Bias: Dari Uncle, Jadi Daddy
kesempatan dan segala pertanda pada kita, lantas
a, Ragnala Firaz Himawan -
eras untuk menahan diri agar tak kembali terbawa suasana seperti empat tahun lalu. Sesaat mereka berdua terlarut dalam pikiran masing-masing hingga sebuah keheningan tak biasa membuat ke
h mereka yang nyetempel perjanjiannya duluan," celetuk Ragnala menahan geli, sedangkan Renata mengerjapkan ked
Ragnala, dia jadi salah tingkah dan menebak-nebak pikiran pasangan yang terlihat sudah sepakat untuk rujuk. Cle berdehem untuk mencairkan suasana, "Ekhem, aku m
, iya Mbak. O'om Mauza juga mau bal
kerepotan? Aku bisa balik sambil nganterin Mbakmu, sekalian numpang mobil dia biar ada alesan buat mampir ke rumahnya malem-m
sama Pak Romi, tuh," tunjuk Renata pada lemari di samping Ragnala. Pak Ro
perkataan Mauza yang sudah di ambang batas. Renata menatap ke arahnya, "Mbak,
g kayak sebelumnya," sentil Cle sambil tersenyum, tak mau memperpanjang hal sepele, "terus kamu, Calon Adik Ipar. Piye kelanjutannya? Aku
alian, sama kuminta Mama buat ngedesain set perhiasan khusus, sekalian bookingin hotel di sini ke kak Zami
bikin dia banyak aktifitas dulu karena kami masih harus ke Surabaya buat tes alergen dia juga minggu ini," j
t dua hari ini lho, Ren. Apalagi ada jadwal operasi besar pas kemarin. Yo wis, kam
ngan mereka. Dia masih tak nyaman jika mereka terlalu banyak melakukan kontak fisik
au pulang ke mana lagi emangnya?" bujuk Ragnala sambil meng
meja sama celana kain gini? Kalau di ruanganmu ada baju
annya masih steril. Udah kamu gak usah khawatirin aku, Sayang," ucap Ragnala dengan perasaan berbunga-bunga setelah mendapatkan perhat
nata terang-terangan saat melirik gelisah ke arah Ragnala yang sedang membuka snelli dan kemejanya h
Renatanya, "Untuk meyakinkan ibu dari anak-anakku
bilang setuju buat kamu nikahin. Tidak, sampai kamu jelasin apa yang udah kamu lakuin
memperjuangkan hubungan kita. Aku tahu ini terlalu mendad
mandangi wajah terlelap malaikat cantik mereka, "Anak Daddy, mulai sekarang kita akan selalu sama-sama. Maaf Daddy baru kembali, Nak," sesal Ragnala. Renata masih berusaha cuek dan kembali menyelesaikan tumpukan surel pentingnya. Beberapa di antaranya akan digunakan sebagai bahan rapat para editor, berkas-berkas ya
lum menemui orang tua Renata, sebab dia harus meyakinkan orang tuanya terlebih dahulu untuk m
✧
pemandangan tak asing membuatnya sontak terbelalak sampai nyaris melonjak ketika menyadari wajah Ragnala persis berada di dekatnya. Napas hangat pria itu, ditambah suara dengkuran halusnya, posisi yang sama seperti waktu itu.
gan tangan kanan, sementara tangan kirinya mendekap tubuh Renata yang tertidur miring. Sungguh pemandangan pagi hari yang tak pern
enata kembali tersenyum lebih sering seperti dulu, persis seperti sekarang. Renata akhirnya berhasil meredakan tawanya dengan cara menggigit kuat bibir bawahnya. Ketika dia mendongak, tatapan mereka seketika bersirobok, "Selamat pagi, Mommy-nya anak-anakku," sapa Ragnala setengah berbisik agar Fillea tak terban