Falling for him
camata itu menjemputnya. Lihat jam, sudah pukul delapan kurang dua menit tapi laki-laki itu ti
terlambat!" teriak Jaan
hitam dengan celana jeans yang robek di bagian lutut dan muka yang mas
ya pemuda berseragam yan
a muncu
las, matanya masih terlihat sulit memb
ki-laki itu mengambil tasnya yang tergantung didinding sete
engambil posisi di bagian kemudi. Itu mobi
an Jaane pun tidak mampu protes lagi, ia hany
ujar Jaane seray
t juga syukur," jaw
ajam. "Aku tida
n, laki-laki itu tersenyum. "Kita tidak aka
ne menyelak sambil memasang sabuk pengaman. Theo tidak menjawab, laki-laki
Kita terlamba
okan kiri. Yang secara harfiah, logis dan menurut denah
e arah Theo yang masih sama santai
lik sekolah favorit Ilsung, dan jika tidak mau
ksanakan bolosny
mudian terpatahkan karena sekarang ia duduk di mobil dengan laki-laki yang baru diken
gajar di kelas kita atau tidak?"
heo langsung menoleh cepa
rta
itu mengumpat. "Ke
irik laki-laki berkulit tan itu
bahwa ia akan menderita setelah pulang
baiknya pulang." Gadis itu masih membuang pandangannya kelu
ecak. "Kau tidak ada tempat yang ingin k
balasnya datar lalu menunduk sedikit seb
is. "Bisa mati kalau pulang sekolah di jam ini." Mungki
mah itu. Aku akan men
ganmu," ucap
. Ke rumahnya. Dan jika pun berkunjung Jaane akan menggunakan kesempatan it
hnya?" tany
nafas lagi, "lu
ta laki-laki itu mengerut menghalau angin yang menerpa
an yang tersaji di depannya sekarang, serta pasir putih yang menyapa kaki telanjangnya. Jaane melangkah m
m yang sesekali terangkat kalau saja tangan Jaane tidak siap menjaga. Dua detik kemudia
katkan jaket itu di pinggang, harusnya memang berterimakasih
ri duyung?" tanya Th
ne memukul lengan Theo. Yang disambut kekehan ringan laki-laki itu
ini," ejek Jaane melipat tangan didada. Lalu kembali melangkah menyusuri pasir basah. Se
ber
inya menyorot bawah itu naik
ringkan ke
datar tanpa senyuman tapi netranya berbicara begitu banyak.
a mendengkus. Setelah beberapa saat berjalan di tepi pantai, Jaa
gi," ujar Theo tiba-tiba
myu
i? Banyak, terlampau banyak lelaki yang cukup berani mengajak putri bermulut besi ini bicara, dan tentu Jaane h
n tangan, lalu mengham
. Kau itu sebenarnya cantik
i. "Mau aku cantik ata
kku akan tertar
anak itu bisa menyamakan
Lagipula ia tidak terlalu memikirkan ata
ujar Theo lagi, "Jika pun tid
i sepuluh itu
o mendekat. "Mau ku bantu tidak?
ah. "Tidak perlu." Kemudian
mau dekat
lau aku mau." Jaane melepas jaket hitam di pinggangnya lalu
menatap punggung kecil yang menjauh itu. Lalu tak la
-
ta di sampingnya ini sama sekali tidak menggrubisnya. Kasihan cacing-
edang ini berhenti, lampu merah dide
Jaane kesal. "Ka
," ujar Theo, "tidak
sedari tadi bicara tak henti-henti, memang tidak seban
tiga kali. Itu pun kalima
matahari sudah berada ditengah langit
ke restoran. Tidak perlu
lebih tepatny
tipis. "Kau pikir penting,
tek ini. lalu saat lampu lalu lintas sudah berubah hijau Theo
ih makanan, jadi ia memilih untuk menghe
t," tawarnya m
jawabny
unduk saat masuk. Laki-laki itu menghembuskan nafas, lalu mengambil tempat duduk yang koson
akan makan dengan cepat agar ti
rjawab dari sang kakak. Laki-laki itu mering
ibu, kalau kau m
nyuman terbit saat pesanannya datang, setelah mengucapkan te
ke pintu, seharusnya ia bisa melihat Jaane disana. Di
aki itu memutuskan untuk keluar setelah menarik beberapa tisu. Theo melangka
a-tanda Jaane di sana. Apa gadis itu ke toilet? Mungkin saja. Lagipula kenap
asuki tenda namun urung. Ia melihat seorang gadis berser
ang tengah duduk di depan mini market itu, lalu tanpa ta
ah es krim, membuka bungkusnya. Kemudian me
itu meletakan tangannya di saku,
ahkan lebih bersinar,