Falling for him
dan kemarin tepat ia tidak terlihat dengan laki-laki yang sama, dan tentu saja mu
, waktunya habis digunakan u
alu tangannya berpindah memegang tali ransel. Masih melangkah dengan
nganya hingga Jaane memutar bola mata. Jelas, telinganya berdengung karena sapa
erjalan disamping Jaane, gadis tinggi it
h?" tany
a apron hitam mengalihkan duniaku. Maaf, tapi aku tidak
melepas tangan Rosa yang
mana saja?"
nya heran. "Please, Jen. Jangan seperti jomb
ang Jaane
jakku, sih,"
uga hanya mengikuti jalan. Ti
bagaimana semangatnya dia kemarin, di kafe sepi peng
au namanya?"
tidak bisa bicara," ucapan Lica yang merupak
ari tau, tenang saja,"
sampingnya. Gadis itu memandang Jaane, matanya terlihat sedikit berair lengkap bersama
urunkan matanya sedikit, berfikir apa yang terjadi pada Suya, biasanya jika be
ng!" cela Ro
g dari waktu dia ada di depanmu tadi."
utkan! Ben
ya, benar." Lalu
Lica yang terdengar, pun saat mereka
nakan untuk menghabiskan poin game di computer Jung, memakai semua nyawa yang tersisa h
ua temannya. Hingga seseorang melakukan hal yang sama sepert
uduk disitu?"
n memang Theo selalu masuk kelas terlambat, Jaane jug
Jaane lagi masih pa
eo tak putus menatapnya, Jaane juga tidak t
kirkanya dan bersikap tak perdul
berbalik menghadap meja Rosa. Dan langsung mendengus. Kemarin Rosa baru mendeklarasikan kalau dia akan mendekati ba
ya," ucap Jaane. Rosa yang sedang meleleh karena kehadira
h Jaane dengan buk
engindahkan kejahilan Rosa ataup
ana karena beberapa detik kemudian guru memasuki kelas. Saat
ng. Harusnya saat ini
l di meja, kemudian membaginya sambil berkata. "Guru Jieun tidak bisa mengajar hari ini, belia
lajaran sudah selesai. Lalu
b Rosa sambi
u titik. "Kau. Kemari," ucap Namu
ragu, mereka telah membicarakan ini di rumah kemarin, dan sepertinya yang ke
depan, satu pertanyaan langsung disodorkan padanya. Sebagian siswa dikelas it
a tidak bagi yang mengetahui kedua orang
berhasil membuat kantuknya menghilang. Karena bu
eluarga, sir
gar jawaban adiknya, jadi ini yang dijadikan alasan anak itu setiap bolos
r. Jadi tidak sempat m
gar dari kakakmu, kau ju
heo memasang wajah polos.
ih mengerjakan soal daripada menyimak pembicaraan tidak pentin
ya saya yang a
i. Gadis berrambut coklat itu mendongak, Ros
lagi. Kenapa
Sumpah demi dewa Yunani yang tampan nan mempesona
olos sepertimu," sahut Na
itu aku ju
dan Lica langsung menoleh kaget kearah Jaane yang masih diam, h
rasanya pernyataan yang dikatakan Namu tadi memang ditujukan padanya, walaupun nyatanya bukan. Jaane kembali mengesah, setelah selesai m
ri tempat ini, makanan standar kafe, tempat yang tidak terlalu
mendongak, tidak terasa sia-sia karena setelah m
pesan? At
cepat. Pria tinggi yang menjadi incaran hati Rose ini
k, hari ini oppa itu tidak menggunakan apron hitam. Kaos
ng mengangkat nampan kayu denga
g kau disini tanpa temanmu," ujarnya sem
nak rasanya jika hanya memesan minum tapi duduk hi
abnya menenteng nampan kayu i
i." Lica langsung duduk di samping Jaan
ane, masih tersisa se
ya, pria itu mendekat memb
sa pelan, lalu mengulum senyum saat p
dinampan ke meja. "Selamat menikma
dalah hasil dari kebersamaan mereka selama dua tahun ter
ta yang menatap tiga gadis itu kagum, yang sepe
ukan ekspresi tidak aman. "Bagaimana jika kita terkena diabet
t Lica. Jaane yang baru melihat Lica ya
k. Di sekolah ada Theo, di
iknya, lalu mengalihkan pandangan kear
pantai. Jen?" ujar Rosa, Jaane mengambil satu kentang goreng lalu digigitnya. Otak Rosa
ata Lica. Rosa mengerut dahi. "Lal
manya," tanya Lica pada Jaane mengab
kelas kemarin justru pergi bolos berdua, yang Lica tau Jaane pergi ke pantai seorang diri, namu
tidak penting." Jaane menggeleng kec
lak Rosa. Mata yang hampir menjadi pink it
ah pergi ke pantai bersama. Sedangkan kau b
kan. Itu tidak sen
yakin nantinya kalian akan jadi lebih
tus persen
g kekasih." Rosa mengaitkan jari-jarinya menj
ya!" seru Jaa
au itu tidak bersyukur jadi manusia.
mau pulang," potong Lica mencibir. "Kau akan
n," kata Jaane. Ia merasa tidak ada hal yang istimewa ha