DIKIRA MISKIN
A MIS
dangan melihat Mbak Wiwid
wa mendengarnya," pinta Mbak Wiwid masih dengan tertawa lebar. Ia mengusap a
lalu mengirimi ibu uang. Bahkan untuk menanam cabai di sawah itu juga pakai modal dari Mas Yudi. Ke
setiap kesempatan itu malah semakin tertawa terbahak-bahak. Apa perlu aku memanggil s
nya berapa, sih? Paling-paling cuma lima
seberapa. Ya, seperti kata Mbak tadi, memberi ibu uang seperti menabur garam di atas lautan. Bagiku, bisa berbagi dengan ibu adalah hal yang paling membuatku bahagia karena berbagi dengan ibu juga bisa kita niatkan sedekah. Bukankah lebih utama bersedekah ke
amah di atas panggung. Namun, apa yang kukatakan barusan itu benar, kan? Kalau sedekah itu sebaiknya menguta
ah, aku adalah anak kesayangan Ibu. Terbukti, kan, berkat do'a ibu aku bisa mendapatkan seorang suami yaang punya pekerjaan mapan, tidak harus berpanas-panasan, setiap bulan gajian. Tidak seperti Yudi, sungguh malang nasip adikku itu, sudah tidak punya pekerjaan tetap,
getan, nggak ingat apa, kalau baru saja nangis-nangis mau pinjam uang sama aku? Kalau sudah begini, aku yak
tapi, pada kenyataannya tetap punya ut_," kututup mulutku sendiri karen
Wid?" tanya Ibu dengan tatapan tajam ke arah
ode yang ia berikan yaitu memintaku untuk tidak mem
tersenyum dan maju kemudian men
lang?" Kini ibu
d dengan mengedipkan matanya berulang kali sebagai kode aku harus mengiyakan ucap
up tebal, pakai bulu mata palsu pula. Katanya kepercayaan dirinya akan hilang jika ke
id kemudian menyeret tanganku keluar dari rumah. Setelah sampai di lu
ngis seraya memegang tanganku ya
an bilang ibu kalau aku punya utang,"
, keceplosa
i ibu tahu kalau aku pun
i mau loncat dari tempatnya. Ia jug
?" ujarku mengernyitkan dahi setelah
i akan membantu membayar utangku, jadi, aku tidak perlu khawatir. Senangnya punya saudara yang bisa diandalkan. Tidak seperti kamu yang tidak berguna se
intu, belum juga aku berbalik
ama aku muak harus bertemu dengan orang
nya seraya mengambil n
ucapku lirih. Padahal aku tadi sud
t kamu ini mau buat apa?" jawabny
kenapa masih minta juga. Untungnya dia tidak tahu kalau dia punya Adik kaya. Kala
iwid, sang ratu gaya. Kok bisa, dia bisa tenang punya utang sebanyak itu, sedangk