Merebutmu Kembali
pamit pula
. Aku antar k
Yusuf s
Chandani pun berpapasan dengan Alia y
h." A
ng Alia. 'Ja James.' Batinnya takut. Tanpa sadar Chandani pun mundur beberapa langkah. Meski jarak
Yusuf tampak meng
. 'Siapa orang ini? Kenapa dia bisa be
Saya, Yusuf dari travel Najwa Khoir. Tahun lalu kam
an mengajak Yusuf untuk berjabatan dan tentu saja hal tersebut disambut baik oleh Owner
jenguk O
i kalau Yusuf dan Chand
iin semur jengkol Bu Mimi kesukaan Teteh, mantap kan?" Ali
kenal?" Dia menunjuk ke arah Cha
ujar Alia watados asal cuap membuat Cha
saat mendengar perkataan Alia, sangat bahagi
ena Chandani masih belum memberinya jawaban untuk lamarann
menyukai Chandani dan berniat untuk melamarnya. Yusuf telah menyukai Chandani dari sejak zaman SMA dulu. Namun, karena dia m
antara marah kepada mulut lemes Alia dan takut sebab berada terlalu dekat d
ut wajah judes sang kakak. Dia tak tahu pasti apa kesalahannya. Namun, di
yang langsung menyadar
elamun tadi." Yus
dak tahan berada di dekat James berlama-lam
um palsu. "Yuk. James, saya dul
ggalkan Aldebaran yang masih
i wajahnya saat melihat sikap ramah Chandani kepada Yusuf. Sementara terhadap Aldebaran, Chandani masih sa
tampak begitu kentara meski takkan ada seorang pun yang pernah menyadarinya
nya menjadi amat sulit. "Ya Allah, tolong bukakanlah pintu hati Canda untukku, karena Engkau yang Maha Membolak Balikan
nghampiri Miranda dan Alia yan
usuk hingga ke tulang Chandani. Mata kecokelatan wanita itu menatap nanar cakrawala. Irisnya menggenang. Bayang kenang masa lampau kian merajai ingatan. Bibir Ch
hun yan
i adalah tanggal empat belas April. Sesuai nazarnya. Selesai ujian nasional, James menyatakan
u merupakan bunga sekolah. Banyak pemuda yang menyukai Chandani dan mencoba mendapatkan hat
tinya. Lelaki itu sudah cukup lama bertahta di hati Chandani, hampir du
uk kepalanya lema
rima cintaku?" Senyuman menawan kian terpampang nyata dari sudut bibir pemuda itu. Dada J
Chandani lalu gadis kecil itu kembali mengangguk
erusaha menetralkan kegembiraannya yang kian meledak-ledak. Kemudian menatap mata Chandani lekat. "
ntik Chandani. "Aku juga sang
embingkai wajah gadis mungil itu dengan kedua tangan besarnya. Kemudian mengecup keni
perca
sering nonton berdua, makan di cafe bersama, belajar bersama saat pulang sekolah, dan hari ini, James mengaj
ucap Chandani saa
lam." James te
wab? Bunda sama Ayah ke
ek di rumah sakit. Mereka bilan
engangguk memben
amar,
engiyakan sembari tersenyum
ndani lalu menaiki tangg
mar itu. Ini merupakan kali pertamanya memasuki kamar James. Entah sudah berapa puluh kali di
r klub sepak bola Juventus. James sangat menyukai klub bola tersebut dari sejak kecil. Dia
i dari belakang. "Dan kita free sekarang." James men
yang tampak imut. Lengan dan kaki jenjangnya tampak putih dan begit
ndani seraya terkekeh
ap lekat mata indah sang kekasih sebelum menciumnya. Halus dan
ncintai Chandani dan dia tidak rela jika kelak gadis itu dimili
de gila. Sebuah cara agar Chandani hanya akan men
dengan tubuhnya. Dia menjeratnya erat. James membelai ra
tang sempurna di bawah kukungannya. Chandani yang lugu dan polos hanya menur
ngelus paha putih mulus Chandani lalu masuk
itu. Didorongnya dada bidang lelaki di atas tubuhnya hingga melepaskan pa
James tersen
termangu. "Mak
il membelai wajah cantik sang kekasih penuh damba. "Gapapa, ki
ngan apa yang dilontarkan sang kekasih. Chandani memang polos, tetapi dia
pasangan yang sudah menikah. "Nggak, Kak. Kita nggak bisa ngelakuin itu. Kita bel
caya sama aku. Kita hanya akan melakukannya sekali
Nggak, Kak. Aku nggak bisa. Maaf, tapi untuk yang satu ini aku nggak bisa nurutin. Lebih
eraih gagang pintu. Kemudian lelaki itu menarik Chandani dan kembali mendorong tubuh mungil itu
s pulang." Chandani sek
iga sore. Nanti saja pul
rengek Chandani sambil berusaha menyingkirkan tubuh James yang m
gak yang aneh-aneh. Kamu kaya mau diapain aja. Hal sep
s, aku mau pulang. Tolong biarin aku pulang. Aku pengin pulang aja." T
dua tangan Chandani."Kamu, tuh, keras kepala
angan maksa. Aku nggak suka dipaksa, Kak. Argh!" Chandani mencoba menarik tanga
aku?" James tampak kesal kala men
a gini. Please lepasin tanganku. Tanga
n, malah membuat James semakin bergairah. Dia se
melumat bibir manis sang kekasih, tetapi Chandani yang tak terima pun tiba-tib
n?" James geram. Dia mengelap dar
Chandani terisak. Dia s
ames pun menarik paksa pakaian Ch
ani kian kejal saat mendapat
arangan, James pun tersenyum penuh kepuasan. Dia dapat melihat setiap lekuk tubuh
seperti itu. "Kamu jahat! Aku nggak mau lagi jadi pacar
dulu. Aku yakin kamu pasti bakalan ketagihan. Ml, tuh,
rusaha memberontak dalam kuncian James. "
nggak akan ada yang mendengarmu, Sayang. Di rumah ini hanya ada ki
melakukan apa untuk menghentikan James. Lelaki itu benar-bena
ku mohon, tolong lepasin aku," lirihnya dengan
asa sangat ketakutan dan putus asa. Sulit dipercaya, James
ani telah salah menilainya. Kini Chandani menerima akibat dari kenaifannya. Dia sangat kecewa. Hati Cha
ata James dengan tegas. Kedua tangannya semakin kokoh memegan
nya. Dia menggeleng dengan tubuh bergetar. "Nggak, Kak
habis kesabaran. Dia tak mau berlama-lama lagi. Tangan James su
ntikan!" pekik Chandani panik kala tangan
n dia menggubris rengekan Chandani. Yang ada di kepa
Setan telah berhasil menguasai raganya. Tubuh James sudah dikelumuni gairah. Tanpa pengalaman yang mempuni, dia pun menyatukan tub
tangis pilu. Hati telah hancur hingga berkeping-keping. Dunia
itu. James sungguh jahat. Chandani membencinya sampai ke ubun-ubun. Gadis itu bersu
ia tak terima diperlakukan sedemikian kejinya. "Kamu jahat! Bajingan! Aku membencimu! Ka
kmatan. Percayalah, rasa sakit ini nggak akan lama." James tersenyum
tai James. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi aga
es ternyata salah. Pemuda itu mengira akan puas setelah melakukannya sekali. Namun, t
ia akan melakukannya hingga kelelahan. James merasa amat bahagia. Kini Chandani telah m
"Selamat malam, Sayang. Terima kasih untuk hari ini. Kamu luar biasa." James mengecup kening Chandani yan
karuan. Hatinya sungguh telah hancur. "Bajunya udah sobek." Air mata kesedihan kembali berlinangan. Namun, ta
ung menahan sakit pada sekujur tubuh. Chandani terus berjalan meski kerap kali terjatuh karena lemas. "Ayo, please, kuatl
andani membekap mulutnya dengan sebelah tangan lagi meremas perutnya yang terasa nyeri. Dia berjalan sambil berpegangan ke dind
tiba
kl
seketika lenyap saat melihat kead
tolongin aku. Aku mau pulang," serunya dengan tangis yan
sayang. Namun, dia kaget kala tanpa sengaja melihat sebuah kissmark pada leher gadis kecil itu. Kemudian disingkapkannya rambut pan
dengan raut wajah tegang. Dia menunjukan le
ning. "Apa James yang
dekapan Aisyah pun lanta
tnya. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak, air mata wanita dew
kasar. "Kamu diapain sa
lapor Chandani dengan bicara ter
menyala-nyala dalam tubuhnya. Daniel mengeratkan kepalan tangannya dengan raut wajah yang kental akan amarah. T
syah sungguh tak menyangka anaknya akan tega melakukan hal sekeji ini. Anak semata wayaia sungguh kecewa. James sungguh sudah mencoreng wajah
James di kamar. Namun, baru beberapa langkah dia mengayuh kaki, James suda
dani yang tiba-tiba saja menghilang dari kamarnya. Jam
Daniel lantang
as tersentak. "Da- Dad, kok, udah pulang?" tanyanya
ihat Ayahmu ada di rumah? Hah?" t
Dia takut ayahnya akan mengetahu
niel menarik tangan Jam
ati ibunya tengah memeluk Ch
dengan nada suara yang lebih tinggi dari seb
ames tergagap
James?" teria
l
ulus pada sisi muka James hingga pem
kut yang sudah menyelimuti. Dia mengerti kalau Chandani pasti su
ar. "Laki-laki macam apa kamu?" Sekali lagi dia kembali menampar wajah anaknya. Sungguh Daniel
Daniel. "Maaf, Dad. Aku khilaf
ayah. Daniel sungguh sangat kecewa dengan kelakuan James. Anak yang selama ini dia
akit dan kecewa karena kelakuan anaknya. Daniel sungguh t
a James di posisi yang bersalah. Aisyah hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Chandani. Dia yaki
nya jika tidak merasakan sendiri. Dampak dari kekerasan seksual sungguh tidak main-main. Korban biasanya akan men