Terjebak Pernikahan Palsu CEO
ada langit-langit kamarnya. Tempat itu bukanlah kamar apartemen Levin tempat
ihat sebuah perban yang di dalamnya masih merembes darah. Rupanya, itu adalah darah yang dia dapat dari kejadian semalam. Sebuah tu
umam Levin pada
ba-tiba. Wanita yang sudah duduk di had
ia sempat menggosok matanya. Namun
formal sedang duduk. Kakinya menyilang dengan sebuah laptop yang dipangku ol
Levin tidak tertarik dengan kekhawatiran Kainan. Dia lebih pen
gecap bibirnya dengan malas. Wanita itu bangkit dan meletakkan pekerjaannya di atas nakas, lalu beralih pada Levin lagi. Terlihat jelas, setelan baju modis dengan warna cerah yang menutupi tubuh
eningnya penuh kebingungan. Dia kembali m
ejadian semalam. "Tidak terjadi hal yang istimewa. Kau pingsan dan ... sudahlah,
atanya menyipit curiga.
erawat lukamu. Jangan lupa ucapkan terimakasih bila kalian bertemu." Mata hazel milik Kainan m
ah Elliot datang dan menangkis serangan pria jangkung itu. Tidak hanya itu, s
tatapannya di sekitar. Sebuah kamar luas dengan furnitur modern. Di sisi dindin
di kantor, tetapi Kainan dapat melenggang bebas di dalamnya. Itu karena hubungan Kainan dan Ell
a deretan lemari di sisi dinding. Sejenak, dia menatap Levin atas pertanyaannya, tetap
tinggalmu?" pria itu ber
uat Kainan berbalik menatap Levin. Dia kemba
si kesal. Bibir merahnya berkerut, diikuti dengan posisi berdirinya yang bertolak pinggang. Itu membuat
" Kainan memberikan sebuah kemeja pria pada Levin. "Aku tidak punya
baran itu. Dengan kasar, dia menyibak selimut Levin sehingga membuat pria itu terpaksa bangkit dari tempat ti
tiran Kainan terlihat jelas pada matanya yang bergetar. Namun, Levin bersikap seolah tidak tahu. Pria itu sibuk memakai kemeja. S
r, aku akan menggantinya. Terimakasih sudah menolongku." Kedua tangan kainan menelungkup me
h kancing bagian atas belum sempat dikaitkan. Itu membuat Kainan menenggak ludah. Dari luar baju itu, mata hazel Kainan dapat melihat leku
ekali melihat tubuh indah pria itu,
tapnya. "Sudahlah, berikan saja alamatmu padaku. Besok sekretar
i kesibukannya. Dia terlihat piawai melipat ujung l
rsama hela napas yang tersumpal di dada. "Baik, lalu apa yang kau inginkan? Aku akan
mengangguk samar. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dan me
segera meraih kartu nama yang Levin beri dengan sikap kekanak-kanakan.
tanpa membaca apa pun selain namanya. Wanita itu tidak menyad
pa yang bisa kuberikan untukmu?" Ini adalah giliran Levin membalas u
tidak mengerti. Dia menggel
u kembali beralih pada pakaiannya sendiri. Se
irimu, aku sudah mati di tempat itu," terang Levin yang membuat Kainan terdi
ng kau mau," tawar Levin kembali. Sekarang kedua mata pria itu dapat menatap
pa sadar mulut Kainan ternganga tanpa kata. "Apa aku t
ebuah setelan pakaian wanita dengan brand ternama membuat bibir pria itu mengatup rapat, bahkan
Dengan tegas Kainan mengarahkan
yang aku butuhkan ...." Kainan terdiam. Tatapan mata hazelnya melayang d
ngan Levin. Tepat pada biku-b
entak sesaat, tetapi dia kembali meredakan ketenan
dah tidak sabar akan pertanya
bali mengoreksi apa yang dia cari. "Apa kau puny
dimengerti olehnya. Sementara wajah cerah Kainan te
Kainan. Semangat wanita itu membara tanpa Levin keta
nenggak ludah dan mulai merangkai ka
hkan ... sebua