icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Ipar Duda

Cinta Ipar Duda

Penulis: Dean Han
icon

Bab 1 Kepergian Mas Divo

Jumlah Kata:908    |    Dirilis Pada: 19/02/2022

hampir setengah jam lamanya. Bayu kubiarkan tertidur di dalam Box Bayi, yang terletak di ruang tengah. Sementara aku di dapur menyiapk

, dan mencucinya dengan cekatan. Karena, masi

untun dipintu, diiringi suara laki-laki yang memanggil namaku. Aku melirik ke pintu kaca yang berada di sisi

ir keran, dan menyeka kedua tangan pada washlap yang menggantung di

i kamar lamanya pagi ini. Padahal setiap ia pulang ke rumah di jam-jam segini, hatiku sela

ah Kak Dea, yang kini mengikuti suaminya ting

i mereka tak pernah di rumah, selain hari libur kerja. Suamiku sendiri sudah dua bulan dipindah-tugaskan k

on? Dua bulan sudah i

n dalam rumah tangganya. Hubungannya dengan Mbak Vera sedang dalam masa ujia

hidung mancung. Walaupun ia dan Mas Divo sama-sama putih, tapi aku haru

a padanya. Mbak Vera yang merupakan putri tunggal pengusaha property

Mas?" tanyaku set

i lesu. Ia melangkah ke dalam, kemudian duduk di kursi santai ruan

ian setelah bobotnya ia henyakkan di lantai.

dah. Kemudian memasukkan gula, kopi dan menyiramnya dengan air panas. Asap meng

ang isteri idaman," uc

ia kembali tersenyum

ngnya

pa, Mas?" ta

menemukan perempu

ngernyitkan kening, aku pun berlalu darinya dari hadapan Mas Dion. S

memang tidak suka dengan ART. Tanpa peduli lagi apa yang ia kerjakan di ruang itu. Pekerjaan

gah--tempat ia kuletakkan tadi. Tanpa menunggu lagi segera kuberlari cepat menghampiri putra semata

sudah berada dalam gendongan Mas Dion. Ia terlihat berupaya menenangkan tangis Bayu sambil memeluk

tapku, sambil mengusap-usap punggung Bayu yang men

a, kuulurkan tangan meraih Bayu dari gendongan Mas Dion. Ia menyerahkan B

a. Walau awalnya aku kaget, tapi melihat ia seperti tak menyadasinya, aku pun mengacuhk

a Bayu. Aku cuma tersenyum. Kemudian bersipa-siap hendak berlalu darinya. Namun, la

! Ci-luk ... ba!" Aku tetsenyum, sekedar

g dalam gendonganku. Aku terperanjat. Wajahnya terasa amat dekat denganku. Rambut ikalnya yang masih menguarkan

" ujarku menghentikan keteganganku. Ia mengangkat wajahnya dan

nggu jawabannya, aku pun berlalu darinya dengan mentralkan rasa bergidik yang kurasakan. Masi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka