Terbelenggu Cinta Saudara Tiri
yi. Jarum jam masih menunjukkan angka satu dini hari, di mana seb
tidur lelap dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya, melindungi pori-pori kulitnya dari
tu yang membuat tempat tidurnya bergerak. Sebelum ia benar-b
sejak kapan sudah tertidur bersamanya di sana. Dadanya terasa bergemuruh, b
gang milik Key, menarik tubuh gadis itu agar semakin menempel dengannya. Tak peduli bagaimana reaksi Key saat i
edua matanya tak terbuka sama sekali, tapi pria itu seolah m
ngek, setengah berbisik seraya berusaha melepaskan diri dari kungkungan Rav
ndekatkan wajahnya pada Key. "Gue bilang tidur, Key," tegasnya dengan
i, l
kalimatnya dan pria itu mengecup pelan
avano menunjukkan seulas senyuman tipis dan semakin mendekap Key erat, tanpa tahu
ur bergerak ke ceruk leher Key dan membiarkan wajahnya d
p Ravano tetap saja selalu membuatnya sukses tak bisa berpikir dengan j
galah begitu saja hingga kembali jatuh ke dalam perangkap yang sama, apalagi Ravano yang berkata padanya se
ekolah dan juga di rumah tepatnya ketika orang tua mereka ada. Namun aka
ar yang terpampang jelas di depan kedua matanya. Mengabai
PE
atap tulisan di gerba
gi pandangan gadi
rinya itu berucap lagi. Dengan kedua tangannya yang masih memegang ses
ertemuan pertama lo sama gue, 'kan?" Lel
sih terdiam
irene. Sering dipanggil
ey
udian gadis itu mengerjap
lo udah bertingkah a
ng pandangan. Dia segera melangkahkan
ey menoleh ke atas kepal
itu menurunkan jaketnya begitu mer
gelepas jaket lo, 'k
an? Itu yang lo mau? Gue gak mungkin ngelakuin itu, Keanna." Diusapnya
a mempercepat langkahnya, masih dengan l
an?" Lelaki itu membuang pandangan, lalu tertawa pelan dengan kedua
menyilangkan kedua tangann
avano melingkarkan salah satu tangannya di pinggang ramping Key, bahkan mengusapnya pelan. Hal itu membuat gadis
enar terlepas dari tubuhnya. Namun sebelum membiarkan Key pergi, Ravano justru menarik tangan Key hingga ga
dengan wajah yang sudah m
berlari menjauhinya. Sementara lelaki itu menoleh padanya
matanya dari kejauhan, bahkan
riak. Dia juga melambaikan tangan, membuat beber
an BK jika sampai ketahuan. Key semakin tak habis pikir dengan kelakuan Ravano yang semakin hari semakin menjadi. Pernik
setiap waktu tanpa harus repot-repot menelepon dan bertukar pesan dengannya. Da
lama karena perlahan menghilang
gannya. Dengan gontai gadis itu berjalan menaiki satu per s
saat tahu kalau ternyata orang tua mereka diam-diam dekat dan bahkan memutuskan untuk menikah, sifat Ravano se
rsa