Terjerat Cinta Sang Arsitek
ak saat cairan hangat mengalir di dada. Luka jahitan kembali terbuka. Tangannya refleks menekan luka yang semakin
tu mengerjap tersadar setelah beberapa detik terkejut. Sekilas dia melirik pria yang mengenakan celana bahan hita
_
berdenyut-denyut. Dia membuka mata melihat ke balkon. "Sudah siang? Berapa lama aku t
sedemikian brutal membuat dia melampiaskan kekecewaan pada alkohol hingga mabuk ber
um mengalami dehidrasi. Ray beringsut duduk di tepi ranjang."Wanita p
tamu ketika melihat bayangan bergerak-gerak dari celah pintu. Dahi Ray mengerut terhera
de
. Samar-samar dia mendengar. "Aduh, aduh dadaku, aduh ka
"Kau tidak apa-apa?" Ray tak menyadari bahwa suaranya begitu serak. Tunggu. Dia mengingat sesuatu. Wani
an sakit. Dengan lirih dia berkata, "Aku tidak apa-apa. Maaf menggan
ngatupkan rahang menahan kesal. Dengan cepat dia menarik tangannya dari
ku," gumam Ray. Alis tebalnya tiba-tiba terangkat ketika Leticia masuk ke aparteme
r
l obat dan perban dari dalam tas kecil. Saat mengobati luka di dada, benaknya dipenuhi dengan kejadian hari ini. Sebel
Tidak! Semoga ini bukan pertanda bur
Perjalanan panjang membuat dia begitu kelelahan
membujuk arsitek itu. Aku tak memiliki siapapun
n pria pembawa sial itu lagi," desis Leticia. "Aku harus segera menemui arsitek itu a
erisi identitas sang arsitek. Seluruh isi koper dia hamburkan di atas lantai. "
lu mengambil ponsel dari tas di ata
n musik saat menunggu di Bandara hingga ponselnya mati. Mer
aru mengingat ponsel itu milik Laura hingga lupa meminta pengisi daya dari David. Leticia
gkat jam di pergelangan, waktu menunjukkan pukul 17.00.
dari atas nakas dan segera keluar dari apartemen dengan kaki yang masih terpincang-pincang. Kepalanya berputar ke
emakin
Cuaca seperti sedang tak bersahabat. Kabut tebal men
g jalan. Leticia menoleh ke kiri dan ke kanan hendak menyeberang, mobi
pengendara yang mengenakan jaket kulit berwarna coklat dengan helm ful
ampok! Siapapun tolong aku...." Leticia berlari mengejar samb
a menjerit-jerit. "Tuhan, kumohon jangan
sepasang remaja pria dan wanita yang ber
r
sang remaja itu pun terjatuh. Secangkir cappuccino mengotori hoodie putihny
tu. Wajah lebam menjadi pucat pasi menahan
sengaja," ucap Let
ona?" Sepasang remaja itu membo
li ke apartemen seorang diri. Ya. Dia butuh kesendirian. Dia berjalan dengan pu
nginkan pengampunan dari sang ayah. Setengah putus asa dia be
ebam di wajah atau kaki yang terkilir. Rasa sakit mengikis palung hat