Tumbal Pernikahan
sebenarnya b
*
terucap dari bibir lelaki di sampingnya. Amanda terus menunduk, rasa tak percaya benar-benar ia rasakan. Te
an syukur serta alhamdulillah pun menggiringi.
*
dulu. Ia benar-benar kagum bahwa kini menjadi salah satu keluarga dari orang ber-ada. Namun, kekagumannya segera sirna setelah me
memasuki rumah sang mertua. Rumah yang sangat besar dan bagus. Setelah sehari menginap di rumah bunda. Keluarga suaminya la
*
lsuan. Angga begitu pintar menyembunyikan kekesalannya terhadap Amanda. S
*
tar ketika melihat Amanda men
nduk tak berani menatap
Sengaja supaya mama belain kamu," cecar A
"Bu--bukan. Aku mau tidur di sofa, aku juga ng
ahan bodoh ini efek buruknya dan aku ... nggak mau dapat efek buruk lagi karena kamu." Angga merebut paksa selimut dan bantal di tangan Amanda, lalu membaringkan tubuh lelahn
egera mematikan lampu utama di kamar itu dan berganti dengan lampu tidur di sampi
baik untukmu. Meskipun kamu menolak
*
ntu pembantu bersih-bersih dan menyiapkan sarapan untuk semua orang. Dewi---mama Angga---begitu b
ia?" tanya Feri---papa Angga--
n untuk mama dan papa mertua. "Suda
dia. Sepagi ini sudah bersiap-siap." Amanda menelan ludah kuat-kuat. Raut wajah Feri berubah tegas da
pakaian formal yang sudah terpasang rapi di tubuh. Jika saja ia mau tersenyum pada wanita itu, pasti rupanya terlih
kantor. Suami macam apa kamu ini!" lontar Feri tanpa mau menunggu Angga d
." Amanda mendongak. Melihat Angga menarik kursinya, sege
jak Amanda liburan, kalian harus bulan madu." Feri me
tnya dengan pria itu, kapan papa mertua menyiapkan liburan itu. Amanda menunduk kembali ketika melihat tatapan menusuk dari Angga. "Angga menolak, Pa. Kerja
pa ... papa tidak suka dibantah Angga." Feri tetap pada keinginann
i berusaha membujuk anak semata wayangn
ngan kasar, melangkah cepat menuju lantai atas. Dewi berteriak supaya Angga menghabiskan sarapan paginya
tu hanya meminum kopi pagi tadi. Ia yakin pria itu sudah lapar sekarang. Namun, lagi
g nanti kita berangkat!" perintahnya dingi
erlu pergi," usul Amanda, karena ia tahu
Amanda terkesiap mendengar bentakan yang keluar dari mulutny
--m
ri kamar begitu saja. Meninggalkan Amanda y
*
rbintang di Negara itu dengan pemandangan langsung ke alam terbuka. Amanda hanya mengangguk pelan sebagai respon dari perkataan Angga, tak ingin memancing emosinya lebih jauh. "Sa
ikah dengannya. pria yang telah dicintai dalam diam sejak lama. Namun
sa meluluhkan hati kamu dan mendapatkan hati kamu.' Teguhnya sambil menata