Bias: Dari Uncle, Jadi Daddy
ngin melupakanmu maka setiap kali itu p
a, Ragnala Firaz Himawan -
ukannya di balik alasan sedang mendidik putrinya. Saat ini tak hanya Ragnala, tapi Renata juga sedang mencoba mengontrol emosinya. Dia tak ingin terlihat lemah di depan orang lain sekalipun orang-orang ini sudah sangat dekat dengannya.
ya, Pintar? Soalnya Princess Fillea habis ini mau dikasih oba
mamam boleh main sama Daddy Bear and Doctor Bunny, 'kan?" celoteh Fillea be
nkan oleh kedua orang di depannya. Fillea melihat ekspresi ibundanya tampak berbeda, ia seketika menjadi takut dan tak
menatapnya tak suka, "Sini, Fillea!" ucap Renata dengan intonasi tinggi sambil menep
aca-kaca. Untuk pertama kalinya dia melihat ibunya yang biasa mendidiknya dengan senyuman dan kelembutan bisa menjadi setegas ini di matanya. Gadis kecilnya menahan tangis
elas saat putri kecilnya berbisik, "
atap Ragnala yang sedang tersenyum lembut ke arahnya, "Ini Daddy udah di sini, Nak. Maaf ya, Daddy baru datang. Sekarang Fillea mamam sama Daddy aja, ya, Sayang? Biar cepat sembuh, nanti kita main sama
a mengucapkan sebutan terlarang itu ada Erlangga dan tim tenaga kesehatan yang masuk untuk melakukan
h suasana cukup hening serta mencekam, "Oh, pantesan aja wajah pasien kecil kita mirip banget sama Dokter
masih ada operasi besar darurat di Rumah Sakit lain. Saya emang belum sempat ngenalin mereka berdua sama teman-teman di sini soalnya istri sama anak saya baru balik dari New York. Kalian 'kan tahu s
mua orang apalagi Fillea kelihatan tak mau lepas dari Ragnala. Ia mendekati Fillea, "Sayang, Om do
berkaca-kaca seperti tak mau dipisahkan darinya. Melihat itu Clemira akhirnya turun tangan, "Ya wis, Princes
a kembali memeluk Ragnala sambil mengerjap-
ak Hebatnya Daddy?" bujuk Ragnala. Ia tak akan melepaskan kesempatan sekecil apa pun untuk membuat Renata menerimanya meskipun dengan banyak cara ya
aha bekerja profesional dan secepat mungkin agar tak perlu berlama-lama di ruangan ini, "Besok kalau kondisinya sudah stabil Fillea sudah boleh pulang, saran saya Fillea dites anti alergen saja, Dok." ucap E
neneknya Fillea. Mereka pasti sudah kangen banget sama cucu pertamanya ini, ya, 'kan, Sayang?" Ragnala menoleh ke arah Renata sambil tersenyum hangat. Tak ada yang bisa dilakukan Renata s
pintarnya. Bocah itu bisa ketakutan lagi kalau menyadari ada ekspresi aneh, apalagi intonasi suara tinggi yang dikeluarkan salah satu atau bahkan dari kedua orang tuanya. Setelah memastikan Fillea menghabiskan makanannya, Mauza yang sejak tadi memangku Fillea segera berinisiatif mengajak Fillea bermain agar ia tak cepat mengantuk setelah makan. Daripada membawa beruang raksasa itu ke atas tempat tidur Fillea, ia l
g yang sedang asyik bermain bersama boneka Fillea dan stetoskop milik Ragnala, ia akhirnya buka suar
'kan yang gak mau pembicaraan kita berdua didengar sama mereka bertiga, Ta?" cegah Ragnala saat Renata terus bergeser hingga ia terjepit di antara tubuh tegap Ragnala di sisi kananny
alihkan topik, jawab aja semua pertanyaanku habis gitu kamu silakan pe
kamu minta dibeliin sarapan spesial. Spesial apanya? Kamu gak tahu aku hampir modar pas tahu kamu ilang gitu aja dari hotel sampai aku keliling Nevada nyariin kamu kayak orang gila. Ternyata kamu berani bawa pergi anakku juga! Kalau soal ucapanku tadi, dari awal aku masuk ruangan ini sampai s
agnala sengaja kembali memancing libidonya dengan cara sengaja menjawab pertanyaan singkatnya menggunakan jawaban super panjang, ditambah intonasi super dalam nan ren