Cinta Ipar Duda
kamu memudar, lho?" kelakar Mas Divo yang membuat aku mengangkat dua alisku, kemudian tersenyum padan
sama teman mas, Fery di kota. Ntar, kalau dah
a, Mas?" tanyak
as Divo sambil teru
api, kog Mas nggak bilang-bilang sebelumnya?" tanyaku dengan
a" Mas Divo memberiku senyum terindahnya. Dua mata kami saling beradu. Kurasakan haru di r
u permasalahan itu," ucapnya
*D
ugas-tugas profesional mereka. Dan, aku cukup lega, karena tadi kulihat Mas Dion sudah keluar
n di atas kasur santai depan tivi, usai kuberikan asupan ASI hampir setengah jam laman
ku langsung mengembang. Tingkah lucunya
nan putih. Aku tertawa saat Bayu menggerakkan mulutnya d
,' ucapku kemudian sambil tersenyum. Aku menatapnya lama. Mematung sambil tersenyum
ah cantik kamu." Aku terperanjat demi mendengar suar
sadar. " Ohya, kok, Mas bisa masuk? Bukannya tadi pintu aku kunci?" tanyaku heran sambil berdiri dan memegangi dada yang masih berdegup kencang
rja. Jadi, kami dari kecil dibekali kunci rumah masing-masingnya. Cum
Aku beringsut menjauh. Namun, ia juga makin beringsut mendekati
mulai gusar. Aku kembali
k buatku, Vi. Aku salut. Kamu benar-bena
. Mas Dion tersenyum sambil menekuk wajahnya. Ia mendengkus, kemudi
aku terkejut. Mataku membulat. "Maksudnya apa, Mas?" tanyaku
mainkanku lagi hingga aku terperangkap dalam p
tasku yang terbengkalai dan berbuat seorlah-olah tak terjadi apa-apa denganku. Masih
iku. "Dasar! Ipar edan. Bagaimana mungkin aku bisa tingg
ganku. Ia menatapku. Sesaat kemudian aku juga menatapnya, berganti menat
lai gugup. Ia kemudian melepas
punya waktu, kan?
buru menjauh darinya. Namun, ia kembali merenggut tanganku. "Dina Avelia! Aku
ur saja! Kamu menyimpan sesuatu d
sehingga dua kaki mungil ini serasa tak mampu lagi menopang bobotku, dan mungkin wawabku gagap. Kulihat sebuah senyum tergurat di bib
g bodoh yang bisa kamu tipu, Viona." lanjutnya lagi yang membuatku makin s
ha setenang mungkin menetralkan rasa gugup, ber
nya. Ya Tuhan, betapa bodohnya aku! Niatku untuk mengalihkan pikirannya dariku ternyata lebih membuat aku terpuruk dalam lin
Mas bicarakan. Benar-benar tidak
an padamu? Aku tau apa yang kamu sembunyikan
dengan wanita itu? Aku tidak me
erja. Mas." Aku pu
membuat kulitku sedikit memanas oleh terpaan nafas hangatnya. Bodohnya, aku bergeming, meski degup jantungku serasa berdetak tak menentu. Tubuhku merinding dengan semua pe
irnya tanpa basa-basi. Ia menanti jawabanku dengan sebuah senyuman.
t untuk kamu tanya, Mas" Aku kembali menepis tangannya yang menyentuh jemariku. Namun,
am. Dan berusaha kembali meronta darinya. Aku meronta sekuat tenaga, sambil sesekali melirik ke arah pintu, takut kalau-kalau ad
dengan senyuman termanis yang pernah aku lihat, tap
begini, hancur kita semua, Mas. Bukan cuma aku, tapi Mama, Pap
emudian tanpa kuduga ia m
ut ketahua
t ruangan yang tertut