icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Merebutmu Kembali

Bab 6 6. Kepedihan

Jumlah Kata:3419    |    Dirilis Pada: 05/02/2022

pamit pula

. Aku antar k

Yusuf s

Chandani pun berpapasan dengan Alia y

h." A

ng Alia. 'Ja James.' Batinnya takut. Tanpa sadar Chandani pun mundur beberapa langkah. Meski jarak

Yusuf tampak meng

. 'Siapa orang ini? Kenapa dia bisa be

Saya, Yusuf dari travel Najwa Khoir. Tahun lalu kam

an mengajak Yusuf untuk berjabatan dan tentu saja hal tersebut disambut baik oleh Owner

jenguk O

i kalau Yusuf dan Chand

iin semur jengkol Bu Mimi kesukaan Teteh, mantap kan?" Ali

kenal?" Dia menunjuk ke arah Cha

ujar Alia watados asal cuap membuat Cha

saat mendengar perkataan Alia, sangat bahagi

ena Chandani masih belum memberinya jawaban untuk lamarann

menyukai Chandani dan berniat untuk melamarnya. Yusuf telah menyukai Chandani dari sejak zaman SMA dulu. Namun, karena dia m

antara marah kepada mulut lemes Alia dan takut sebab berada terlalu dekat d

ut wajah judes sang kakak. Dia tak tahu pasti apa kesalahannya. Namun, di

yang langsung menyadar

elamun tadi." Yus

dak tahan berada di dekat James berlama-lam

um palsu. "Yuk. James, saya dul

ggalkan Aldebaran yang masih

i wajahnya saat melihat sikap ramah Chandani kepada Yusuf. Sementara terhadap Aldebaran, Chandani masih sa

tampak begitu kentara meski takkan ada seorang pun yang pernah menyadarinya

nya menjadi amat sulit. "Ya Allah, tolong bukakanlah pintu hati Canda untukku, karena Engkau yang Maha Membolak Balikan

nghampiri Miranda dan Alia yan

usuk hingga ke tulang Chandani. Mata kecokelatan wanita itu menatap nanar cakrawala. Irisnya menggenang. Bayang kenang masa lampau kian merajai ingatan. Bibir Ch

hun yan

i adalah tanggal empat belas April. Sesuai nazarnya. Selesai ujian nasional, James menyatakan

u merupakan bunga sekolah. Banyak pemuda yang menyukai Chandani dan mencoba mendapatkan hat

tinya. Lelaki itu sudah cukup lama bertahta di hati Chandani, hampir du

uk kepalanya lema

rima cintaku?" Senyuman menawan kian terpampang nyata dari sudut bibir pemuda itu. Dada J

Chandani lalu gadis kecil itu kembali mengangguk

erusaha menetralkan kegembiraannya yang kian meledak-ledak. Kemudian menatap mata Chandani lekat. "

ntik Chandani. "Aku juga sang

embingkai wajah gadis mungil itu dengan kedua tangan besarnya. Kemudian mengecup keni

perca

sering nonton berdua, makan di cafe bersama, belajar bersama saat pulang sekolah, dan hari ini, James mengaj

ucap Chandani saa

lam." James te

wab? Bunda sama Ayah ke

ek di rumah sakit. Mereka bilan

engangguk memben

amar,

engiyakan sembari tersenyum

ndani lalu menaiki tangg

mar itu. Ini merupakan kali pertamanya memasuki kamar James. Entah sudah berapa puluh kali di

r klub sepak bola Juventus. James sangat menyukai klub bola tersebut dari sejak kecil. Dia

i dari belakang. "Dan kita free sekarang." James men

yang tampak imut. Lengan dan kaki jenjangnya tampak putih dan begit

ndani seraya terkekeh

ap lekat mata indah sang kekasih sebelum menciumnya. Halus dan

ncintai Chandani dan dia tidak rela jika kelak gadis itu dimili

de gila. Sebuah cara agar Chandani hanya akan men

dengan tubuhnya. Dia menjeratnya erat. James membelai ra

tang sempurna di bawah kukungannya. Chandani yang lugu dan polos hanya menur

ngelus paha putih mulus Chandani lalu masuk

itu. Didorongnya dada bidang lelaki di atas tubuhnya hingga melepaskan pa

James tersen

termangu. "Mak

il membelai wajah cantik sang kekasih penuh damba. "Gapapa, ki

ngan apa yang dilontarkan sang kekasih. Chandani memang polos, tetapi dia

pasangan yang sudah menikah. "Nggak, Kak. Kita nggak bisa ngelakuin itu. Kita bel

caya sama aku. Kita hanya akan melakukannya sekali

Nggak, Kak. Aku nggak bisa. Maaf, tapi untuk yang satu ini aku nggak bisa nurutin. Lebih

eraih gagang pintu. Kemudian lelaki itu menarik Chandani dan kembali mendorong tubuh mungil itu

