Cinta Ipar Duda
da ia pulang. Aku resah dan bingung, tak biasanya ia tak menepati janji begini. Kalaupun ia telat, ia tak pernah lupa membe
uar dari kamar apalagi aku tahu, ada Mas Dion di rumah. Namun, apa dikata, kamar mandi satu-satunya untuk keluarga
kamar. Kubuka pintu pelan dan melangkahkan kaki menuju ruang keluarga yang ters
ng bergantian, pertanda masih ada yang menghidupkan televis di sana. Pastinya itu Mas Dion. Ia terbiasa tidur p
n, langkahku kembali terhenti. Tubuhku merinding. Netraku menangkap Mas Dion yang sedang fokus menatap layar televisi dengan ton
!" terpaksa al
serta merta bangkit dan duduk. Secepat kilat tampilan layar berganti biru. Ia pura-p
agap. Terlihat ia berusaha menenangkan
yu," ujarku sambil terus berl
i kamar mandi, menutup rapat pintu dan me
an menyandar di dinding dapur. Aku melotot sambil memegangi dadaku. Jantungku berdegub kencang, nafasku serasa sesak. Tubuhku sbuk atau menggunakan narkoba, karena beban fikiran yang tak mampu ia kendalikan? Mengapa ia berd
up dengan tangan mulai berkerin
abnya dengan gaya slengek'an. Serta merta aku menghempaskan nafas lega sa
ntasiku dengan jarak yang cukup dekat denganku. Hanya beberapa centi meter saja. Sehingga hembusan angin tubuhnya me
Detik berikutnya terdengar bunyi air keran yang mengalir deras. Aku terdiam, sebelum a
akangan, termasuk yang terjadi barusan. Aku merasa ada sedikit kejanggalan dari sikapnya. Sepertinya, i
ng merembes di sisi sarung bantal. Dengan cepat kuraih handphone
Kelakuan pria itu benar-benar membuat otakku berpikir keras. Buat apa di
tiduran, tolong banguni
terlalu menjaga adabnya padaku, Menegurku saja seperlunya. Namun, sejak tinggal di sini, ia sok ak
ikap Mas Dion, tiba-tiba gawaiku berk
Mas ya?" Aku tersentak, seakan tersadar dari sebuah m
danya. Kemudian gawai kuletakkan kembali di dekat b
u kembali berkedip diiringi lagu kesayangan yang kusetel sebagai
ya kasar dan mengusap tanda angkat pada pan
Kenapa, sih, dari tadi nggak bisa
ang, kok masih a
depan, ya? Kok aku nggak
gak dijawab, mal
benar-benar nggak den
a kamu asyik
dah tidur, trus kebangun, kebelet ke kamar mandi," k
bukain pintu, di
n itu tak terlihat sam
s. Bentar
g tamu. Kemudian membuka kunci dan grendel-nya. Benar saja, Mas Divo sudah
kku manja. Kusalim punggung tangan su
u kalau kamu masih bangun, kalau tau kan bisa bawain se
apa mau sesuatu dulu?" tanyaku dengan ekspres
i," curhat lelaki kesayanganku itu. Aku mengangguk sambi
ertinya ia telah masuk ke kamarnya setelah mengirim pesan padaku tadi. Aku pun menyiapkan minuman