icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Cermin

Bab 4 Ramon

Jumlah Kata:1719    |    Dirilis Pada: 31/03/2022

tnya berkobar saat menyadari hal tersebut. Aku hanya mengangguk, dan kini rasanya aku tidak ingin hanya berpangku tangan saja meli

gapain

at a

gila lu!" jerit M

yang kini berdiri di sudut ruangan, hanya menatapku sambil tersenyum getir. Aku me

lam pelukannya. Aku menyambut tante Dahlia dengan ikut terbawa suasana. Sejak datang tadi, aku meman

salah ke kamu. Lili ... Astaga, kenapa ini terjadi

memang lebih sayang Lili, tante. Setidaknya dia nggak sampai jatuh ke tangan laki-laki

dengar perkataanku, Ramo

tante Dahlia yang memang tidak

rang lu kalau ngomong!

a nggak ada orang yang tau busuknya elu, kan, maksudny

pa ini?" ta

lau dia!" tunjukku pada pria brengsek di d

Dahlia mulai tertar

am. Gue tau, kita semua berduka karena kepergian Lili, tapi elu harus te

ngacau. Saya sayang Lili, makanya s

Roy terlihat kebingungan di tengah wajah

itu!" kataku dengan menunjuk wanita yang berdiri tak jauh dari

rt elu, bahkan saat semua orang hina elu aja, dia yang belain elu. Kok bisa-bisanya elu malah mempermalukan dia di hari pemakamannya? Elu ngomong gitu nggak mikir? Apa kata orang di sini? Elu sama aja mempe

si yang ngomong gitu. Kurang baik apa Lili

get cari sensasi. Dia itu emang pembawa sial, lihat aja, kan? Tiap oran

Sembarangan lu kalau ng

ah mengapa kalimat Ramon sangat menusuk hatiku sekarang. Perdebatan Mey dan Ramon terus berlanj

elum berjalan makin jauh dari rumah duka. Beberapa tetes air jatuh dari pelupuk mata, dan langsung kusapu cepat.

pada sebuah pedagang kaki lima

Silakan du

menjual makanan. Lebih tepatnya warteg, dan cukup ramai. Melihat aneka lauk di etala

kasih makan," kata seseorang yang duduk di samping ku. Aku yang awaln

di hadapannya. Cumi cabai hijau dengan goreng

Lupa," tukasku samb

an sebagai simbol perkenalan, yang tidak dilakukan sebelumnya. Mungkin ini adalah perkenalan resmi kam

n di sini?"

lah. Masa

t rapi dengan kemeja serta celana hitam berb

? Siapa yang mati?" tanyanya,

Aku lagi

agi. Ya kali mau dugem." Kalimatnya sering terdengar menyebalkan, tap

an di sini?" aku menunjuk pakaiannya yang formal, tidak seperti kemarin

Cuma gue di bagian office,

ham. Masih memper

aper, udah buang energi banyak. Gih, pes

njak dan memesan makanan j

okopi." dia menyeruput es teh

ku sudah tersaji. Aku segera makan, t

lah kalimat pertama setelah beberapa menit ber

k sekali sepertinya, padahal baru saja aku mengalami hari yang buruk. Tapi setelah

vel situ, dapat ins

ya udah

sih? Wa

uu

r dari hidung dan mulut. Tatapannya lurus ke rumah duka, tempat peristirahatan

asain lapar. Biasanya jarang banget bisa makan yang

asain lapar? Kebanyakan nulis seta

di depan wajah, sekaligus menutupi hid

jari dan puntung rokok yang mas

a-tiba petir menyambar, langit berubah

t itu bersamaan, dan berakhir dengan

ta sehati de

h. Ap

can

ni

gin kencang. Membuat kami berdua terpaku dan hanya menatap

m berapa, Ngga? Tela

nih. Udah habis jam istirahat ku. Tapi n

inya, menatap wajahnya s

ik ke situ? Bukannya ac

lagi mereka mau ke inti acara. Udah beda keyak

erdua sama-sama terkejut saat dua mobil pol

mau takzi

g mau nangkap penjahat. Pakai ad

ar

g tersebut. Beberapa orang heboh berlarian keluar gedung, tak peduli hujan yan

n membuat orang- orang di sekitarnya cemas. Aku beranjak dengan ekspresi tak percaya. Bukan karena penasaran dengan apa ya

Lili! N

i?" tanya Rangga menunjuk buket bunga besa

makan ini, tangan ku di tahan Rangga. Aku p

h! Mau n

Bahaya banget i

ili ... Setannya? Di

a melepaskan tangan Rangga. Namun dia

beranjak mendekati pemilik warung lalu kemb

h-ubah. Dari elu gue, atau k

melambaikan tangan pada mobil yang hendak menerobos

inya. Ramon terus menoleh ke belakang, dan menjerit histeris. Ia ter

ekat pada kami, melirik Rangga namu

Ngap

k Lili sampai masuk jurang. Ada saksi. Jad

riu

uk semangat.

a hanya memperhatikan Ramon

ila sih," ujar Rangga tetap memeg

ak akan lepasin dia," kataku sambil m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 kematian lili2 Bab 2 Cafe3 Bab 3 Melayat4 Bab 4 Ramon5 Bab 5 Apartemen6 Bab 6 Penampakan7 Bab 7 Rumah Rangga8 Bab 8 Rasa ini9 Bab 9 Rasa ini10 Bab 10 Teror bermula11 Bab 11 Teror12 Bab 12 Bang Cen13 Bab 13 Teror wanita penghuni apartemen14 Bab 14 Di balik tabir15 Bab 15 Psikopat16 Bab 16 Pemilik apartemen baru17 Bab 17 Apartemen baru18 Bab 18 Pemakaman Aidil19 Bab 19 Live streaming horor20 Bab 20 Desi21 Bab 21 Teror yg dialami Oma22 Bab 22 Keanehan23 Bab 23 Cerita Koh Rudi24 Bab 24 Satria diculik25 Bab 25 Pengakuan Raja26 Bab 26 Bang Cen datang27 Bab 27 Akhir tragedi28 Bab 28 Memulai hidup baru29 Bab 29 Teman lama30 Bab 30 Menjenguk Ramon31 Bab 31 Tragedi di RSJ32 Bab 32 Tim pemburu Hantu33 Bab 33 Selamat tinggal34 Bab 34 Tempat kerja baru35 Bab 35 Misteri kematian Antonio36 Bab 36 Petunjuk baru37 Bab 37 Siapakah, Lee 38 Bab 38 Kehidupan Lee39 Bab 39 Rumah Baru Daniel40 Bab 40 Penculikan Yonna41 Bab 41 Cermin Aneh42 Bab 42 Dalam cermin43 Bab 43 Papa44 Bab 44 Home45 Bab 45 Gangguan di kamar baru46 Bab 46 Rencana liburan47 Bab 47 Tetangga48 Bab 48 Teror ular49 Bab 49 Ratu ular50 Bab 50 I still love you51 Bab 51 Jalan jalan52 Bab 52 Haris53 Bab 53 Sarang kuntilanak54 Bab 54 Pulang55 Bab 55 Dunia sebelah56 Bab 56 Kebersamaan57 Bab 57 Hari pertama kerja58 Bab 58 Musuh lama59 Bab 59 Hotel60 Bab 60 Serangan lagi61 Bab 61 Lee62 Bab 62 Papaku mantan gengster63 Bab 63 Bunuh diri64 Bab 64 Gladis65 Bab 65 Salah paham66 Bab 66 Bukan manusia67 Bab 67 Teror di rumah68 Bab 68 Nasib Rizal69 Bab 69 Aku dilamar70 Bab 70 Bulan madu