Terjerat Cinta Sang Arsitek
dapur menyiapkan sarapan untuk sang Ayah. Tangannya begitu l
dapur. Dia berpikir. David hanya memberinya sedikit uang. Haruskah dia membawa stok makanan untuk di Catan
bergidik dan menggeleng-geleng, dia tak ingin jadi gelandangan di kota orang. A
aat dia melakukan hal itu. Namun, dia amat menyadari ini adalah
estunya seolah menghan
nding bercat putih seolah menjadi saksi bisu bagaimana kecan
Kau akan tinggal di apartemen yang jauh dari perkotaan." Lelak
meraih selembar roti yang kemudian dia oleskan selai coklat favorit. "Aku bisa
eringai senyum penuh sindiran ters
gi jawaban, "Baiklah." Dengan anggunnya d
ia seraya berkata, "Untuk ongkos taksi pulang pergi dan tiket kembali, orangku tak
alam mobil," gumamnya seraya meraih u
David menghubungi dan meminta datang lebih awal karena rapat penting. Lalu lintas
hampiri David. "Ayah, segeralah kembali. Paman Alfonso menunggumu. Kau akan terlambat." Leticia m
dan menunggu keberangkatan. Namun,
ia punya uang, tentu akan menghabiskan waktu dengan berkeliling Mall. Ckck. Dia
anya berputar ke segala arah, seperti yang dikatakan David, tak ada orang ya
makan waktu dua jam untuk menempuh tempat itu. Begitu tiba di alamat
at krem bertingkat dua bahkan terlihat tua. Dia menggelengkan k
ngan bercat putih. Dia dihampiri seorang lelaki berusia sekitar 60 tah
a Nona Leticia?" Lelaki tu
ticia, "maaf, apakah Anda orang yang diatur
p memanggilku Benny, saya pemilik apartemen ini," ucapnya sambil meng
aya menunggu Anda, Nona." Benny menuturkan
enunggu lama, pesawat tertunda selama 3 jam
ata di dalam sangat rapi. Lantai satu terdapat sofa setengah lingkaran yang tak jauh dari dasar
dua. Lukisan deburan ombak berbingkai hitam terpampang di tengah dinding seolah menyambutnya ketika menginjakkan ka
a," ucap Benny sambil
n no 609 yang saling berhadapan. "Apa ruangan itu
, sejak pagi aku sengaja di sini sambil menunggu kedatanganmu. Sudah hampir
fe Bens 100 meter ke arah selatan dari apartemen," tutur Benny. Leticia me
i dalam ruangan itu tampak sebuah kamar, sofa di ruang tamu, meja mak
tertuju ke pintu no 609. Dia mengingat ucapan Benn
tis dan butuh pertolongan, bagaimana jika dalam kondisi bahaya. Dadanya terasa sesak menginga
k membulatkan tekad. Dia berjalan cepat lalu membungkukkan badan dan menempelkan tel
uni apartemen itu bunuh diri? Kemudian menegapkan tubuh. Matanya berput
saat bersamaan pintu terbuka dalam satu tarikan. Hal itu membuat Leticia yang tidak siap menjadi kehilang
a terbelala