icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Membunuh Masa Lalu

Membunuh Masa Lalu

Penulis: Em Fardhan
icon

Bab 1 Karma

Jumlah Kata:1007    |    Dirilis Pada: 31/01/2022

kapan yang berarti. Kopi yang kami pesan sejak tadi tak aku sentuh sedi

ta kenapa, Jay?" ucapnya kepadaku

mu minta aku kema

a, aku ini kawan karibmu sejak kecil, Jay. Janganlah sungkan," ujarnya lagi

yenangkan kalau sampai Iwan tahu bahwa aku yang biasanya sok tegar ini ternyata lemah juga oleh wa

ya saja. Kenal, pacaran, dan akhirnya sudahan juga di dunia maya. Aku sempat tertawa terbahak-bahak saat Iwan curhat kepadaku kala itu. Melihat matanya yang basah oleh air mata, me

danya waktu itu sembari

awakan Iwan yang menangis kehilangan wanita, dan kini aku sendiri pun men

erarti temanku juga. Sudah dikaruniai anak satu malah. Dan aku dulu yang menerta

, kadang pula di bawah. Semuanya serba bergantian. Kesedihan dan kebahagian

rgi, Jay. Sudah di tungguin bos, nih!" Iwan

ebentar, Wan. Baik, aku bercerit

turunkan ra

i, Kek." Iwan kembali menaruh ranselnya, da

au tertawa," tegasku sekali

sih. Apaan?" Iwa

an seorang wanita, yang pada akhirnya ia menghilang tanpa jejak.

wan menggelegar di udara, sampai-sampai sel

tahu begini mendingan tadi enggak u

*

hari saat hujan deras mengguyur bumi. Awalnya kami hanya sama-sama tengah berteduh di sebuah emperan kedai, hanya ada kami b

tentu tak lupa saling bertukar nomor telepon. Meskipun perkenalan itu hanya sekilas lalu. Namun, senyumnya yang memesona berbalut lips

t bisa mengagumi wanita cantik, tetapi aku bukanlah seorang lelak

u sepintas lalu saja, tidak ada yang spesial atau istimewa. Perasaanku juga tak seheboh ini kala bertemu pertama kali dengan dengan Sandra, mantan kekasihku du

alam otakku. Aku seperti setiap detik dirajam rindu. Aku memberanikan diri menghubungi nomernya, rasanya ta

us memulai dari mana. Ada rasa gengsi juga. Ah, persetan! Aku melawan perasaanku sendiri. Tidak

alan di kedai Coffee Star tiga hari l

a dengan perasaan yang gelis

[Eh, iya. Ingat dong, masa baru tiga hari sudah

tar lagi?] balasku tanpa babibu lagi. Rasanya aku tidak ingin lagi membuang-buang waktu denga

kesibukan, nih! Baik pukul delapan malam kita bertem

benar aku tidak salah lihat. Senyumku merekah, batinku membuncah, nampaknya gayung pun bersambut. Tak

nta, Jaya?" tanyaku bodo

yang ada di dalam dirimu, Ver, sehingga membuatku tak bisa menahan diri untu

ri. Tidak peduli lagi kalau ada orang melihat dan meng

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka