Bias: Dari Uncle, Jadi Daddy
terkena seberkas cahaya agar aku tak bisa tertangkap bayanganmu, bahkan tak bisa melihat bayanganku s
Atmadya - Bias: Dar
sa merasakan sentuhannya di permukaan kulitku. Panas, itulah yang kurasakan waktu itu dan sialnya masih bisa kuingat sampai detik in
atas kesadaranku semuanya seakan sia-sia. Bahkan matahari senja yang terakhir kulihat sedang mengintip dari balik tirai nyatanya tak bisa menyinari seisi kamar, tak juga wajahnya yang sekarang mulai sema
g masuk setengah hari aja biar kamu bisa ke dokter, malah kamu gak mau dengerin, ish!" cerocos Ayana pani
selama hampir lima tahun ini. Dia memang orang yang perhatian meskipu
berhenti mengomel dan mengkhawatirkanku berlebihan. Maklumlah ya, sesama anak rantau pasti rasa senasib sepenanggungannya terasa banget. Apalagi kami saat ini sedang berada jauh di negeri
amu bandel banget emang kalau dibilangin, Alexandria Serenata Atmadya! Ini kamu ya
ubuhku untuk mengingatkan kalau jam makan siang kami sudah lewat dari tadi. Siapa sih yang tidak merasa sungkan jika Ayana bersikap seperti ini? Lebih tepatnya aku paling tidak suka jik
nya kesal, "Udah, biar Raina aj
." Raina ternyata dari tadi a
ina. Dia adalah salah satu senior editor di sini. Raina menanggapiku dengan anggukan sambil terus me
lau udah disuntik vitamin aku balik lagi ke
epanku melotot dengan ekspresi tak percaya. S
ya, Lex!" ancam Ayana yang kutanggapi dengan senyuman dan wajah polos. Maksudnya
ah hari aja kalau gitu, Bu," kataku setengah
dang sakit keras saja, tapi dia rupanya lebih takut dengan ancaman Ayana ketimbang aku. Jelas saja Raina yang saat ini masih menjad
✧
aycare putriku. Rencananya aku akan langsung menjemput Fillea
serba pink dengan rok model tutu saat melihatku masu
h di sana aku segera menggendong put
seperti biasa, aku tak ingin melewatkan
mandangiku, ia tersenyum sebenta
bahasa, oke? Kalau di daycare boleh speak in english
emeluk leherku, "Loh, Mommy atit?" tanyanya
ut itu saat melihatku sakit, apalagi jika aku sampai tak kuat turun dari tempat tidur. Karena dia
jika harus berlari lagi. Aku ingin hidup tenang dengan putri cantikku. Meskipun itu artinya aku harus sembunyi sampai ia dewasa dan membutuhkan kehadiran seorang wali untuk mengesahkan pernikahannya kelak,
ggu siapa pun. Apalagi kalau itu berurusan dengan pekerjaan yang bisa kuselesaikan saat jam kerja besok, tentu saja kecuali jika masalahnya genting. Sebenarnya bukan hanya ibu, tapi aku harus berperan sebagai seorang ayah untukn
ngan segelas jus buah segar kesukaannya. Aku tak tahu ini meniru siapa, tapi dia lebih suka jus buah segar daripada susu setelah mencoba rasanya
sanya telurrr," kataku mengajari h
kata tertentu yang memiliki huruf menantang untuk diucapkan dengan sebutan yang sama meski
ari arah ruang tengah. Ia juga ikut menggoda Fil
ang menyebut dirinya Papi itu seketika panik saat
Biar saja dia kebingungan menenangkan Fillea agar tidak menangis. Salah sendiri
ini gimana udah hamp
seketika itu juga Fillea berteriak kencang meluapkan rasa kesalnya disert
. Emang sukanya jahil aja sih," tegurku pada pria yang sekarang pas
buat mamam, berdoa, belajar. Kalau buat mukul nanti sakit semua, Nak. Tangan Lea jadi sakit, yang kena pukul apalagi," ujarku memberi pengertian. Fillea terisak ke
-gara menghirup aroma telur buatannya Mommy," ucap pria berbadan teg
k meminta maaf dengan cara mencium pipi Juan malah kembali menang
ngucapin kata yang pakai b
Papiiii," kata si papi memelas, membuat Fillea mulai t
gapi pelototan dari Juan. Aku tersenyum jahil, jelas saja karena kami me
enarnya Ayana satu-satunya yang tak tahu tentang keberadaan Fillea selama ini. Kalau soal Phoebe, justru dialah yang mengajakku masuk ke perusahaannya. Ia semakin percaya setelah meliha
a tiba-tiba tak enak badan atau butuh sesuatu ketika hari sudah terlalu malam semenjak tiga tahun lalu. Ah, hari-hari itu sungguh penuh perjuangan dan air mata.
di kebiasaan saat kami menunggu Fillea menyelesaikan acara makannya maka kami akan s
ng bakal lembur bukan cuma aku, tapi kamu juga," j
nggu depan kan aku mau ngajuin cuti bulan dep
mendekat ke arah tangan kanan Fillea untuk menerima potongan sayur cincang yang ditemukan Fillea di dalam kentang tumbuknya. Anakku memang jeli, padahal aku sudah mencincang wortelnya se
teriakan dan celotehan mereka. Aku pura-pura tak melihat ke arah Fillea, karena setiap kali aku memandangnya sedang mengeluarkan mode pemilih makanan maka d
b untuk mendidik Fillea ada padaku sampai ia bisa membuat keputusan saat dewasa kelak. Tentu saja aku harus memberikan po
nali Fillea? Melihat kemiripan wajah Fillea dengan seseorang yang memiliki darah yang sama dengannya? Apalagi kalau s
llea saat Juan membantunya men
ia menatap tajam ke arahku. Aku memberi kode dengan tanganku, "Udah, dilarang jadi rapper. Besok jug
an depan kita bisa jalan-jalan naik pesawat. Okay?" bujuk Juan sambil menatap mata Fillea dengan satu tangan menirukan gerakan pesawat lepas landas. Putri kecilku mengangguk antusi