Terjebak Pernikahan Palsu CEO
t, bahkan menyerupai bibir cangkir kopi y
il posisi duduk di depan Kainan. Matanya memandang lurus pada wanita itu. Namun, oran
erjaannya. Dia mengangkat cangkir itu dan m
t dari kesimpulannya sendiri. Pria itu merenggangkan posisi
dalam tenggorokan. Sontak saja mata Elliot kembali membundar kaku. Tubuhnya yang baru saja dir
p mendengarkan jawaban dari wanita itu. Padahal belum ada jawaban dalam benak Kaina
laku?" Matanya menyipit setelah meletakkan cangkir di atas meja
t terhempas. Namun, tidak ada satupun komentar yang keluar dari mulutnya la
gingatkan prinsip hidup dari Kainan. Wanita bebas itu ingin selamanya bebas tanpa terlibat dengan urusan pernika
ri jarak antara keduanya. Tatapan dari mata haze
kinkan teman masa kecil yang s
arkan Elliot. Pria itu justru meletakkan punggung tangannya tepat di atas dahi Kai
ya ikut juga tertutupi tangan
au seperti ini?" Pria itu menarik tangan
an menanggapi sekretarisnya yan
akan masa depan. Bahkan, mata hazel Kainan ikut terbang ke atas bersama sudut bibirnya. "Aku tidak perlu mencari calon suami lagi. Aku ha
a. Dia tersentak dan segera memposisikan duduknya dengan ben
iasi dahi. Tidak ada senyum, tetapi rasa tidak senang memen
ah, Kainan menjentikkan
it sesaat, tidak lama tatapannya melambung di anta
t dapat mengingat jelas rupa dari pria yang sudah ditolongnya malam itu. Bukanla
a kau keturunan seorang cenayang?" goda Kainan tidak membuat pria dihadapan
ikah dengan pria itu," sergahnya yang membuyarkan wajah senang Kain
di hadapannya. Dia bangkit dari duduknya dan merapikan bla
ah akan pergi. Itu terlihat jelas pada mata
awab. Sejenak, Kainan hanya menatap pria itu dengan tidak tertarik, lalu mengan
" cegah E
menahan kesabaran akan semua pertanyaan pria i
bosnya. Namun, langkah dari Kainan terhenti. Dia
rogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama. Sepucuk kertas itu diletakan pada ujung jari lent
ot menatap Kainan tidak mengerti. Berbeda d
." Dia menjawab den
rcengang sesaat. Dia hanya sempat menge
aun pintu yang sudah dibantingnya. Kainan hanya ingin segera kabur dari perta
*
rtemen elit di tengah kota. Sosok Elliot keluar dari pintu itu
erkeliling di antara nomor-nomor kamar yang tertempel pa
dia hanya berdiri di depannya, sambill mengoreks
bawaannya. Sebuah paper bag hitam dengan logo dari brand ternama ditentengn
ot. Sontak sekretaris itu berbalik. Dari iris hitamnya terlihat sosok Lev