Belenggu Cinta Sang Pangeran Mafia
ngah bergelut dengan nalurinya sendiri sebagai seorang perawan. Tubuhnya
pa bagian tubuhnya. Sebuah bentuk respon alami, saat Raf
mbangi kecupan-kecupan berirama yang Rafaele lakukan. Itu terasa lemb
tunjukkan tubuh Bella. Dirinya fokus menjajah.
ele terdengar pelan dan sensual di cuping telinga Bella. Gadis itu mengerjap putus asa. Betapa pergelangan t
Bella kemudian menjawab, dan segera disusul sebuah g
ngis, menyentuh bekas gigitan Bella di telinganya. Itu tak seberapa sakit. Namun, cu
hnya kedua pergelangan tangan yang sempat dicengkeram erat ol
takan protes. Alis-alis tebal itu baru saja menukik
i dengan mata yang tengah menatapi
ella menyombongkan diri. Memamerkan keangkuhan khas seorang gadis, putri dari pemimpin klan mafia. Bagaimana mung
r-benar tak percaya, gadis yang baru ia nikahi hari ini rupanya memiliki banyak kejutan.
ihat." Rafaele menyahut sambil menatapi area dada Bella. S
percaya diri saja dengan ukuran itu. Sehingga wajar, jika pernyataan Rafaele sama sekali tid
g menilai milikku." Frontal balasan yang Bella
e bawah, di mana area yang b
ndisi 'penuh'. Menggoda. Sekaligus menawarkan surga yang selalu menjadi angan-angan para kaum hawa. Kemudian ia kemba
datangnya sang pangeran Jeffie. Senyum laki-laki itu kini tampak
... tapi mungkin kau akan mengerang nikmat karenanya. Bayangkan saja ukuran itu lebih besar dari yang pernah kau rasakan. Dan dia bermain di 'dalamm
ek
perti dipacu oleh sesuatu. Namun, jelas itu bukan karena wajah rupawan yang tenga
benar-benar bisa membayangkan 'miliknya' diras
a yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Bulu yang semakin menambah pesona sang putra dari klan J
pergelangan tangan yang tengah bertahta di dadanya. Ia singkirkan perlahan sampai turun
gh
sa menatap wajah sang suami yang cukup sulit
kan hingga berada dalam posisi memunggungi laki-laki itu. Namun, dengan satu tangan Bella yang masih Rafaele tahan di belakang punggung si empunya. Seda
juga terasa menggembung dari balik celana hitam Rafaele. Tanpa perlu melihat, Bella sudah bisa menebak apa sebenarnya yang sedang
'dalam sana'." Bisikan itu benar-benar lancang dan nakal Rafaele tempelkan di satu telinga Bella. Sama sekali ia tak mengendurkan belengguny
intaan itu hanya dianggap suara angin lewat bagi Rafaele. Dia tidak mendengarkan. Dan tidak pula peduli. Apa lagi mengabulkan.
, gerakannya masih kalah cepat. Mereka sudah lebih dulu tiba di ujung ranjang beruku
am posisi telungkup. Tentu, dengan cepat pula Rafaele merangkak di ata
ep
masing-masing sisi kepala Bella. Menahan posesif. Kepala Bella yang saat itu tengah dalam percobaan menoleh kepadanya. Seny
anan dada kokoh Rafaele pada punggungnya. Lelaki ini memang t
eperti ini. Apa benar begitu, Istriku?" Lagi-lagi Rafaele mendesiskan kalimat itu sangat dekat di telinga Bella. N
balas Bella, dengan suara yang tertekan karena bobot
k dari punggung Bella. Menyusul gerakan tangan yang kini telah
ot memperkosa? Kaulah yang akan membuka kakimu secara suka rela untukku," ujar Rafaele lagi. Yang mana dia kembali mengungkung tubuh Bella. Mengunci dua pergel
erut Rafaele dengan pukulan satu lututnya. Tapi Bella tak melakukan. Bisa
akan lakukan yang sangat ingin kau lakukan. Aku tak akan me
gh
n laki-laki itu. Bukan begini rencana Rafaele. Mengapa jadi kesal, saat membayang
hhh
balik gaun compang-camping itu dalam tatapan datar. Bagaimana cara Bella menatap dirinya, sungguh membuat R
... Drr
wanita di atas ranjang, satu tangan Rafaele kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Baru pada saat itulah
salah satu telinga. Dia hanya diam, sama sekali tidak berbicara.
dariku? Istrimu ternyata sangat cantik. Apa kau yang sudah mengajarkannya cara berta