dalam genggam
uran seorang suami yang belum mendapat haknya di malam pertama. Asal kau tahu saja." Rafaele menambahkan lagi, sambil meminum kemb
ada Bella. Jika pada tawaran ini Bella tetap diam dan tidak merespon
n menerima tawaran Rafaele. Mengambil ali
rpppp
erian Rafaele, mengingat memang mi
ke suatu tempat. Aku sudah mengatakannya semalam. Jadi jangan berlagak lupa," cetus Rafaele lagi, yang mana kemud
saja Rafaele letakkan ke atas nakas. Namun, belu
an boleh kau hubungi. Yaitu aku. Selainnya, jangan pernah harap kau
eri kejutan sepagi ini untuk Bella. Gadi
gereja kemarin, ia sudah tak lagi melihat ponsel miliknya. Terakhir Bella in
pa pun yang berasal dariku. Pahamilah posisimu sekarang, Bella," jawabnya berseringai licik. Memang sengaja pula Rafaele mengambil p
sepenuhnya. Mengikat erat gadis cantik itu dengan s
, kemudian beranjak dari atas ranjang. Berdiri di hadapan Rafaele
padaku!" Jawaban yang cukup
ikku. Yang itu berarti, kau harus tunduk, patuh pada setiap apa yang aku katakan. Aturan tak hanya berlaku un
n ekspresi geram di wajah ayu itu. Betapa dia tak terima, at
Kakakku sendiri. Apa maksudnya, hah?" Kali ini Bella mendorong satu lengan Raf
tar. Seolah ia tak mau peduli, atau mengambil pusing b
ngah jam lagi kita berangkat." Singkat, padat, dan je
h saja, meski terdengar Bella mengoceh dan tetap men
*
anjang. Membuangnya asal ke lantai. Lalu menendang dipan tempat tidur. Meski setela
un juga tak lagi bisa berkomunikasi dengan sang paman nan jauh di Thailand sana. Seorang laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri. Kasih sayang
n lebih dulu di depan, dan sisanya mengekor di belakang. Membawa beberapa papper bag, dari ukuran bes
depan, setibanya ia di hadapan Bella. Wanita dengan rambut digulung rapi itu juga tampak membawa nampan beri
layan, saat suasana hatinya memburuk karena ulah Rafaele. Bukankah ini masih terlalu pagi untu
pagimu, Nyonya. Semoga ini cocok denganmu." Terdengar lagi suara
h mengambil alih bawaan para pelayan lain.
i yang sudah memilihkan. Dia akan men
an kedua bola
-mana. Kalau dia mau, dia saja yang memakai pakaia