Cinta Ipar Duda
rasa kehilangan. Dua malam melewati hari bersama sangat tidak cukup bagiku untuk merasakan dekapan hangat Mas Divo. Namun,
jarak kota kecil ini dengan ibu kota tidak terlalu jauh. N
akzim. Mas Divo mengecup keningku lagi. Ia pun melangkah menuju mobilnya yang terparkir di halaman, kemudian melambaikan tan
engan siapapun yang datang. Namun, tiba-tiba aku tersadar, masih ada satu makhluk lagi di rumah ini yang belum kel
ang, tapi aku tak menemukannya. Kulihat ke kamarku siapa tahu ia memang berani ke
mendekati dan memanggil
gilku dengan nada pe
ngi sekali lagi
an dari dalam kamar yang pintunya sedikit terbuka. Kurapatkan telinga ke pintu
ejut saat mendengar
i mematung di depan pintu kam
olong, Mas .. !"
kin membiarkan dan mengacuhkannya. Bagaimana kalau ia sedang sekarat? Kalau ia pingsan
a biasan cahaya matahari yang merembes masuk melalui celah-celah yang terbuka. Namun, cukup membantu netraku m
benderang. Mas Dion terbaring di ranjang dengan pakaian rapinya. Dan masih menggunakan sepat
dikan keringat. Kuberanikan diri memegang keningnya untuk mengetahui keadaan
, ya, Mas?" ujarku kemud
ku. Aku terkejut dan berusaha melepaskan genggamannya. "Nggak u-usah!
yang ia maksud. Kemudian kembali berlari ke dapur, mengambil air minum dan kembali ke kamar Mas D
Syukurlah! Sepertinya ia sudah mendingan. Aku masih terpaku melihat kondisinya sambil
ah lagi menjadi kekesalan. Aku menyaksikan perubahan raut laki-laki itu yang
rta hatiku geram. Tanganku meng
agi kalau lihat aku begini. Fix! kamu cinta aku, Viona?"
engan kelakuannya. Ia telah membuat aku bodoh dengan sandiwaranya. Aku
tatapan yang berapi-api. Aku melangkah meninggalkannya ya
*
makin memuakkanku. Apalagi karena ia telah berhasil menipuku beberapa hari lalu. Sebisa mungkin aku menghindar darinya. Bi
ertengkar, dan mertuaku pasti syok jadinya. Juga aku takut, apakah mereka akan percaya, anak dan s
ku. Bagaimana kalau ia makin berani? Aku takut p
manja pada suamiku itu untuk cepat membawaku pindah dari rumah ini.
h hampir tiga bulan lho, aku disini," bi
gak betah, ya?
n cepat mengeluarkkanku dari lingkaran jahat ini. Aku takut bila pertahanan yang selalu aku kokohkah pondasinya itu, roboh juga jadinya. Aku juga ngeri dengan kenekatan Mas Dion. Aku b
dadanya. Kemudian tangannya merengkuh tubuhku lebi
digunakan untuk hidup kita, beli peralatan rumah tangga, biaya Bayu. Belum lagi biaya Mas pribadi, dan biaya harian rumah tangga
agaimana kalau aku bekerja lagi?" cetusku riang se
anti ditinggal sama siapa? Lagian kamu pasti akan sangat re
u, disaat Bayu masih rempong begini? Hidup di
p senang disini. Mama, Papa dan Mas Dion baik 'kan sama kamu?' Kalau cuma masalah kita berjauhan,
itu malah membuatku takut dari hari ke hari. Sikapnya semakin berani. Ia sangat berubah! Dia tidak lagi lela
siapa? Aku istrimu lho, Mas. I