s pulang." Chandani sek

iga sore. Nanti saja pul

rengek Chandani sambil berusaha menyingkirkan tubuh James yang m

gak yang aneh-aneh. Kamu kaya mau diapain aja. Hal sep

s, aku mau pulang. Tolong biarin aku pulang. Aku pengin pulang aja." T

dua tangan Chandani."Kamu, tuh, keras kepala

angan maksa. Aku nggak suka dipaksa, Kak. Argh!" Chandani mencoba menarik tanga

aku?" James tampak kesal kala men

a gini. Please lepasin tanganku. Tanga

n, malah membuat James semakin bergairah. Dia se

melumat bibir manis sang kekasih, tetapi Chandani yang tak terima pun tiba-tib

n?" James geram. Dia mengelap dar

Chandani terisak. Dia s

ames pun menarik paksa pakaian Ch

ani kian kejal saat mendapat

arangan, James pun tersenyum penuh kepuasan. Dia dapat melihat setiap lekuk tubuh

seperti itu. "Kamu jahat! Aku nggak mau lagi jadi pacar

dulu. Aku yakin kamu pasti bakalan ketagihan. Ml, tuh,

rusaha memberontak dalam kuncian James. "

nggak akan ada yang mendengarmu, Sayang. Di rumah ini hanya ada ki

melakukan apa untuk menghentikan James. Lelaki itu benar-bena

ku mohon, tolong lepasin aku," lirihnya dengan

asa sangat ketakutan dan putus asa. Sulit dipercaya, James

ani telah salah menilainya. Kini Chandani menerima akibat dari kenaifannya. Dia sangat kecewa. Hati Cha

ata James dengan tegas. Kedua tangannya semakin kokoh memegan

nya. Dia menggeleng dengan tubuh bergetar. "Nggak, Kak

habis kesabaran. Dia tak mau berlama-lama lagi. Tangan James su

ntikan!" pekik Chandani panik kala tangan

n dia menggubris rengekan Chandani. Yang ada di kepa

Setan telah berhasil menguasai raganya. Tubuh James sudah dikelumuni gairah. Tanpa pengalaman yang mempuni, dia pun menyatukan tub

tangis pilu. Hati telah hancur hingga berkeping-keping. Dunia

itu. James sungguh jahat. Chandani membencinya sampai ke ubun-ubun. Gadis itu bersu

ia tak terima diperlakukan sedemikian kejinya. "Kamu jahat! Bajingan! Aku membencimu! Ka

kmatan. Percayalah, rasa sakit ini nggak akan lama." James tersenyum

tai James. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi aga

es ternyata salah. Pemuda itu mengira akan puas setelah melakukannya sekali. Namun, t

ia akan melakukannya hingga kelelahan. James merasa amat bahagia. Kini Chandani telah m

"Selamat malam, Sayang. Terima kasih untuk hari ini. Kamu luar biasa." James mengecup kening Chandani yan

karuan. Hatinya sungguh telah hancur. "Bajunya udah sobek." Air mata kesedihan kembali berlinangan. Namun, ta

ung menahan sakit pada sekujur tubuh. Chandani terus berjalan meski kerap kali terjatuh karena lemas. "Ayo, please, kuatl

andani membekap mulutnya dengan sebelah tangan lagi meremas perutnya yang terasa nyeri. Dia berjalan sambil berpegangan ke dind

tiba

kl

seketika lenyap saat melihat kead

tolongin aku. Aku mau pulang," serunya dengan tangis yan

sayang. Namun, dia kaget kala tanpa sengaja melihat sebuah kissmark pada leher gadis kecil itu. Kemudian disingkapkannya rambut pan

dengan raut wajah tegang. Dia menunjukan le

ning. "Apa James yang

dekapan Aisyah pun lanta

tnya. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak, air mata wanita dew

kasar. "Kamu diapain sa

lapor Chandani dengan bicara ter

menyala-nyala dalam tubuhnya. Daniel mengeratkan kepalan tangannya dengan raut wajah yang kental akan amarah. T

syah sungguh tak menyangka anaknya akan tega melakukan hal sekeji ini. Anak semata waya

ia sungguh kecewa. James sungguh sudah mencoreng wajah

James di kamar. Namun, baru beberapa langkah dia mengayuh kaki, James suda

dani yang tiba-tiba saja menghilang dari kamarnya. Jam

Daniel lantang

as tersentak. "Da- Dad, kok, udah pulang?" tanyanya

ihat Ayahmu ada di rumah? Hah?" t

Dia takut ayahnya akan mengetahu

niel menarik tangan Jam

ati ibunya tengah memeluk Ch

dengan nada suara yang lebih tinggi dari seb

ames tergagap

James?" teria

l

ulus pada sisi muka James hingga pem

kut yang sudah menyelimuti. Dia mengerti kalau Chandani pasti su

ar. "Laki-laki macam apa kamu?" Sekali lagi dia kembali menampar wajah anaknya. Sungguh Daniel

Daniel. "Maaf, Dad. Aku khilaf

ayah. Daniel sungguh sangat kecewa dengan kelakuan James. Anak yang selama ini dia

akit dan kecewa karena kelakuan anaknya. Daniel sungguh t

a James di posisi yang bersalah. Aisyah hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Chandani. Dia yaki

nya jika tidak merasakan sendiri. Dampak dari kekerasan seksual sungguh tidak main-main. Korban biasanya akan men

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka