icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Merebutmu Kembali

Bab 4 4. Cobaan

Jumlah Kata:1384    |    Dirilis Pada: 04/02/2022

mastikan sang anak tidak apa-apa meski dia tahu anaknya tidak akan

eh pengin sendiri dulu." Sua

an. Namun, dia segera menyadari kalau sudah terlalu lama meninggalkan tamu dan suam

menyandar, merapatkan punggungnya. Kepalanya menengadah menatap nanar ke la

k dapat terbendung lagi. Hati Chandani bak diiris-iris, sakit, perih, pedih. Di

ukan. Sesak rasanya, tenggorokan terasa tercekat. Kemudian kedua telapa

dan kuat. Isak mengharu biru. Rasa nyeri di dadanya k

ng mengerikan. Dia sungguh tak tahan dengan semua itu. "Manusia menjijikan!" pekik Chandani dengan

isak, hingga napasnya memberat. Chandani tersengut-sengut cukup lama. "Aaaaaa! Bajingan!

bari diiringi tangis keras putri sulungnya. Pikiran kedua orang tua itu melayang tak berarah. Lamunan kia

membicarakannya terlebih dahulu dengan Chandani. Ini semua di luar ekspektasinya. Darma te

yang hebat mendera dada kirinya. Darma meringis. Tangannya memegangi dada dengan kuat seraya terbun

ak dia menghampirinya. "Pa! Papa! Papa kenapa?!" tanyanya panik. Langsung

g saat melihat wajah memutih ayahnya,

gil ambulance!"

egas meraih gagang telepon kabel un

keluar dari kamarnya. Dia melihat Miranda tengah ke

a pundak sang ayah. "Ma, Papa kenapa, Ma?" Suaranya terdengar parau sisa-si

a-tiba saja Papa kaya gini." W

embukakan pintu dan tak selang lama, para petugas medis pun datang deng

ke mobil itu untu

dapatkan penanganan. Chandani, Alia, dan ibunya

nya. "Andai saja aku nggak bersikap seperti itu! Andai saja aku bisa menahan amarahku!" racau Chand

Daripada Teteh kaya gini, mending Teteh berdoa sama Allah untuk kesembuhan Papa." Ta

melihat kakaknya sekacau ini. Kakak yang biasanya tenang dan terkendali itu kin

h menit, akhirnya dokter pun keluar. "K

i, dan Alia pun

aya, Dok?" Chandani de

keluarga segera mengurusi administrasi

. Air mata gadis itu p

uang darimana? Biaya operasi jantung itu sangat mahal.' Kalbunya. Miranda

iri tegak. Namun, usaha hanyalah usaha, tubuhnya tetap merosot tak tertahankan. Air

amun, Chandani berusaha untuk menenangkan diri. Dia harus berpikir jernih. La

k. Kami akan mengusahakan uang itu

n mengangguk lalu pergi bersama beberapa pe

o pun gegas menghampiri Ch

ak,

rimana untuk membayar biaya opera

erusahaan, Ma," tutur

tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan si sulung. "Tapi ...." Be

tunggu dengan diam. Dia berpikir sejenak. 'Yang aku lakukan ini benar. Setelah nanti aku punya uang

an erat. Tangannya memegangi dada yang berdeg

hela napas panjang. "Gapapa, aku nggak korupsi. Aku cuma pinjam dan nan

dani lakukan. Kini ayahnya sudah dapat dioperasi. Mereka

panggilan yang masuk ke handphone Mir

apa, Ma? Angkat

n butik. Gapapa, nggak perlu diangkat. La

ikan dulu saja

ponselnya. Miranda mengepalkan tangannya ge

ena masalah," tuturnya dengan penuh kehati-hatian agar tak me

a. Kita sama sekali nggak punya t

ibunya barusan itu adalah selingkuhan sang ibu. Perasaannya kian

ang kembali mencuat di kepala. Bayang wanita itu tengah bercinta di kamar pas terus me

coba mengontrol emosinya. Sebab ini di rumah saki

p istigfar berulang-ulang. Dia memukuli dadanya yang berdegup tak karuan. "Ya Allah, tenan

dinding. Kepalanya memanguk dengan tatapan tak berdaya. Pikirannya kembali melayang ke masa silam saat musibah mema

nya. Maka, tolong kuatkanlah imanku, kuatkan jiwa dan ragaku dalam menghadapinya," tuturnya. Gen

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka