Tumbal Pernikahan
semuanya
*
a melarang Amanda untuk bekerja setelah melihat wanita itu sedikit pucat. Sejak malam itu
itu masih terasa meskipun sudah meminum obat, Amanda bingung harus memberikan jawaban seperti apa nantinya
mulai peduli sama dia. Apa k
u sakit," ancamnya, sambil
engan bingung. "Kamu khawatir s
satunya, memastikan kamu baik-baik saja," bantah Angga akan pertanyaan Amanda, kar
*
ercaya. Kemarin pria itu melamarnya di jam makan siang dan kini,
penuh kesungguhan, menggenggam kedua tangan Amanda yan
a haru
manda, aku juga
a, apalagi pria itu bersungguh-sungguh dengan keinginannya. Amanda men
ku nggak bisa
a tidak percaya den
agipula aku mencintai orang lain, Yuda," terang Amanda langsung. Ia akan mey
g ia cintai sejak lama---menolaknya karena telah mencintai pria lain. Bahkan
minta maaf, karena tak bisa membalas perasaan pria itu. Dari dulu sampai
u. Namun, tidak ada cara lain lagi, ia tak ingin Yuda terus mengharapkannya karena hati Amanda telah di miliki
cintai kamu Angga, suamiku,' gumamnya dalam hati
erius. Jujur saja ia penasaran, apa yang sedang mereka bicarakan sampai menggenggam tangan sekaligus. Ia menoleh sebentar, melihat Amanda yang sedang
*
mendapati Angga yang sudah terbangun dengan gawai menempel di telinga. Terlihat jel
kamar. Namun, Angga bergeming, tetap melangkah untuk mengambil sesuatu. Amanda m
orang asing," pesan Angga pada Amanda yang diangguki kepala oleh
jadi merasa cemas setelah melihat raut khawatir tergambar jelas di
*
an harapannya untuk bertahan serasa sirna. Menangis dan berdiam diri, hanya itu yang mampu ia
bersama ke sana," tanya Lina yang langs
lu Amanda tiba-tiba berubah, mereka pun tidak tahu apa alasan berubahnya
*
i makan d
Amanda membuat Angga mengatupkan mulut. M
Amanda akan terpukul sedemikian hebat. Wanita itu jarang bicara sekarang. Dulu ... meski Angga malas mendengar ocehannya, Aman
ari peralatan kerja. Ia menghela napas pelan dan mengem
erlalu lama di sana, ia tak ingin mengingatkan wanita itu tentang semua perhatian Dewi selama ini. Amanda masih berkabung dan entah ken
*
apati Amanda selalu melamun di tempa
Amanda yang langsung ters
ping Amanda. Mengungkapkan rasa tak sukanya, karena wan
kamu terlalu deket sam
lalu menatap wajah Angga yang en
ntang-bintang dan detik berikutnya ia tersadar. Apa alasannya ia melarang Amanda berdekatan dengan Yuda?
nap
uatnya terpaku untuk beberapa saat hingga ia tersadar, memilih
ih awal." Angga melangkah menuju pintu membu
*
engan pisau kecil di tangannya. "Kamu, gila!" pekik Angga, lalu merampas pisau di tangan A
u lain di atas meja. Namun, lagi-lagi Angga merampasnya, membuang pis
Angga tak mengerti dengan jalan pikiran Amand
enunduk, memeluk lututnya yang sudah ia tekuk beberapa menit lalu. "Aku nggak mau hidup sendirian, aku nggak punya siapa-siapa lagi, jadi kumohon!
rti. Aku kesepian dan seorang diri," lanjut Amanda yang mulai terisak.
gguku di sana," pinta Amanda seraya mendongak, menatap langi
nya aku, Amanda. Kita masih suami-istri secara hukum dan agama," lanjut
'kan?" tutur Amanda membuat Angga kembali terdiam. "Jadi aku mohon! Biarin aku pergi. Aku mau tenang sama
asih punya aku," bujuk Angga, kemudian memeluk tubuh Am
Aku sudah nggak sanggup lagi." Amanda masih berceloteh, menging
itu." Angga mengeratkan dekapannya, membiarkan Amanda menangis sampai puas di dad
ga ucapkan tak akan pernah terjadi. Pria itu pasti akan pergi da
*
angis dia tertidur dalam dekapannya, untuk pertama kali dalam lima bul
efrustasi ini hingga ingin mengakhiri hidupnya. Jauh dalam l
mengenal kamu lebih dekat lagi. Sekarang, semuanya baru